inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Mulai Menanam Varietas Mawar Tanpa Duri, Petani Sumowono: Lebih Mudah Dipetik
Jumat, 7 Feb 2025 08:49
Penulis:
Bagikan:
Petani di Sumowono, Kabupaten Semarang, saat menanam mawar tanpa duri di ladangnya. (Inibaru.id/Arie Widodo)

Petani di Sumowono, Kabupaten Semarang, saat menanam mawar tanpa duri di ladangnya. (Inibaru.id/Arie Widodo)

Menanam mawar tanpa duri menjadi tren di kalangan petani di Sumowono. Alasannya, lebih muda dipetik, agar bisa segera dijual untuk mendapatkan harga terbaik.

Inibaru.id – Menjelang sore, pekatnya kabut disertai hujan sudah menyergap Sumowono, Kabupaten Semarang. Namun, Siti Chasanah telah memutuskan untuk tetap bergegas ke ladang. Dia ingin segera menanam batang-batang tanaman mawar yang didapatkannya dari tetangga.

Dilindungi caping dan jas hujan plastik, dengan menahan dingin Siti segera menyelesaikan proses penanaman. Padahal, saat ini sebetulnya sudah ada ratusan mawar yang ditandur di ladangnya. Tanaman-tanaman itu bahkan telah masuk tahap pemangkasan, tinggal menunggu panen jelang Idulfitri nanti.

Di Sumowono, para petani mawar memang terbiasa memangkas perdu mawar sekitar 1-2 bulan sebelum lebaran, agar bunganya mekar sempurna dan bisa panen raya pada akhir Ramadan atau sekitar seminggu sebelum Idulfitri.

Namun, batang mawar yang ditanam Siti pagi itu memang berbeda. Tanaman yang sudah dimilikinya sejak lama adalah varietas mawar berduri, sedangkan yang baru ini merupakan varietas yang nggak berduri, yang dia peroleh dari tetangga beberapa hari sebelumnya.

Mencoba Menanam Mawar Tanpa Berduri

Siti nggak mengetahui dengan pasti nama varietas mawar yang ditanamnya ini. Yang pasti, batang mawarnya nggak berduri; bunganya laku dijual dan harganya sama dengan mawar berduri yang dia tanam sebelumnya.

“Kebetulan ladang mawar tetangga saya jenis yang nggak berduri semua. Jadi, saya minta, toh dia juga sudah nggak membutuhkannya. Kalau berhasil ditanam, mungkin dua sampai sampai bulan lagi sudah bisa mulai berbunga,” ucapnya pada Rabu (5/2/2025) sore.

Siti menyadari, varietas mawar yang baru itu nggak mungkin ditargetkan untuk berbunga menjelang lebaran ini, secepat apa pun dia menanamnya. Namun, dia tetap harus bergegas karena batang-batang mawar tersebut sudah mangkrak beberapa hari sejak dipangkas oleh tetangganya.

“Takut layu kalau nggak segera ditanam, malah jadinya nggak mau trubus dan mati,” jawabnya sembari memandangi beberapa batang mawar yang telah tertancap di tanah.

Mawar Tanpa Duri Lebih Mudah Dipanen

Tanaman mawar tanpa duri yang diangkut Siti Chasanah dari ladang tetangganya dan kemudian ditanam di ladangnya. (Inibaru.id/Arie Widodo)
Tanaman mawar tanpa duri yang diangkut Siti Chasanah dari ladang tetangganya dan kemudian ditanam di ladangnya. (Inibaru.id/Arie Widodo)

Siti adalah petani asli Sumowono yang telah bertahun-tahun menghidupi keluarganya dengan budi daya mawar, selain tentu saja sayuran dan buah. Selama ini, dia bertahan dengan varietas mawar berduri yang juga dibudidayakan petani lain.

Namun, belakangan dia memang tengah kesengsem pada varietas mawar tanpa duri yang dibudidayakan tetangganya. Alasannya, karena proses memetik atau memanen bunganya lebih mudah, ringkas, dan cepat. Menurutnya, hal ini penting karena dia bisa metik bunga beberapa kali dalam sepekan.

"Perdu mawar itu rimbun. Bunganya ada di tengah. Jadi, pemetikan bisa memakan waktu lama untuk jenis (mawar berduri) yang sekarang saya tanam. Durinya nyangkut di baju atau jilbab," akunya.

Siti menilai, memanen mawar varietas tanpa duri bisa dua kali lipat lebih cepat dibanding yang berduri. Sebagai perbandingan, saat tetangganya sudah memanen dua keranjang, dia biasanya baru bisa memetik sekeranjang.

“Tapi, mawar (tanpa duri) ini belum memungkinkan untuk menggantikan yang sudah saya punya dalam waktu dekat. Nunggu besar dulu. Kalau sudah banyak, barulah bisa benar-benar menggantikannya," ujarnya.

Panen Lebih Cepat, Harga Lebih Tinggi

Mawar berduri yang sudah lama ditanam di ladang-ladang di Sumowono, Kabupaten Semarang. (Inibaru.id/Arie Widodo)
Mawar berduri yang sudah lama ditanam di ladang-ladang di Sumowono, Kabupaten Semarang. (Inibaru.id/Arie Widodo)

Tetangga Siti, dua bersaudara Khadijah dan Rofiah yang menggarap dua ladang berbeda juga mengaku sudah mengganti semua tanaman mereka dengan varietas mawar tanpa duri. Alasannya sama, yaitu agar proses pemanenan bisa dilakukan dengan lebih cepat.

Dengan begitu, mereka bisa panen lebih cepat, lalu bisa mendistribusikannya ke tengkulak di Pasar Bandungan saat matahari terbit untuk mendapatkan harga terbaik. Sebab, semakin siang harganya akan kian rendah.

“Dulu kan katanya mawar berduri bisa menghasilkan mawar jauh lebih banyak dari mawar tanpa duri. Tapi, ternyata tergantung cara merawatnya saja. Pas mengetahui ini, saya pun mantap mengganti mawar berduri jadi mawar tanpa duri saja. Banyak tetangga yang juga sudah melakukannya,” tandas Khadijah.

Peralihan dari mawar berduri menuju varietas tanpa duri agaknya juga akan segera diikuti petani mawar lain di Sumowono. Kalau kamu tertarik melihatnya, datang saja langsung ke sekitar kawasan Bandungan jelang lebaran ya, Millens! (Arie Widodo/E10)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved