Inibaru.id - Generasi Z, mereka yang lahir antara 1997 hingga 2012, seharusnya sedang berada di masa paling energik dalam hidupnya. Tapi nyatanya, banyak dari mereka justru merasa sudah “tua”, bukan karena usia, tapi karena tekanan hidup yang membebani lebih dulu.
Sebuah survei dari Ypulse menyebut, mayoritas Gen Z di awal usia 20-an merasa terlambat sukses, terlambat healing, bahkan terlambat menikmati hidup. Lelah, burnout, overthinking, sampai kehilangan arah jadi gejala yang nggak lagi asing terdengar.
Tekanan Media Sosial dan Fase Mencari Jati Diri
Psikolog klinis Reti Oktania, M.Psi. menjelaskan, di usia 20-an, Gen Z sedang berada di fase penting: mencari identitas. Tapi di saat yang sama, mereka juga dicekoki standar hidup ideal dari media sosial bahwa usia muda harus sudah sukses, punya bisnis, sering liburan ke luar negeri, atau minimal viral di TikTok.
“Ini masa identity versus role confusion. Tapi mereka malah sibuk membandingkan diri dengan orang lain yang tampak lebih ‘berhasil’, padahal belum tentu kenyataannya begitu,” ungkap Reti.
Efeknya? Beban mental datang lebih cepat. Gen Z merasa gagal padahal baru memulai. Merasa tertinggal padahal belum ke mana-mana.
Milenial Lebih Santai, Lebih Terima Diri
Berbeda dengan Gen Z, generasi milenial yang kini menginjak usia 30-an justru mulai kembali fokus ke diri sendiri. Meski juga sempat mengalami tekanan sosial dan krisis ekonomi, mereka perlahan mulai menata hidup. Budaya self-reward, healing, dan inner child mulai tumbuh subur di kalangan milenial.
“Banyak milenial sekarang lebih mindful. Fokus ke kesehatan, hubungan sosial, dan makna hidup,” kata Reti melansir Kompas (15/7/2025).
Cara Menata Diri Biar Nggak Merasa 'Tua Sebelum Waktunya'
Menurut Reti, kesalahan umum Gen Z adalah menaruh seluruh harga dirinya hanya pada satu aspek, misalnya pencapaian kerja. Ketika gagal, rasanya seperti hidup berantakan.
Untuk itu, dia menyarankan pendekatan enam “keranjang” identitas, seperti yang dikembangkan psikolog Susan Harter. Apa saja?
- Akademik dan pengetahuan: Terus belajar, entah dari kuliah, buku, atau YouTube.
- Koneksi sosial: Jalin hubungan yang sehat walau hanya dengan satu orang.
- Kesehatan fisik: Tidur cukup, makan sehat, gerak sedikit nggak apa-apa.
- Minat dan hobi: Lakukan tanpa beban prestasi. Mau fangirling? Gas!
- Tanggung jawab dan pekerjaan: Cari peran yang bermakna, bukan hanya pencapaian.
- Makna hidup dan kebaikan: Berbuat baik sekecil apa pun bisa bikin hati hangat.
“Kalau semua aspek hidupmu ada di satu keranjang, dan keranjang itu jatuh, ya kamu ikut runtuh. Tapi kalau punya banyak keranjang, satu jatuh pun kamu masih bisa berdiri,” tutup Reti.
Wahai Gen Z, kamu nggak sedang gagal kok. Kamu hanya hidup di era yang terlalu cepat menuntut hasil. Merasa tua di usia muda bukan salahmu, tapi jangan biarkan itu jadi identitasmu. Hidup bukan lomba siapa paling dulu sampai, tapi tentang siapa yang tetap bisa menikmati setiap langkah. Jadi, jangan lupa istirahat, tertawa, dan nikmati hari ini meski belum jadi apa-apa menurut pandangan orang lain. (Siti Zumrokhatun/E05)
