BerandaHits
Rabu, 15 Jul 2025 17:06

Fenomena Joki Strava dan Palsunya Prestasi Digital

Di tengah olahraga lari yang kian digandrungi, profesi sebagai joki pun bermunculan. (Freepik)

Di balik semangat hidup sehat dan semarak olahraga lari yang menggema di media sosial, muncul praktik joki Strava. Bagi sebagian orang, fenomena ini memalukan yang menodai esensi sportivitas. Sementara itu, para penjoki berlari demi cuan, sementara pemesannya berlari dari kenyataan.

Inibaru.id - Fenomena joki Strava tengah jadi sorotan. Di tengah tren hidup sehat dan semangat berlari yang kian diminati, justru muncul praktik nggak sportif. Yap, ada saja yang membayar orang lain agar tampak seperti pelari tangguh di aplikasi pelacak lari, Strava.

Bagi atlet nasional Yaspi Boby, ini bukan sekadar persoalan gaya-gayaan. “Joki Strava ini kecurangan. Tidak ada sportivitas dalam berkompetisi,” tegas peraih medali emas PON cabang atletik ini melansir Kompas, (14/7/2025). Dia menyayangkan bagaimana semangat kompetisi justru dikaburkan oleh ambisi pencitraan.

Sementara itu, dari sudut pandang sosiologis, fenomena ini bersinggungan erat dengan budaya FOMO (fear of missing out). Rissalwan Habdy Lubis dari Universitas Indonesia menyebut praktik ini lahir dari kebutuhan akan pengakuan. “Anak-anak muda ini sebenarnya pengin ikut gaya hidup sehat, tapi dengan cara instan demi konten dan validasi sosial,” jelasnya.

Menariknya, jasa joki ini ternyata menguntungkan di sisi lain. Seorang penjoki bernama Jason mengaku bisa meraup hingga Rp300.000 per kali lari. Nggak heran jika sejumlah anak muda melihat peluang bisnis dari gaya hidup digital ini.

Dampak Psikologis

Sebagian orang memakai jasa joki untuk validasi. (via Cakaplah)

Secara psikologis, praktik ini menyimpan tekanan yang nggak main-main lo, Gez. Hudaniah, dosen Psikologi dari UMM menyebut joki Strava sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri yang penuh manipulasi. “Itu semacam flexing olahraga, pencapaian palsu yang bisa memicu kecemasan karena takut ketahuan,” jelasnya sebagaimana dimuat Detik (26/7/2024).

Menurut Hudaniah, joki Strava juga adalah gejala sosial yang tumbuh subur karena media sosial membuka ruang eksistensi digital yang menggoda. Di tengah dorongan untuk diakui dan diapresiasi, pencitraan jadi lebih penting daripada proses.

Fenomena ini menunjukkan bahwa media sosial bisa membuat aktivitas sederhana seperti berlari menjadi ajang pamer yang penuh tekanan. Prestasi menjadi tujuan semu. Nilai-nilai seperti disiplin, konsistensi, dan kejujuran yang menjadi inti dari olahraga perlahan tergerus demi likes dan komentar.

Berlari seharusnya jadi perjalanan personal, bukan sekadar kompetisi digital. Strava bukan ajang tipu-tipu. Kalau semua dicapai dengan jalan pintas, apa artinya menjadi sehat jika jiwanya terus berlari dari kejujuran?

Saatnya kembali ke tujuan awal yakni berolahraga demi tubuh, bukan demi validasi semu. Jangan cuma mau terlihat sehat jadilah benar-benar sehat. Gimana menurutmu, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: