Inibaru.id – Sunan Kalijaga dikenal luas sebagai salah satu orang terpenting dalam sejarah Kesultanan Demak yang ada di Pantai Utara Jawa. Tapi, jejak-jejaknya bisa ditemui di banyak tempat, termasuk di sisi selatan Pulau Jawa. Nah, salah satu dari jejak petualangannya bisa kamu temui di Tuk Dungsono yang bisa kamu temui di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kamu bisa menemui mata air ini di Padukuhan Plumbungan, Kalurahan Putat, Patuk, Gunungkidul. Lokasinya nggak jauh dari aliran sungai Kedungsono. Meski lokasinya berdekatan, mata air yang yang muncul dari tebing dengan tinggi kurang lebih 2 meter itu cenderung bening, sangat jauh dari warna sungai Kedungsono yang terlihat keruh.
Menurut salah seorang warga setempat yang terbiasa mengambil air dari Tuk Dungsono untuk konsumsi sehari-hari bernama Gunawan, masyarakat percaya kalau mata air ini dulu adalah tempat wudu Sunan Kalijaga.
“Kalau soal bagaimana cerita lengkapnya saya kurang tahu. Tapi warga sini yakin kalau dulu Sunan Kalijaga pernah wudu di sini,” ujar laki-laki berusia 41 tahun tersebut sebagaimana dilansir dari Detik, Minggu (4/2/2024).
Hal serupa diungkap Kepala Dukuh Plumbungan Sulistyo. Dia mengetahui cerita tentang Sunan Kalijaga yang sempat singgah ke Gunungkidul. Jadi, ceritanya pada zaman dahulu, salah satu anggota Wali Songo datang pada musim kemarau, saat air di Gunungkidul memang cenderung susah dicari.
“Sunan Kalijaga dan muridnya memang sedang mencari air untuk wudu. Tapi karena musim kemarau, sulit. Beliau lalu memasukkan jari telunjukknya ke sebuah lubang batu, lalu muncullah mata air tersebut,” ungkap Sulistyo, Minggu (4/2).
Terkait dengan nama Dungsono, disebabkan oleh banyaknya pohon sonokeling di sekitar mata air tersebut. Nah, kedung bisa bermakna kolam di mana air berkumpul. JAdilah nama Kedungsono atau disingkan jadi Dungsono saja.
O ya, setelah berwudu, Sunan Kalijaga dan muridnya kemudian salat di bekas aliran Sungai Kedungsono yang saat itu sedang kering akibat musim kemarau. Sunan Kalijaga melihat posisi aliran sungai pas dengan arah kiblat dan saat itu dasar sungai yang kering juga cukup bersih.
Selain dianggap punya sejarah dengan salah seorang penyebar agama Islam di Tanah Jawa, Tuk Dungsono juga dianggap istimewa karena airnya nggak pernah habis meski musim kemarau berlangsung cukup lama.
“Bahkan saat Jogja dilanda gempa pada 2006, saat itu banyak mata air yang mati. Tuk Dungsono tetap mengalir. Di musim kemarau juga debit airnya tetap stabil,” lanjut Sulistyo.
Nggak jauh dari mata air tersebut, tepatnya kurang lebih 500 meter, kamu juga bisa menemui Petilasan Mbah Santri. Kabarnya, dialah murid Sunan Kalijaga yang salat bareng setelah mendapatkan air wudu di Tuk Dungsono. Mbah Santri ini pulalah yang kemudian ditugaskan Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam di kawasan tesebut.
“Dulu petilasan itu adalah tempat mengajar Mbah Santri. Di tempat itu pula, peninggalannya, yaitu tongkat dan sorban dikubur,” pungkas Sulistyo.
Nggak disangka ya, Millens, ternyata cerita dari Tuk Dungsono di Gunungkidul ternyata cukup menarik. Kapan yuk kita main dan melihat sendiri mata air yang unik, ini! (Arie Widodo/E05)