Inibaru.id – Harga minyak goreng yang meroket berimbas pada penjual gorengan dan pemilik usaha angkringan. Mereka pun mengalami dilema antara terpaksa menaikkan harga atau terus merugi.
Pemilik angkringan Selera SK yang berlokasi di Jalan Suyudono Semarang, Lestari merasakan betul dampaknya. Dengan harga minyak goreng kemasan yang menyentuh Rp 24 ribu per liter, dia kini hanya bisa mendapatkan keuntungan Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu saja per hari.
Padahal, saat minyak masih mudah didapat dengan harga terjangkau, keuntungannya bisa lebih dari Rp 100 ribu.
“Selisih pendapatan ini cukup lumayan berpengaruh. Sebab kebutuhan hidup sudah mulai meningkat saat anak-anak sudah mulai aktif sekolah (tatap muka). Untuk menyesuaikan harga gorengan dengan harga minyak saya tidak berani karena khawatir pembeli akan lari. Untuk memperkecil ukuran juga khawatir tidak akan ada yang mau beli. Akhirnya saya harus menerima keadaan,” ungkapnya, Minggu (20/3/2022).
Penjual Gorengan Terpaksa Merugi
Hal yang sama dialami penjual gorengan di Pasar Wejoniangun di Kota Magelang, Tarso. Laki-laki berusia 40 tahun ini bahkan terpaksa merugi karena nggak ingin kehilangan pelanggan jika menaikkan harga.
“Kalau harga dinaikkan nanti pelanggannya pergi. Begitupun kalau ukuran diperkecil rasanya tidak mungkin. Jadi terpaksa tombok,” keluhnya, Rabu (23/3).
Dia juga menganggap kenaikan harga minyak goreng di pasaran yang mencapai dua kali lipat sudah keterlaluan.
Pilihan berbeda dilakukan Sugiarti, penjual gorengan di Pasar Muntilan, Kabupaten Magelang. Dia kembali memakai minyak goreng curah dan akhirnya menaikkan harga gorengan dari Rp 1.250 jadi Rp 1.500 per biji. Sayangnya, karena minyak curah juga ikut-ikutan sulit dicari, dia kebingungan bagaimana harus melanjutkan dagangannya.
Baca Juga:
Aturan HET Minyak Goreng Dihapus!“Kalau nggak ada minyak ya nggak jualan,” ujarnya, Rabu (23/3).
Pisang Tak Laku Karena Penjual Gorengan Urung Beli
Efek berantai kenaikan harga minyak goreng berlanjut hingga ke penjualan pisang. Kusmiyati, penjual pisang di Pasar Bintoro Demak mengaku dagangannya nggak laku hingga membusuk karena nggak ada penjual gorengan yang beli. Kondisi ini sudah berlangsung selama dua pekan. Biasanya pisang ini digunakan sebagai isi molen atau dijadikan pisang goreng.
“Penjual gorengan mau beli pisang pun mundur karena minyak mahal,” ungkapnya, Rabu (23/3).
Dia pun berharap pemerintah bisa segera mengendalikan harga minyak goreng agar masyarakat nggak lagi kesulitan.
“Jangan dinaikkan. Kasian penjual kecil-kecil. Kalau naik terus nanti tidak bisa usaha,” minta perempuan berusia 35 tahun ini.
Kalau di tempatmu, apakah harga gorengan juga ikut naik, Millens? (Tri, Krj, Rad/IB09/E05)