Inibaru.id - Salah satu jenis karya seni rupa yang dibikin dengan tujuan memberi nilai guna dan memiliki fungsi praktis di kehidupan sehari-hari biasa disebut dengan seni rupa terapan. Nah, pada ranah ini, pastinya para seniman selalu berhadapan dengan klien.
Seperti yang kita tahu, klien selalu memegang kendali penuh atas karya-karya yang dibuat oleh para seniman. Kondisi seperti ini nggak selalu ideal di mata perupa dan nggak jarang memunculkan keresahan dalam hati dan pikiran mereka.
Untuk menumpahkan keresahan itu, para seniman rupa terapan Semarang menggelar Pameran Seni Rupa Kontemporer bertajuk Client is Dead. Pameran yang berlangsung dari 30 April-12 Mei 2023 itu diadakan di Tan Art Space, Jalan Papandayan 11, Semarang.
Karya-karya apik dan atraktif yang ada di ruang pamer itu adalah bikinan dari kelompok seni Yuhu Prjct yang terdiri dari empat seniman muda Semarang. Mereka adalah Yepe Rosario, Aglis Dhamarhapsara, Ferdinandus Erdin, dan Febriyanto Valentino.
Keempat anak muda ini memiliki latar belakang sama, yakni seniman rupa terapan yang karyanya bergantung pada keinginan klien. Yepe Rosario, Aglis Dhamarhapsara, dan Ferdinandus Erdin adalah seorang ilustrator sekaligus muralis. Sedang Febriyanto Valentino ialah seorang perupa yang menggunakan media kulit untuk berkarya.
Ruang untuk Karya Sendiri
Tema Client is Dead diangkat untuk menumpahkan keresahan dan kejenuhan mereka terhadap rutinitas menggambar yang harus sesuai dengan brief, deadline dan revisi dari klien.
“Kita jenuh dengan aktivitas berkarya kita yang selama ini selalu sesuai keinginan klien, mbak. Kami juga ingin berkarya sesuai keinginan kita sendiri,” terang Yepe Rosario yang ditemui Inibaru.id di Tan Art Space pada Jumat (5/5).
Meski memilih tema Client is Dead, jangan mengartikan membunuh klien secara harfiah ya, Millens! Menurut Yepe, tema itu dipilih sebagai gambaran bahwa keberadaan klien dalam ranah industri seni terapan ini ingin dihentikan untuk sementara.
“Untuk menyiapkan pameran ini, kami benar-benar menghentikan pesanan klien selama satu bulan. Dan selama sebulan itu kami fokus membuat karya untuk pameran ini,” jelas ilustrator muda Semarang itu.
Lebih Bebas dan Menantang
Dalam proses pengerjaan karya itu, para seniman Yuhu Prjct ini didampingi langsung oleh salah satu seniman kondang Semarang, Kokoh Noegroho.
Dengan dipantau seminggu sekali oleh Kokoh yang pernah mengikuti pameran di Galeri Nasional, para seniman Yuhu Prjct merasa lebih percaya diri dalam berkarya dan melaksanakan pameran perdana mereka ini.
“Dalam pameran ini, kami ditantang mas Kokoh sebagai kurator sekaligus pembimbing untuk berani berkarya dengan media yang lebih beragam,” tutur Yepe.
Hal ini memanglah benar. Dalam ruang pamer Client is Dead ini, karya-karya yang ada nggak melulu menggunakan media kanvas. Di sana kamu akan menjumpai karya yang terbuat dari resin, papan kayu, seragam sekolah, whiteboard bahkan kulit sebagai media lukisnya.
Yepe menggunakan media resin, kanvas dan benang goni. Tiga karyanya yang mengusung tema penemuan jati diri dan pembuktian itu berjudul 3:30, A Journey, dan Forever Won’t be Blue.
“Aku senang banget bisa memajang karyaku di pameran yang benar-benar proper kaya gini,” jelas Yepe tersenyum bangga.
“Dulu pernah ikut pameran tapi dari print karya digitalku, sih. Kalau ini kan benar-benar buat karya seni kontemporer, jadi merasa lebih tertantang,” tandasnya.
Bagi kamu yang ingin melihat langsung karya seniman Yuhu Prjct dalam pameran Client is Dead ini, bisa langsung datang ke Tan Art Space ya! Acara ini gratis untuk umum, lo. So, tunggu apa lagi? Yuk, langsung gas ke sana! (Rizki Arganingsih/E10)