BerandaHits
Senin, 30 Apr 2023 09:00

Mengenang Jalur Kereta Api yang Berjasa Mengembangkan Banjarnegara

Jembatan rel kereta yang terbengkalai di Banjarnegara. (YouTube/Maybi Prabowo)

Sebagian rel kereta yang ada di Kabupaten Banjarnegara telah terkubur bangunan atau hilang dicuri. Keberadaan jalur kereta tersebut menjadi saksi bisu ramainya transportasi Wonosobo - Purwokerto pada masa penjajahan Belanda.

Inibaru.id – Kalau kamu sedang berkendara di jalan utama Banjarnegara – Wonosobo, pasti akan melihat tiga buah jembatan rel kereta api yang melintang di atas jalan tersebut. Rel kereta yang eksis pada zaman Belanda tersebut sudah nggak lagi dipakai pada masa sekarang.

Nggak hanya jembatan rel kereta yang terbengkalai, sejumlah rel kereta yang ada di pinggir jalan Banjarnegara – Purbalingga juga terkadang bisa kamu lihat meskipun sebagian sudah hilang atau terkubur bangunan. Keberadaan rel tersebut membuktikan kalau jalur tersebut dulu cukup ramai dilalui kereta api dari Purwokerto sampai Wonosobo.

Menurut keterangan Liputan6, (20/10/2019), jalur kereta yang melintasi kaki Pegunungan Dieng ini dikelola oleh Serajoedal Stoomtram Matshapij (SDS) sejak 24 April 1894. Tapi, jalur rel kereta api tersebut baru benar-benar sampai ke Wonosobo pada 7 Juni 1917.

Menurut sejarawan Purnawan Basundoro dari Universitas Airlangga Surabaya, keberadaan jalur kereta api ini turut mengembangkan pasar dan pusat keramaian lain di Banjarnegara.

“Kemunculan pasar di Klampok, Purwanegara, Gumiwang, Pucang, dan seterusnya adalah efek dari keberadaan jalur kereta api. Halte pemberhentian kereta kemudian berkembang menjadi pasar-pasar tersebut,” ucapnya saat meluncurkan buku berjudul Arkeologi Transportasi: Perspektif Ekonomi dan Kewilayahan Karesidenan Banyumas 1830-1940an pada 2019 lalu.

Jalur kereta Banjarnegara sudah banyak yang nggak terpakai. (FB/Banjarnegaraterkini/Wongcrewchild)

Jalur kereta api tersebut cukup ramai digunakan masyarakat yang berlalu lalang dari Purwokerto sampai Wonosobo atau sebaliknya. SDS bahkan sampai harus memastikan kereta nggak pernah datang terlambat demi memberikan pelayanan terbaik bagi penumpang pada masanya.

Menariknya, awalnya jalur kereta api ini nggak diperuntukkan untuk transportasi manusia, melainkan untuk menyalurkan hasil pabrik gula yang berdiri di kawasan eks-Karesidenan Banyumas seperti Pabrik Gula (PG) Purwokerto, PG Kalibagor, PG Kalimanah, PG Bojong, dan PG Klampok. Hasil-hasil bumi lain seperti teh, tembakau, dan kayu manis juga kerap diangkut dengan kereta yang dikelola SDS tersebut.

Sayangnya, pada 1943 atau saat Indonesia dijajah Jepang, jalur kereta Maos sampai Purwokerto Timur dibongkar oleh pekerja romusha Jepang. Jalur kereta Purwokerto – Wonosobo dengan percabangan menuju Purbalingga sebenarnya tetap aktif sampai 1978. Tapi setelah itu, jalur tersebut nggak lagi dipakai dan terbengkalai sampai sekarang.

Untungnya, dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah sudah menerapkan sejumlah langkah untuk kembali mengaktifkan jalur kereta api Purwokerto – Wonosobo. Per Agustus 2022, setidaknya proses uji kelayakan dan tahap basic desain sudah dilakukan.

“Urutan selanjutnya adalah tahapan DED, penertiban atau pembebasan lahan, dan tahap konstruksi,” ucap Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Tengah Putu Sumarjaya sebagaimana dikutip dari Radar Banyumas, Selasa (2/8/2022).

Semoga saja jalur kereta Purwokerto – Wonosobo bisa aktif kembali ya, Millens. Pasti bakal seru menikmati perjalanan kereta api sembari menyusuri sisi Sungai Serayu yang indah. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024