BerandaHits
Minggu, 21 Okt 2023 17:48

Kenapa Politikus yang Suka Berbohong Tetap Ada yang Memilih?

Ilustrasi: Meski banyak memberikan janji yang nggak lebih dari isapan jempol belaka, banyak pemilih masih mencoblos politikus itu. Kok bisa? (Freepik/Wavebreakmedia-micro)

Kalau suka bohong biasanya nggak punya teman. Tampaknya hukum itu nggak berlaku di dunia politik. terbukti, politikus yang suka berbohong dan hanya mengumbar janji manis tetap ada yang memilih.

Inibaru.id - Hingga saat ini, sudah ada bakal calon presiden dan wakil presiden yang mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengikuti kontestasi Pemilu 2024. Itu artinya pesta demokarasi yang berlangsung lima tahun sekali di negeri kita sudah hampir tiba, Millens.

Dalam masa-masa menjelang pemilihan umum tersebut, kita semua pasti akan banyak mendengar visi misi, program, proyeksi, bahkan janji manis dari para pasangan calon presiden dan wakilnya. Semua itu mudah kita temukan di acara debat televisi, media sosial, poster-poster pinggir jalan, dan pesan dalam grup percakapan di ponselmu.

Sebagai masyarakat yang sudah berkali-kali mengalami pemilu, pasti kita sudah tahu atau minimal percaya siapa politikus yang bisa mewujudkan janji-janjinya semasa kampanye dan siapa yang berpotensi berbohong. Tapi, tahukah kamu, ternyata politikus yang sudah terbukti berbohong tetap saja bisa memperoleh suara yang banyak dari pemilih, lo.

Hhmm, aggap saja kita nggak sedang berbicara tentang kondisi politik di Indonesia. Mari kita simak sebuah studi yang mengamati situasi pemilihan umum di Amerika sewaktu Donald Trump terpilih menjadi presiden.

Menukil dari Cnnindonesia Jumat (20/10), Tim Cek Fakta The Washington Post menemukan Presiden Donald Trump sebagai pemenang di Pilpres AS 2016 melakukan 30.573 kebohongan selama masa kepresidenannya, dengan rata-rata sekitar 21 klaim yang salah per hari.

Sebagai catatan, dia membuat 492 klaim yang mencurigakan dalam 100 hari pertama masa kepresidenan dan membuat 503 klaim palsu khusus pada 2 November 2020, sehari sebelum pencoblosan Pilpres AS 2020, dalam upayanya memenangkan kembali pemilu.

Kebohongan Disukai Masyarakat

Kebohongan dari politikus dianggap benar karena cuma itulah yang yang ingin masyarakat dengar. (Freepik/Rawpixel.com)

Studi Profesor Psikologi Kognitif Ullrich Ecker dan Postdoctoral research associate Toby Prike dari The University of Western Australia yang terbit di jurnal The Royal Society 2017 menunjukkan kepada responden di AS soal kebohongan (dan pernyataan benar) yang dibuat Trump menjelang pemilihan presiden 2016. Rupanya Trump tetap memiliki suara.

"Meskipun pemeriksaan fakta menyebabkan berkurangnya kepercayaan terhadap klaim yang tidak akurat itu, hal ini tidak berarti niat memilih di kalangan pendukung Trump berkurang," tuturnya.

Menurut kamu, kenapa Donald Trump yang sudah jelas-jelas melakukan banyak kebohongan tetap dicoblos oleh masyarakat? Inilah jawabannya. Terpisah, peneliti psikologi Bella DePaulo dari University of California menyebut kebohongan dari politikus dianggap benar karena hal tersebut adalah yang ingin masyarakat dengar.

"Kebohongan yang kami terima dari para politisi saat ini adalah kebohongan yang dipandang dapat diterima karena itulah yang ingin kami dengar," katanya, dikutip dari AP.

DePaulo menyebut kebohongan akan semakin candu ketika berhasil. Ketika kebohongan berhasil, mereka membuatnya "lebih menggoda untuk berbohong. Kebohongan dapat melekat. Mereka dapat memiliki efek yang bertahan lama, bahkan jika kebohongan itu dibantah."

Wah, sebuah fakta yang mengejutkan ya, Millens? Di Indonesia mungkin nggak cuma satu dua politikus saja yang terpilih kembali menjadi wakil rakyat dan melenggang ke senayan meski terbukti mengingkari janjinya. Benarkah hal itu terjadi karena alasan yang sama: karena masyarakat kita suka dibohongi? Semoga kamu bukan yang termasuk dalam golongan itu ya! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024