BerandaHits
Selasa, 7 Jun 2021 12:13

Dampak Negatif Kebijakan Satu Anak Cukup yang Diterapkan Tiongkok

Kebijakan satu anak cukup di Tiongkok menyebabkan dampak bagi populasi penduduk di sana. (Flickr/ Gauthier DELECROIX - 郭天)

Sejak diterapkan pada 1979, kebijakan satu anak cukup di Tiongkok memberikan dampak luar biasa bagi populasi di negara tersebut. Hanya, hal ini membuat pemerintahannya kelimpungan dan kini meminta warganya punya tiga anak. Ada apa?

Inibaru.id – Demi menekan laju pertambahan penduduk yang sangat cepat, sejak 1979, Tiongkok menerapkan kebijakan satu anak cukup. Kebijakan ini memang berhasil, namun dampaknya kini angka kelahiran di sana menurun dengan drastis. Kini, Tiongkok pun meminta warganya untuk memiiki anak lebih banyak.

Presiden Tiongkok Xi Jinping menyebut pasangan suami-istri kini diperbolehkan memiliki tiga anak. Padahal, sebelumnya Tiongkok sudah memperbolehkan pasangan untuk memiliki dua anak. Berubahnya kebijakan ini disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk di Tiongkok yang paling lambat dalam beberapa dekade belakangan.

Pada 2020 lalu, hanya 12 juta bayi yang terlahir di seluruh Tiongkok. Angka ini menurun drastis dari 2016 yang mencapai 18 juta. Bahkan, angka kelahiran pada 2020 ini adalah yang terendah sejak 1960-an.

Meski begitu, banyak pihak yang menyebut penurunan angka kelahiran ini nggak murni disebabkan oleh kebijakan satu anak cukup. Ada banyak hal yang membuat warga Tiongkok kini seperti enggak memiliki anak. Bagi banyak generasi muda, punya anak seperti memberikan banyak kekhawatiran dan melelahkan.

Hal ini mirip dengan yang terjadi di sejumlah negara maju di Eropa dan Jepang, di mana angka kelahirannya juga turun drastis karena generasi mudanya memiliki prioritas lain seperti pendidikan atau karier. Di Jepang dan Korea Selatan, meski pemerintah menjanjikan insentif agar generasi muda mau punya anak, tetap saja angka kelahirannya juga terus menurun.

Terjadi Ketidakseimbangan Gender

Nggak hanya angka kelahiran, di Tiongkok terjadi ketidakseimbangan gender parah. (Flickr/ Matthias Ripp)

Nggak hanya angka kelahiran yang turun drastis, terjadi ketidakseimbangan gender yang sangat parah di Tiongkok. Pada 2020 lalu, jumlah laki-laki di sana lebih banyak 34,9 juta orang dari jumlah kaum hawa. Otomatis, banyak laki-laki yang kesulitan mendapatkan istri. Persaingannya terlalu ketat.

Penyebabnya beragam. Nggak hanya kebijakan satu anak cukup, orang tua Tiongkok dulu lebih suka dengan anak laki-laki daripada anak perempuan. Bahkan, ada ibu hamil yang sampai melakukan aborsi hanya gara-gara anak yang dikandung adalah perempuan. Nah, dampaknya sangat terasa di masa sekarang.

Meski Tiongkok sudah berusaha memperbaiki dengan memperbolehkan dua anak pada 2016 lalu, kekacauan angka kelahiran dan ketimpangan gender ini sudah terlalu parah. Apalagi, pemerintah nggak memberikan insentif atau dukungan bagi keluarga agar punya anak lebih banyak. Alhasil, banyak orang tua yang tetap enggan karena kesulitan biaya pendidikan atau fasilitas penitipan anak.

Meski begitu, pakar demografi dari Universitas Xi’an Jiaotong Dr Jiang Quanbao yakin jika masih belum terlambat bagi Tiongkok untuk memperbaiki hal ini. Menurutnya, masih banyak orang Tiongkok yang percaya dengan norma bahwa orang dewasa nantinya akan menikah dan punya anak.

Menarik ya, Millens. Ternyata di Tiongkok sudah banyak orang yang nggak mau punya anak. Kalau di Indonesia, apakah fenomena ini sudah mulai terjadi? (Bbc/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: