Inibaru.id – Bagi sebagian orang, mendaki gunung adalah cara melepas penat dari hiruk-pikuk kota. Namun di balik pemandangan memesona dan udara segar yang menanti di puncak, ada satu hal yang nggak boleh disepelekan yaitu persiapan. Terutama bagi pendaki pemula, mendaki gunung bukan sekadar ikut-ikutan tren. Kesiapan fisik dan mental adalah kunci utama.
Hal itu disampaikan langsung oleh Alisar, Ketua Komisi Operasional Dewan Normatif Wanadri dan Ketua Monev Recruitment Wanadri, Kamis (17/7/2025).
Menurutnya, banyak yang tergoda mendaki gunung karena melihat foto-foto indah di media sosial. Tapi tanpa latihan yang cukup, mendaki bisa berubah dari kegiatan menyenangkan menjadi pengalaman melelahkan bahkan berbahaya. Duh, nggak mau itu terjadi kan?
"Jangan tiba-tiba langsung ke Rinjani hanya karena tren. Mulailah dari yang ringan, kenali tubuh sendiri, dan latih endurance secara bertahap," ujar Alisar.
Mulai dari Jogging dan Trekking Ringan
Alisar menyarankan pemula memulai dari latihan sederhana seperti jogging atau jalan kaki rutin. Untuk usia 20-35 tahun, jogging seminggu sekali atau jalan kaki pagi sudah cukup untuk tahap awal. Namun untuk usia di atas 60 tahun, latihan harus disesuaikan dan porsinya ditambah demi meningkatkan daya tahan tubuh.
Menurutnya, kunci dari mendaki bukan kecepatan, tapi daya tahan atau endurance. Di gunung seperti Rinjani, yang terpenting bukan siapa yang paling cepat tiba di puncak, melainkan siapa yang bisa bertahan secara fisik dan mental selama perjalanan.
"VO2 max perlu dilatih. Banyak metodenya, bisa dari aktivitas aerobik ringan seperti jogging, naik turun tangga, atau trekking ringan. Intinya, jangan langsung loncat ke level berat," katanya.
Persiapan Mental Sama Pentingnya
Nggak hanya tubuh yang harus disiapkan. Mental pun harus diasah. Salah satu kesalahan pemula adalah meremehkan medan dan terlalu percaya diri karena merasa masih muda. Padahal, medan gunung bisa sangat menantang, bahkan untuk yang terbiasa olahraga.
Alisar menyarankan latihan bertahap, misalnya dengan mendaki di sekitar Jakarta seperti di kawasan Sentul atau Paniisan sebagai latihan awal. Dari sana, pendaki bisa merasakan bagaimana rasanya menanjak dan sejauh mana fisik serta mental mereka siap.
"Kalau kita ke Paniisan dan sudah merasa mentok, itu tanda kalau kita belum siap ke gunung yang lebih tinggi. Nah dari situ kita bisa evaluasi dan tingkatkan lagi latihannya," jelasnya.
Bukan Sekadar Sampai Puncak
Bagi Alisar, mendaki gunung bukan semata mengejar puncak. Yang lebih penting adalah proses menuju ke sana seperti bagaimana kita mengenal batas diri, belajar bersabar, serta memahami ritme tubuh dan alam.
"Latihan itu bukan hanya demi keselamatan, tapi juga agar kita bisa menikmati pendakian tanpa tersiksa. Jangan sampai karena kurang persiapan, kita malah jadi beban bagi tim atau bahkan membahayakan diri sendiri," pungkasnya.
Jadi, kalau kamu baru mau mulai mendaki, ingat satu hal bahwa mendaki bukan perlombaan. Nikmati prosesnya, latih diri secara bertahap, dan biarkan tubuh serta mentalmu beradaptasi dengan tantangan yang sesungguhnya. Siap nggak nih menjejak langkah pertama, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)
