BerandaHits
Sabtu, 3 Apr 2020 15:10

Jika Diterapkan, Herd Immunity Bisa Membunuh 16 Juta Orang Indonesia

Herd immunity sudah diterapkan beberapa negara di dunia untuk melawan virus corona. Tepatkah? (Reuters/Athit Perawongmetha)

Sebanyak 50 juta orang meninggal saat herd immunity diterapkan demi menghadapi wabah flu Spanyol pada 1918. Jika hal ini diterapkan demi mengatasi virus corona di Indonesia, bagaimana ya jadinya?

Inibaru.id – Pernahkah kamu mendengar istilah “herd immunity” atau imunitas bersama? Frasa ini merujuk pada sistem kekebalan yang diperoleh dengan membiarkan tubuh terkena paparan virus secara alami atau dengan vaksinasi. Kekebalan ini bisa didapatkan seluruh populasi masyarakat namun akan mengorbankan orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh paling rendah.

Sebenarnya dalam tubuh seseorang terjadi peperangan nggak kasat mata yang terjadi sehari-hari, yaitu perang melawan bibit penyakit seperti virus. Vaksin pun kemudian diciptakan agar manusia bisa menang melawan virus sehingga nggak mudah sakit.

Sebelum obat atau vaksin ditemukan, manusia tergantung sepenuhnya pada kekuatan sistem imun. Sebagai contoh, di Inggris pada tahun 1790-an, terjadi wabah cacar yang mengerikan..

Herd immunity mengorbankan kelompok tertentu yang imunnya rendah. (Sky)<br>

Saat itu, 30 persen dari populasi Inggris meninggal akibat cacar. Orang yang sembuh pun memiliki bekas luka di badannya atau harus merelakan penglihatannya. Vaksin pun akhirnya ditemukan oleh dokter Inggris bernama Edward Jenner demi mengatasi penyakit ini. Penemuan vaksin inilah yang kemudian membuka gerbang baru dunia kesehatan modern.

Penelitian vaksin yang dilakukan Jenner sempat dianggap nggak etis. Kala itu Jenner mengamati penyakit cacar pada pemerah susu sapi. Dia mengambil sampel berwarna kemerahan di tangan pemerah susu dan meletakkannya pada luka James Phips, seorang anak berusia 8 tahun.

Meski Phips kemudian tertular cacar, tapi penyakit ini nggak bertahan lama dan sembuh. Jenner kemudian mengulangi percobaannya pada Phips. Ternyata, tubuh Phips sudah kebal karena sistem umunnya telah beradaptasi.

Tepatkah Penerapan Herd Immunity?

Sekitar 60 persen populasi harus terkena virus jika herd immunity diterapkan. (Shutterstock/Andersen)<br>

Pembentukan imunitas bersama (herd immunity), ternyata pernah diterapkan saat pandemi flu Spanyol yang berlangsung antara Maret 1918 hingga Juni 1920. Jumlah kematian dalam musibah ini sangat tinggi, yakni mencapai 50 juta jiwa! Bahkan, sepertiga dari total populasi dunia sebanyak 500 juta orang terifeksi virus tersebut.

Penerapan imunitas bersama bisa menyebabkan munculnya gejala penyakit yang parah. Bahkan, proses pemulihannya bisa saja memakan waktu yang sangat lama. Bagi mereka yang memiliki sistem imun rendah, tubuh nggak kuat lagi melawan virus dan akhirnya meninggal.

Jika imunitas bersama diterapkan pada wabah covid-19 dengan membiarkan masyarakat terkena virus secara alami, seseorang yang positif terinfeksi virus corona diperkirakan akan menularkannya pada 2-3 orang lain dengan cepat.

Jika algoritma imunitas bersama di Indonesia diperkirakan mencapai 50-67 persen dari total populasi sebanyak 271 juta jiwa, maka 182 juta rakyat Indonesia akan terinfeksi covid-19. Jika hal ini kemudian dibandingkan dengan rasio kematian virus corona di Indonesia yang ada di angka 8,9 persen, maka Indonesia bisa kehilangan 16 juta orang. Angka ini tentu nggak sangat banyak, bukan?

Kalau menurut kamu, ide menerapkan herd immunity demi menghadapi wabah virus corona di Indonesia tepat atau nggak nih, Millens? (Tir/MG26/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: