BerandaHits
Senin, 6 Agu 2023 09:01

Kisah Kampung Bunter Cilacap yang Kini Hanya Dihuni 1 KK

Kampung Bunter di Cilacap. (Google Street View)

Dulu, Kampung Bunter di Cilacap dihuni sekitar 60-an Kepala Keluarga (KK). Tapi, satu per satu rumah yang ada di sana ditinggalkan penghuninya hingga kini hanya tersisa satu saja. Apa penyebabnya, ya?

Inibaru.id – Pernah terpikir nggak ada kampung yang hanya dihuni oleh satu kepala keluarga (KK)? Hal ini beneran ada di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, lo. Nama kampung tersebut adalah Kampung Bunter.

Lokasi Kampung Bunter bisa kamu temui di Desa Pamulihan, Kecamatan Karangpucung. Salah satu alasan yang membuat kampung ini hanya dihuni satu keluarga saja adalah lokasinya yang ada di atas perbukitan. Ditambah dengan akses jalan yang cukup buruk, tentu lokasi kampung tersebut nggak ideal bagi siapa saja yang punya mobilitas tinggi atau bekerja di tempat lain.

Meski begitu, pada zaman dahulu, Kampung Bunter sempat dihuni oleh sekitar 60-an KK, lo. Sayangnya sejak 2012, satu demi satu keluarga meninggalkan kampung tersebut. Penyebabnya adalah bencana tanah longsor setahun sebelumnya. Setidaknya, 63 bangunan rumah terdampak longsor sehingga warga memilih untuk pindah ke lokasi lain yang lebih aman.

Hal ini dibenarkan oleh warga dari kampung yang nggak jauh dari Kampung Bunter, Awin. Laki-laki tersebut menjelaskan bahwa setelah terjadi longsor, sering terjadi pergeseran tanah yang merusak bangunan di Kampung Bunter. Hal itu membuat warga takut dan akhirnya memilih untuk pergi.

“Saya saja (yang nggak tinggal di Kampung Bunter) takut kalau ada hujan besar yang disertai angin. Apalagi mereka,” ungkap Awin saat diwawancarai di video yang diunggah kanal YouTube Tedhong Telu.

Kampung Bunter ditinggalkan penghuninya karena faktor bencana alam. (Google Street View)

Lantas, kok bisa-bisanya masih ada 1 KK yang memilih untuk bertahan di tengah kampung yang isinya hanya bangunan yang ditinggalkan penghuninya? Kalau menurut Serayunews, Kamis (3/8/2023), keluarga dengan 3 anggota ini memilih tetap bertahan karena faktor ekonomi.

Selain itu, saat siang hari, kampung tersebut nggak benar-benar sepi karena masih banyak mantan warga yang beraktivitas mengurus kebun yang ada di dekat kampung tersebut.

Bahkan, ada sejumlah warga yang sesekali kembali ke rumahnya untuk bersih-bersih atau menghuninya untuk sementara waktu. Alasannya, masih sayang dengan rumah yang dibangun dengan jerih payahnya.

“Kalau saya memang sering tidur di rumah ini. Kasihan soalnya rumahnya dulu dibangun dengan modal besar, masa nggak ada yang nempatin? Sebenarnya sih takut juga kalau ada apa-apa pas disini. Tapi percaya saja sama Yang Kuasa,” ucap salah seorang ibu-ibu yang juga diwawancarai dalam video tersebut namun nggak disebutkan namanya.

Cukup mengenaskan ya, Millens, sebuah kampung yang dulunya ramai terpaksa harus ditinggalkan penghuninya gara-gara faktor bencana alam. Tapi, yang namanya keselamatan memang sebaiknya diutamakan. Setuju? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024