BerandaHits
Jumat, 6 Nov 2025 17:06

Jejak Sejarah di Balik Nama Bunga Sepatu

Bunga sepatu. (via Rupa-rupa)

Nama 'bunga sepatu' ternyata bukan muncul karena bentuknya yang mirip sepatu? Julukan itu lahir dari kebiasaan lama masyarakat yang memanfaatkan kelopak bunga hibiscus sebagai bahan alami untuk menyemir sepatu.


Inibaru.id - Jika berjalan di pekarangan rumah, mungkin kita sering melihat tanaman yang bunganya lebar, merah merona, dan disebut di Indonesia sebagai Hibiscus rosa‑sinensis atau populer dengan nama bunga sepatu. Namun pernah nggak kita bertanya mengapa disebut “sepatu”? Nama yang terkesan sederhana ini ternyata menyimpan sejarah fungsi sehari-hari dan adaptasi budaya yang menarik, lo.

Di beberapa wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya, kelopak atau mahkota bunga hibiscus bukan hanya sebagai hiasan, Gez. Ada catatan bahwa bunga ini digunakan untuk menghasilkan pewarna gelap atau semir alami bagi permukaan kulit, termasuk sepatu. Misalnya, dalam keterangan tentang hibiscus di Singapura dicatat bahwa “…petals were used to produce a black dye for shoe polishing, hence hibiscus is also known as shoe flower.

Juga dalam artikel yang mengulas arti dan makna bunga hibiscus disebut bahwa “flower is also called a ‘shoeblack-plant’ or ‘shoe flower’ because they were used to polish shoes in Jamaica and some African countries.”

Artinya, nama “sepatu” pada bunga ini kemungkinan besar berkaitan langsung dengan penggunaannya sebagai semir atau pewarna sepatu di masa lalu. Julukan yang menunjukkan fungsi praktis ini kemudian melekat dalam kosa kata populer.

Nama lokal dan adaptasi budaya

Meski sekarang fungsi praktisnya telah digantikan, namun namanya tetap abadi. (via Rank)

Di Indonesia dan Malaysia, bunga hibiscus juga dikenal dengan nama “kembang sepatu” atau “bunga sepatu” yang dalam arti harfiah bisa dipahami sebagai ‘bunga yang digunakan untuk sepatu’. Catatan perpustakaan nasional Singapura menegaskan dalam bahasa Melayu/Indonesia, “In Malaya and Indonesia, the flower petals were used to produce a black dye for shoe polishing… hence hibiscus is also known as shoe flower”.

Dengan begitu, nama lokal “sepatu” tersebut bukan sekadar metafora bentuk atau keindahan semata, melainkan jejak dari fungsi sehari-hari yang nyata: semir sepatu dari kelopak bunga. Hal ini menunjukkan bagaimana kata sehari-hari bisa mencerminkan praktik budaya tradisional yang mungkin telah terlupakan.

Bayangkan saja, di masa lalu, seseorang menyiapkan sepasang sepatu kulit, lalu mengambil kelopak hibiscus dari kebun, menumbuk atau mengekstrak pigmen gelap dari bunga, lalu mengoleskannya pada sepatu agar tampak licin dan hitam mengilap. Aktivitas sederhana ini kemudian menghasilkan nama yang bertahan hingga kini yakni bunga sepatu.

Kini, meski fungsi semir tersebut mungkin sudah jarang dilakukan, nama tetap melekat. Saat kita menyebut “bunga sepatu”, kita sebenarnya merujuk pada warisan kecil dari penggunaan tradisional, perpaduan antara alam, budaya, dan keseharian manusia.

Dengan demikian, saat kamu menikmati keindahan bunga merah yang satu ini, ingatlah bahwa di balik nama “sepatu” ada kisah tentang kreativitas manusia memanfaatkan alam untuk kebutuhan sederhana, yang kemudian tertanam dalam kata-kata yang kita gunakan sehari-hari. Menarik banget ya kisah bunga nasional Malaysia ini, Gez? Apa kamu juga memilikinya di rumah? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: