Inibaru.id - Farah Dhilla Fairus Afnany adalah salah seorang pelaku wisata di Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Dirinya mulai khawatir akan masa depan pariwisata di kampung halamannya, jika pencemaran lingkungan dari limbah tambak udang yang dibuang langsung ke laut dibiarkan.
Perempuan berusia 27 tahun tersebut menyebut mayoritas masyarakat Karimunjawa berprofesi di bidang pariwisata. Nelayan pun ikut kecipratan karena hasil tangkapannya dengan mudah dijual ke tempat-tempat kuliner.
Semenjak masif pendirian tambak udang, dampak tambak limbah baru terasa sekarang. Farah, begitu dia disapa, mulai merasa cemas kalau wisata Karimunjawa lambat laun akan ditinggal pengunjung.
"Tahun lalu ada wisatawan luar negeri yang mengeluh, kok pantainya bau," kata Farah. "Ketika mereka berenang baru sebentar, badan mereka juga langsung merah semua".
Alhasil, wisatawan luar negeri ini, kata Farah, mengaku nggak puas dan protes. Dia meminta kompensasi agar uang yang telah dibayarkan dikembalikan setengah.
"Kejadiannya tahun 2022 lalu. Saya yakin mereka nggak bakalan balik lagi berlibur di Karimunjawa," tuturnya.
Semua Terkena Dampak
Pantai Bobby yang menjadi primadona wisatawan karena terkenal dengan sebutan pantai sunrise, baru-baru ini terdampak limbah tambak udang. Bibir pantai tiba-tiba menghitam dan menimbulkan bau tak sedap. Farah yakin kondisi itu bukan disebabkan fenomena alam, melainkan pantai telah tercemar limbah tambak udang.
"Jangan sampai Pantai Ujung Gelam dan Pantai Sunset ikut terdampak. Saya yakin sektor kuliner, sewa perahu dan pelaku wisata lainnya akan kebingungan kalau ditinggalkan wisatawan jika pantainya tercemar," imbuhnya.
Selama ini, sektor pariwisata telah menghidupi banyak orang di Karimunjawa. Di bulan-bulan biasa saja, kata Farah ada sekitar 5.000 wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa.
"Pas musim libur panjang lebih banyak lagi. Semua orang bakal sibuk, bahkan saya biasanya sudah jauh-jauh hari minta orang buat kerja harian sama saya," ucap salah seorang pengelola penangkaran ikan hiu ini.
Harus Dijaga
Aktivis lingkungan dari Komunitas Alam Karimunjawa (Akar) Datang Abdul Rachim mengatakan keindahan alam yang dimiliki pulau Karimunjawa harus dijaga. Seluruh elemen yang ada di pulau seluas 45,62 kilometer persegi tidak boleh merusak ekosistem laut di sana.
"Kita di Karimunjawa ini bukan menjual barang, menjual kamar hotel, tiket kapal, atau alat transportasi. Yang kita jual itu adalah jasa lingkungan," papar lelaki yang akrab disapa Datang tersebut.
Datang pun tak pernah lelah menyuarakan penolakan terhadap tambak udang di Karimunjawa. Sebab, dampak limbahnya bisa mengacam ekosistem laut dan kehidupan masyarakat Karimunjawa.
"Kalau kita bisa menjaga Karimunjawa dengan baik, saya yakin anak hingga cucu kita bisa menikmati hasilnya. Tapi jika tidak bisa, ya tinggal menunggu waktu hancurnya, deh," tegasnya.
Kekhawatiran mereka memang sudah sewajarnya ya, Millens? Bagaimana pun sektor pariwisata menjadi mata pencaharian masyarakat Karimunjawa. (Fitroh Nurikhsan/E10)