BerandaHits
Rabu, 6 Sep 2022 09:00

Kasus Andibachtiar Yusuf Singkap Tabir Banyaknya Kasus Kekerasan di Industri Film

Sutradara Andibachtiar Yusuf dituding melakukan kekerasan. (Instagram/Andibachtiar Yusuf)

Sutradara Andibachtiar Yusuf terseret kasus kekerasan saat syuting film. Kasusnya ini membuka fakta bahwa kasus kekerasan di industri film cukup tinggi dan meresahkan. Seperti apa ya faktanya?

Inibaru.id – Sutradara Andibachtiar Yusuf jadi perbincangan warganet karena dituding melakukan kekerasan terhadap seorang kru perempuan saat proses syuting film. Akibatnya, dia dikeluarkan dari Indonesian Film Director’s Club (IFDC).

Di sisi lain, laki-laki yang akrab disapa dengan Ucup ini mengeluarkan bantahan lewat akun Instagram @andibachtiar.

Sebagai orang yang percaya bahwa kekerasan sebaiknya hanya terjadi di film aksi, saya yakin betul bahwa adalah DORONGAN yang saya lakukan, bukan TAMPARAN,” tulis Andibachtiar sebagaimana dinukil dari Kompas, Sabtu (3/9/2022).

Meski belum sampai merembet ke ranah hukum, kasus yang menimpa Andibachtiar Yusuf seperti membuka tabir kasus kekerasan yang cukup tinggi di dunia film Indonesia. Hal ini diungkap oleh peneliti dari Koalisi Seni Ratri Ninditya. Sebagaimana dilansir dari BBC Indonesia, Sabtu (3/9), Ratri menyebut pekerja seni perempuan masih rentan mengalami kekerasan baik fisik, verbal, hingga seksual.

Berdasarkan survei yang dilakukan Koalisi Seni pada akhir 2021, terungkap bahwa 25 persen dari 202 responden yang bekerja di dunia seni mengaku pernah mengalami perundungan hingga pelecehan fisik atau seksual di tempat kerjanya. Khusus untuk 41 responden yang bekerja di industri film, 7 persen di antaranya mengaku pernah menjadi korban kekerasan fisik, 34 persen mengaku pernah mengalami perundungan, dan 26 persen mengaku jadi korban pelecehan seksual.

“Kami yakin bahwa sebetulnya masalah itu besar sekali karena seperti di data lain, nggak semua korban melapor. Jadi, ini (kasus Andibachtiar) hanyalah puncak dari gunung es saja,” ungkap Ratri.

Kebanyakan korban adalah pekerja dengan level junior atau menengah. Sementara pelaku biasanya punya kekuasaan. Hal ini diungkap oleh seorang eks-pekerja perempuan di industri film, Tia.

“Karena orang di industri perfilman ya itu-itu doang. Dia (korban) nanti pasti takut nggak dipanggil di film lagi di proyek lain,” ungkapnya.

Adakah Solusi Untuk Mengatasi Ini?

Ilustrasi: Kasus kekerasan dan pelecehan masih sering terjadi di industri film Indonesia. (Le Minh)

Tia menjelaskan bahwa sebenarnya sudah ada sejumlah pihak yang berusaha untuk mencegah kasus kekerasan terjadi di industri film. Contohnya, pembuat kontrak kerja memasukkan klausul sanksi jika ada orang yang melakukan kekerasan atau pelecehan. Meski begitu, hal tersebut belum cukup.

“Rasanya nggak ada sanksi yang cukup karena banyak orang di dalam yang seperti itu,” keluh Tia.

Aktivis perempuan yang juga selebritas Hannah Al Rashid pun ikut angkat bicara terkait kasus ini. Menurutnya, kasus kekerasan dan pelecehan di industri film sudah jadi rahasia umum. Kondisi ini diperburuk dengan fakta bahwa nggak semua rumah produksi sudah menerapkan standard operating procedure (SOP) untuk mencegah sekaligus mengatasi masalah tersebut.

Untungnya, kini semakin banyak korban yang berani bersuara. Hal ini pun memunculkan ruang dialog dari insan industri perfilman untuk membuat ruang kerja yang jauh lebih aman.

“Sekarang harapannya nggak hanya pada beberapa rumah produksi. Yang kami inginkan adalah standardidasi. Jadi, yang tergabung dalam asosiasi harus menggunakan standar tersebut. Selain itu, harus tersedia hotline bagi korban yang mengalami pelecehan,” ungkap Hannah.

Ya, berbagai upaya untuk meminimalisasi kekerasan di lingkungan pekerja seni khususnya perfilman telah dilakukan. Meski dinilai belum memberikan pengaruh yang besar, semoga saja nggak ada lagi kekerasan dan pelecehan di industri film dan bidang pekerjaan lainnya, ya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: