BerandaHits
Senin, 30 Jul 2023 09:00

Lebih 'Dekat' Dengan Matahari, Kok Suhu Udara di Gunung Lebih Dingin?

Suhu udara di gunung lebih dingin dari yang ada di dataran rendah. (Mediaindonesia/Antara)

Suhu udara di pegunungan cenderung lebih dingin dari yang ada di dataran rendah. Ternyata, ada alasan dari hal ini, Millens.

Inibaru.id – Belakangan ini kamu pasti sering melihat kabar tentang dinginnya suhu di pegunungan. Salah satunya di Dataran Tinggi Dieng. Di sana, suhu bahkan mencapai minus di bawah 0 derajat Celcius dan membuat embun membeku pada pagi hari.

Sebenarnya, nggak hanya sekarang, pada hari-hari biasa, kawasan pegunungan cenderung memiliki suhu udara lebih dingin jika dibandingkan dengan dataran rendah. Padahal, kalau dilogika, kawasan pegunungan yang lebih tinggi tentu lebih ‘dekat’ dengan matahari, bukan? Kok bisa ya suhu di sana malah lebih dingin?

Yang sebaiknya kamu ketahui terlebih dahulu adalah fakta bahwa jarak antara bumi dan matahari itu sangatlah jauh, yaitu 150 juta kilometer. Sementara itu, ketinggian dari gunung di Indonesia bervariasi dari 2 kilometer sampai 5 kilometer dari permukaan air laut. Jika dibandingkan, ketinggian gunung itu nggak ada artinya jika dibandingkan dengan jarak bumi dengan matahari, ya? Hal ini membantah anggapan kalau kawasan pegunungan lebih ‘dekat’ dengan matahari.

Lantas, apa alasan suhu udara di gunung bisa lebih dingin jika dibandingkan dengan suhu di dataran rendah. Kalau soal ini, kamu harus tahu dulu kalau matahari memancarkan radiasi dalam bentuk energi elektromagnetik seperti infra merah, cahaya ultraviolet, serta sinar-x. Yang menarik, ruang hampa di luar angkasa sebenarnya nggak mampu menghantarkan panas matahari.

Lantas, kok panasnya bisa sampai ke bumi? Energi matahari yang disebut sebagai ejection massa korona ini berinteraksi dengan partikel yang berasal dari atmosfer bagian tengah dan atas bumi. Interaksi inilah yang pada akhirnya membuat atmosfer bagian bawah, yaitu troposfer jadi memanas. Proses pemanasan ini berlangsung dari bawah (permukaan bumi) mengarah ke atas dan mempengaruhi cuaca di permukaan bumi.

Di gunung, tekanan udara lebih rendah dari dataran rendah. (indonesiatraveller)

Nah, di pegunungan, tekanan udara juga cenderung lebih rendah dibandingkan dengan di dataran rendah. FYI, semakin rendah tekanan udara, semakin menurun pula suhu udara. Hal ini berlaku sampai batas tropopause, yaitu sekitar 12 kilometer di atas permukaan bumi.

Jadi begini, di dataran rendah, tekanan udara lebih besar dengan molekul udara yang lebih rapat. Pergerakan antar-molekul yang sangat rapat itu menghasilkan suhu yang lebih panas. Sementara itu, di dataran tinggi, tekanan udara yang lebih rendah membuat jarak molekul udara lebih longgar. Molekul pun jadi lebih leluasa bergerak. Efeknya nggak sampai membuat suhu jadi lebih panas deh.

“Kerapatan udara lebih tipis di gunung. Molekul udaranya lebih jarang,” ucap Koordinator Bidang Analis Variabilitas Iklim BMG Supari sebagaimana dilansir dari Kompas, Minggu (11/6/2023).

Nggak hanya berimbas pada suhu yang lebih dingin, hal ini berefek pada udara yang lebih ‘tipis’ di dataran tinggi. Oksigen, karbon dioksida, dan molekul-molekul lainnya nggak sebanyak jika dibandingkan dengan di dataran rendah. Oleh karena itulah, jangan heran kalau kamu yang terbiasa hidup di dataran rendah akan merasa lebih ngos-ngosan saat beraktivitas di dataran lebih tinggi.

Jadi, sudah tahu kan alasan mengapa suhu udara di gunung lebih dingin jika dibandingkan dengan di dataran rendah, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024