BerandaHits
Kamis, 28 Feb 2024 14:52

Menyembuhkan Diri Melalui 'Retail Therapy', Upaya Penyembuhan yang Pasti Bikin Hepi

Belanja bisa memperbaiki suasana hati. (Pexels)

Pernah dengar kalau orang bisa jadi lebih bahagia ketika belanja? Ternyata hal itu bukan isapan jempol lo. Kamu bisa mengobati dirimu yang sedang "sakit" dengan berbelanja. Meskipun, beberapa pihak menyebut upaya ini dangkal, tapi cara ini bisa digunakan untuk mengelola stres.

Inibaru.id - "Retail therapy" atau terapi belanja telah menjadi ungkapan yang cukup dikenal dalam budaya populer. Meskipun kadang-kadang dianggap sebagai cara yang sederhana atau bahkan dangkal untuk mengatasi stres atau kesedihan, praktik ini sebenarnya mencakup berbagai makna dan dampak yang lebih dalam.

Definisi Retail Therapy

Pada dasarnya, retail therapy adalah tindakan membeli barang-barang konsumen sebagai respons terhadap emosi negatif seperti stres, kecemasan, atau kesedihan. Ini bisa menjadi respons spontan atau direncanakan, dengan tujuan mengalihkan perhatian dari masalah yang ada atau mencari kesenangan singkat.

Makna di Balik Retail Therapy

Meskipun awalnya dikenal sebagai cara sederhana untuk memanjakan diri, retail therapy dapat memiliki makna yang lebih dalam. Pertama-tama, aktivitas ini dapat dianggap sebagai bentuk penghargaan diri. Membeli sesuatu yang diinginkan atau membuat diri merasa baik dengan barang-barang baru dapat memberikan dorongan kepercayaan diri dan rasa nilai diri yang positif.

Selain itu, retail therapy juga dapat berfungsi sebagai mekanisme koping. Ketika seseorang merasa tertekan atau tidak stabil secara emosional, membeli sesuatu yang diinginkan bisa menjadi cara untuk merasa lebih baik atau mengatasi ketidaknyamanan sementara. Ini mirip dengan cara orang lain menggunakan olahraga atau hobi untuk mengelola stres.

Dampak Retail Therapy

Ketika belanja, ingatlah tujuan walmu ikut yaitu membuat diri sendiri semangat. (Shutterstock)

Meskipun retail therapy dapat memberikan kelegaan sementara, penting untuk diingat bahwa itu bukanlah solusi jangka panjang untuk masalah emosional. Bergantung secara terus-menerus pada belanja untuk mengatasi masalah dapat mengarah pada perilaku konsumtif yang berlebihan atau bahkan masalah keuangan.

Selain itu, retail therapy juga bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang menghindari atau tidak mengatasi masalah yang mendasari. Alih-alih menghadapi dan menyelesaikan sumber stres atau ketidaknyamanan, mereka mungkin menggunakan belanja sebagai kambing hitam untuk meredakan gejolak emosional.

Menyikapi Retail Therapy secara Sehat

Meskipun retail therapy bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat dalam batas-batas tertentu, penting untuk mengelolanya secara sehat. Ini termasuk menyadari alasan di balik dorongan untuk berbelanja, menetapkan batas anggaran yang masuk akal, dan tidak bergantung pada belanja untuk merasa bahagia atau berharga.

Selain itu, jika seseorang merasa bahwa mereka terlalu sering menggunakan belanja sebagai mekanisme koping, penting untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental.

Berbicara dengan seseorang tentang stres atau masalah yang dihadapi dapat membantu menemukan solusi yang lebih konstruktif daripada sekadar mengandalkan belanja.

Dalam kesimpulannya, retail therapy adalah fenomena yang kompleks yang mencerminkan hubungan yang rumit antara emosi, perilaku konsumen, dan kesehatan mental. Meskipun bisa menjadi cara yang sederhana untuk merasa baik sesaat, penting untuk memahami dampak jangka panjangnya dan mengelolanya dengan bijaksana agar tetap sehat secara emosional dan finansial.

Wah, asyik ya? Siapa di sini yang suka menyembuhkan diri dengan belanja? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: