BerandaHits
Rabu, 3 Sep 2024 11:00

KONDISI Jadi Garda Terdepan Perangi Hoaks di Masyarakat

Pembuat dan penyebar disinformasi makin berkembang dan beragam. (Vekteezy)

Sejumlah akademisi, jurnalis, aktivis dan praktisi media serta informasi digital meluncurkan Kelompok Kerja Anti Disinformasi Digital di Indonesia (KONDISI). Mereka bersatu untuk melawan penyebaran hoaks di ruang publik.

Inibaru.id - Sekelompok akademisi, jurnalis, aktivis dan praktisi media serta informasi digital meluncurkan Kelompok Kerja Anti Disinformasi Digital di Indonesia (KONDISI) pada Kamis, 29 Agustus 2024 di tengah acara Indonesia Digital Conference yang diadakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Indonesia Digital Association (IDA).

KONDISI dibentuk sebagai respons dari maraknya penyebaran disinformasi di ruang digital. KONDISI bertujuan menyatukan keahlian dan pengalaman dari berbagai bidang untkuk fokus pada penelitian mendalam mengenai sumber, penyebaran, dan dampak disinformasi serta berupaya untuk menciptakan solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi pengaruh negatif berita palsu terhadap masyarakat.

"Diluncurkannya KONDISI merupakan langkah penting dalam usaha kita untuk melawan penyebaran informasi yang salah dan menyesatkan," ujar Damar Juniarto, salah satu anggota KONDISI.

"Kami percaya bahwa kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan jurnalis akan memberikan wawasan komprehensif dan strategi yang lebih efektif untuk menangani isu ini," kata anggota KONDISI lainnya, Harry Sufehmi.

Saat ini, KONDISI sedang bekerjasama dengan Tempo menerbitkan artikel opini mengenai fenomena disinformasi dan media digital di Indonesia, setiap Senin, dalam rubrik berjudul “Dialektika Digital”. Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 14 artikel yang dimuat di media ini.

Selain itu, KONDISI juga mengadakan workshop “Kiat Mengawasi AI bagi Jurnalis dan Media” pada Indonesia Digital Conference. Sebelumnya, KONDISI juga sempat mengadakan webinar “Hoax dalam Perspektif Keamanan” bekerjasama dengan independen.id pada 2020 silam.

Kegiatan-Kegiatan KONDISI

Ilustrasi: Sangat banyak disinformasi di ruang digital dan penyebarannya sangat masif. (Istimewa)

Ada banyak upaya yang telah dan akan dilakukan oleh KONDISI dengan tujuan menjadi garda terdepan dalam memerangi disinformasi dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat informasi yang sehat di Indonesia. Apa saja kegitan-kegiatan mereka?

  1. Penelitian dan Analisis: Mengembangkan studi tentang cara disinformasi menyebar dan dampaknya terhadap opini publik serta kebijakan;
  2. Edukasi dan Pelatihan: Menyediakan pelatihan untuk jurnalis, akademisi, dan masyarakat umum tentang cara mengidentifikasi dan menangani disinformasi;
  3. Kampanye Literasi Digital untuk Publik: Meluncurkan inisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya verifikasi informasi dan dampak negatif dari berita palsu;
  4. Kolaborasi dengan Pihak Berkepentingan: Bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan dalam ekosistem informasi untuk menciptakan kebijakan dan strategi yang lebih baik dalam menangani disinformasi.

Pegiat KONDISI

Anggota KONDISI meliputi akademisi, jurnalis, aktivis dan praktisi media. Siapa saja mereka?

  1. Damar Juniarto, dosen UPN Veteran Jakarta dan pendiri PIKAT Demokrasi (Pusat Inovasi Kecerdasan Artifisial dan Teknologi untuk Demokrasi);
  2. Harry Sufehmi, Co-Founder MAFINDO dan Cyberity;
  3. Ignatius Haryanto, Kepala Program Studi Magister Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Direktur LSPP. mantan wartawan Forum Keadilan, D&R, dan Tempo;
  4. Mohammad Heychael, dosen Universitas Indonesia dan Universitas Multimedia Nusantara, peneliti dan mantan Direktur Remotivi;
  5. Eriyanto, dosen Universitas Indonesia, peneliti LSI;
  6. Wahyu Dhyatmika, mantan pemimpin redaksi Tempo.co, Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia;
  7. Eva Danayanti, Program Manager International Media Support (IMS), mantan Executive Director AJI Indonesia;
  8. Santi Indra Astuti, dosen Fikom UNISBA, Litbang Mafindo dan Japelidi;
  9. Anita Wahid, Mafindo, kandidat Doktor;
  10. Imama Lavi, UGM, periset Hoax in 2019 Indonesia Election and Cyber Resilience;
  11. Wijayanto, Direktur Center of Media and Democracy LP3ES, Wakil Rektor Riset, Inovasi dan Kerjasama Universitas Diponegoro (UNDIP);
  12. Beltsazar Krisetya, pakar politik digital dan periset Safer Internet Lab (SAIL), CSIS Indonesia;
  13. Ratna Ariyanti, eks jurnalis Bisnis Indonesia, kandidat Doktor di Ohio University, AS, dengan fokus pada kolaborasi jurnalistik;
  14. Jati Savitri Sekargati, eks jurnalis Metro TV. kandidat Doktor di Glasgow Caledonian University, Scotland, UK, dengan topik riset tentang misinformasi di Pemilu 2024;
  15. Muhammad Hafizh Nabiyyin, Kepala Bidang Kebebasan Berekspresi SAFEnet;
  16. Ika Idris, Data & Democracy Research Hub, dosen Monash University Indonesia;
  17. Derry Wijaya, Data & Democracy Research Hub, dosen Monash University Indonesia.

Semoga dengan adanya KONDISI, berita palsu yang tersebar di ruang digital semakin berkurang ya, Millens! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT