BerandaHits
Minggu, 30 Sep 2023 14:00

Keluh Kesah Pelaku Wisata di Karimunjawa: Pantai Bau, Air Laut Hitam

Kaus bertuliskan 'Save Karimun Jawa' sebagai bentuk protes terhadap pencemaran dari limbah tambak udang yang dibuang langsung ke laut. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Beberapa pelaku wisata di Karimunjawa mulai khawatir dengan masa depan mereka. Pantai di sana sudah mulai ada yang tercemar, diduga oleh limbah tambak udang.

Inibaru.id - Farah Dhilla Fairus Afnany adalah salah seorang pelaku wisata di Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Dirinya mulai khawatir akan masa depan pariwisata di kampung halamannya, jika pencemaran lingkungan dari limbah tambak udang yang dibuang langsung ke laut dibiarkan.

Perempuan berusia 27 tahun tersebut menyebut mayoritas masyarakat Karimunjawa berprofesi di bidang pariwisata. Nelayan pun ikut kecipratan karena hasil tangkapannya dengan mudah dijual ke tempat-tempat kuliner.

Semenjak masif pendirian tambak udang, dampak tambak limbah baru terasa sekarang. Farah, begitu dia disapa, mulai merasa cemas kalau wisata Karimunjawa lambat laun akan ditinggal pengunjung.

"Tahun lalu ada wisatawan luar negeri yang mengeluh, kok pantainya bau," kata Farah. "Ketika mereka berenang baru sebentar, badan mereka juga langsung merah semua".

Alhasil, wisatawan luar negeri ini, kata Farah, mengaku nggak puas dan protes. Dia meminta kompensasi agar uang yang telah dibayarkan dikembalikan setengah.

"Kejadiannya tahun 2022 lalu. Saya yakin mereka nggak bakalan balik lagi berlibur di Karimunjawa," tuturnya.

Semua Terkena Dampak

Penampakkan lumut hitam yang bikin gatel-gatel di Pantai Cemara. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Pantai Bobby yang menjadi primadona wisatawan karena terkenal dengan sebutan pantai sunrise, baru-baru ini terdampak limbah tambak udang. Bibir pantai tiba-tiba menghitam dan menimbulkan bau tak sedap. Farah yakin kondisi itu bukan disebabkan fenomena alam, melainkan pantai telah tercemar limbah tambak udang.

"Jangan sampai Pantai Ujung Gelam dan Pantai Sunset ikut terdampak. Saya yakin sektor kuliner, sewa perahu dan pelaku wisata lainnya akan kebingungan kalau ditinggalkan wisatawan jika pantainya tercemar," imbuhnya.

Selama ini, sektor pariwisata telah menghidupi banyak orang di Karimunjawa. Di bulan-bulan biasa saja, kata Farah ada sekitar 5.000 wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa.

"Pas musim libur panjang lebih banyak lagi. Semua orang bakal sibuk, bahkan saya biasanya sudah jauh-jauh hari minta orang buat kerja harian sama saya," ucap salah seorang pengelola penangkaran ikan hiu ini.

Harus Dijaga

Pipa pembuangan limbah yang disalurkan langsung ke laut terbentang di tengah kawasan hutan mangrove. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Aktivis lingkungan dari Komunitas Alam Karimunjawa (Akar) Datang Abdul Rachim mengatakan keindahan alam yang dimiliki pulau Karimunjawa harus dijaga. Seluruh elemen yang ada di pulau seluas 45,62 kilometer persegi tidak boleh merusak ekosistem laut di sana.

"Kita di Karimunjawa ini bukan menjual barang, menjual kamar hotel, tiket kapal, atau alat transportasi. Yang kita jual itu adalah jasa lingkungan," papar lelaki yang akrab disapa Datang tersebut.

Datang pun tak pernah lelah menyuarakan penolakan terhadap tambak udang di Karimunjawa. Sebab, dampak limbahnya bisa mengacam ekosistem laut dan kehidupan masyarakat Karimunjawa.

"Kalau kita bisa menjaga Karimunjawa dengan baik, saya yakin anak hingga cucu kita bisa menikmati hasilnya. Tapi jika tidak bisa, ya tinggal menunggu waktu hancurnya, deh," tegasnya.

Kekhawatiran mereka memang sudah sewajarnya ya, Millens? Bagaimana pun sektor pariwisata menjadi mata pencaharian masyarakat Karimunjawa. (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: