BerandaHits
Selasa, 15 Jul 2025 11:01

Kala Otoritas Korea Selatan Semakin Khawatir dengan Meningkatnya Kasus Bunuh Diri di Usia Remaja

Penulis:

Kala Otoritas Korea Selatan Semakin Khawatir dengan Meningkatnya Kasus Bunuh Diri di Usia RemajaArie Widodo
Kala Otoritas Korea Selatan Semakin Khawatir dengan Meningkatnya Kasus Bunuh Diri di Usia Remaja

Banyak remaja Korea Selatan yang stres di lingkungan akademik. (Caamedia)

Saking banyaknya remaja yang stres gara-gara tekanan akademik, banyak yang akhirnya terpikir untuk bunuh diri di Korea Selatan.

Inibaru.id - Saya masih ingat betul obrolan dengan teman saya asli Korea Selatan beberapa tahun lalu. Kala itu, kami berada di atap sebuah gedung apartemen 20 lantai dan menikmati pemandangan matahari terbit. Tapi, dia berkali-kali mengingatkan saya untuk tetap tenang agar nggak ketahuan petugas keamanan apartemen yang berlokasi di Busanjin-gu, Kota Busan tersebut.

Dengan sedikit keheranan, saya bertanya apa alasan dari hal ini mengingat di atap gedung tersebut, kami hanya menonton pemandangan kota yang indah dari ketinggian, bukannya melakukan tindakan kriminal.

"Di beberapa apartemen lain, banyak yang bunuh diri dengan melompat dari atap gedung. Makanya, kalau ketahuan, kita pasti langsung diminta turun," ungkap rekan saya bernama Jiyoung tersebut.

Siapa sangka, apa yang diungkap rekan saya terkait dengan kasus bunuh diri di gedung tinggi ini masih terjadi hingga sekarang di Korea Selatan. Bahkan, yang bikin mengenaskan, sebagian besar pelakunya adalah para remaja.

Kabar tentang tiga siswa di Busan yang mengakhiri hidupnya dengan melompat dari gedung apartemen pada 21 Juni 2025 lalu memunculkan kembali kegelisahan lama yang belum juga teratasi.

Ironisnya, kasus tragis ini hanya satu dari sekian banyak kasus yang terjadi di sana. Kantor distrik Gangnam-gu di Seoul bahkan mulai mengambil langkah pencegahan serius karena mendapati peningkatan jumlah remaja yang berkeliaran di atap-atap gedung tinggi di sekitar Stasiun Gangnam.

Beberapa gedung bahkan disebut oleh warganet sebagai “landmark bunuh diri”, seolah-olah lokasi itu punya daya tarik tersendiri bagi remaja yang sedang kehilangan arah.

“Beberapa pelajar mengaku datang hanya karena penasaran. Mereka kebanyakan ingin tahu seperti apa sensasinya berada di ketinggian. Tapi, tetap saja, kami khawatir mereka akhirnya terpikir bakal benar-benar lompat dari sana,” ungkap seorang pejabat distrik, sebagaimana dilansir Asia News Network pada Selasa (1/7/2025).

Atap gedung apartemen di Korea jadi lokasi yang dipilih remaja untuk bunuh diri. (Bloomberg)
Atap gedung apartemen di Korea jadi lokasi yang dipilih remaja untuk bunuh diri. (Bloomberg)

Lebih miris lagi, beredar pula anggapan aneh bahwa melompat dari gedung-gedung tertentu bisa lebih cepat “mengantar ke surga”. Meskipun tidak bisa dipastikan dari mana rumor itu bermula, dampaknya sangat nyata dan berbahaya.

Para pakar kesehatan mental di Korea Selatan menyuarakan keprihatinan yang mendalam. Profesor Hong Hyun-joo dari Universitas Hallym menyebut kasus bunuh diri kini mulai dipandang sebagian remaja sebagai “solusi sah” atas tekanan yang mereka alami, bukan lagi sebagai tindakan ekstrem yang harus dicegah.

Statistik pun memperkuat kekhawatiran ini. Dalam satu dekade terakhir, angka bunuh diri remaja di Korea meningkat drastis dari 5,5 kasus per 100 ribu jiwa pada 2011 menjadi 7,9 kasus pada 2023. Peningkatan ini kontras dengan penurunan kasus bunuh diri di kelompok usia lain di negara tersebut.

Apa yang mendorong lonjakan ini? Tekanan akademik disebut sebagai salah satu penyebab utama. Dalam budaya yang sangat kompetitif seperti Korea Selatan, nilai dan prestasi sering kali dianggap lebih penting daripada kesehatan mental. Para siswa dituntut untuk terus unggul, bahkan jika itu mengorbankan kebahagiaan dan keseimbangan emosional mereka.

Psikiater Baek Jong-woo dari Rumah Sakit Universitas Kyung Hee menekankan perlunya pendekatan baru dalam menangani isu ini. “Kita harus berfokus pada mereka yang masih hidup, yang sedang berjuang secara diam-diam. Kita perlu membangun sistem dukungan yang nyata di sekolah-sekolah,” katanya.

Ia juga mendorong adanya konseling rutin dan pelatihan kesehatan mental di lingkungan sekolah. “Ketahanan emosional bisa dilatih. Kita hanya butuh ruang dan kesempatan untuk melakukannya,” tutupnya.

Saya pun kembali teringat dengan ucapan Jiyoung yang kala itu menyebut sejumlah apartemen sampai memilih untuk untuk mengunci pintu akses ke atap gedung demi mencegah orang yang pengin bunuh diri. Bisa jadi, hal ini bakal kembali dilakukan di apartemen-apartemen di Korea Selatan.

Tapi, bisa jadi itu belum cukup. Semua pihak, khususnya di sekolah maupun keluarga, harus melakukan berbagai cara demi membuat para remaja ini kembali berbahagia dan nggak lagi terpikir untuk bunuh diri. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E07)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved