Inibaru.id - Lukisan dari sisi pembuatnya merupakan bentuk ekspresi diri, curahan hati, kegelisahan jiwa, dan media katarsis. Pelukis memadukan kemampuan berpikir, merasa, dan menyapukan kuas untuk menciptakan sebuah lukisan yang sarat makna.
Dalam sebuah ruang pamer, hasil lukisan tadi berjajar, menanti pengunjung yang sekadar melihat atau malah membelinya dengan harga mahal. Si pengunjung menjadi terinspirasi dan tercerahkan dengan lukisan yang dia lihat, sementara kolektor membawa pulang lukisan favoritnya.
Itulah sebenarnya bayangan ideal perjalanan lukisan dari pembuat ke penikmatnya yang ada dalam benak saya. Namun kenyataannya, setiap lukisan nggak selalu mempunyai takdir yang “mulus” itu. Ia mungkin saja hanya berdiam diri di dinding ruang pamer, melihat pengunjung berlalu lalang, sesekali pegunjung itu menatapnya sebentar, lantas pergi.
Ya, nggak semua pengunjung pameran selalu bisa memahami lukisan-lukisan. Saya merupakan salah seorang itu. Bisa saja karena kepekaan saya untuk mengapresiasi seni, khususnya seni lukis, belum begitu terasah.
Dalam kesempatan perjumpaan saya dengan seorang pelukis asal Semarang Kokoh Nugroho, saya menanyakan perihal ini. Menurutnya, kepekaan menangkap makna lukisan bisa kian tajam jika selalu dilatih.
Kepada saya, laki-laki yang baru saja selesai menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional itu memberikan beberapa masukan agar suatu saat saya bisa menikmati lukisan dengan baik. Ini dia tips darinya.
Mendatangi pameran nggak cukup sekali
Kepekaan pada hal apa saja harus diasah berkali-kali, nggak terkecuali dalam hal memahami lukisan. Oleh karena itu, Kokoh menyarankan jika ada agenda pameran, jangan ragu untuk menghadiri.
“Kalau ada pemeran, datangi! Ada lagi, datangi! Secara perlahan, kepekaan itu hadir pada jiwa dan pikiran kita. Tapi nggak cukup sekali,” terangnya.
Melihat lukisan dengan hati dan pikiran tenang
Menikmati lukisan nggak bisa dalam kondisi yang terburu-buru. Kita butuh mengalokasikan sejumlah waktu karena hati dan pikiran saat menghadap lukisan harus tenang. Hilangkan pikiran bahwa kita harus bisa menerjemahkan isi dari lukisan.
Lukisan butuh “didengar” dengan mata, bukannya dihakimi bagus atau buruk. Inilah yang kadang orang awam nggak tahu. Dengan pikiran yang bersih tanpa penghakiman apa pun, kita akan melihat lukisan apa adanya.
Perhatikan perasaan setelah melihat lukisan
Kokoh Nugroho membuat beberapa lukisan tentang perang. Lukisan tersebut bermuatan kesedihan, kenestapaan, dan derita penindasan kaum kuat kepada kaum lemah. Nah, melihat lukisan semacam itu, akankah perasaan kita turut meratapi penderitaan yang disebabkan oleh perang?
Kita harus perhatikan perasaan diri sendiri setelah mengamati sebuah lukisan, Millens. Apakah kita merasa bahagia? Apakah membuat kita mengingat pengalaman emosional pribadi? Nikmati perasaan-perasaan tersebut, karena inilah bagian terpenting dalam menikmati lukisan!
Mengobrol dengan Pelukis
Nggak lengkap rasanya datang ke pameran tanpa bertemu dan bercakap dengan pelukisnya. Jika kesempatan itu ada, tanyakan apa saja, seperti apa makna lukisannya, bagaimana proses kreativitasnya, atau apa material dari lukisannya. Tanyakan juga tentang latar belakang pelukis dan perjalanan karier melukisnya. Dengan bercakap-cakap, kamu bisa menyamakan frekuensi untuk mengintepretasikan lukisan.
“Mengobrollah dengan pelukis. Jika nggak ada, ya dengan pemandu. Jangan lupa minta buku katalog. Minimal, jangan sampai nggak baca caption,” saran Kokoh.
Hanya empat poin, tapi bagi saya, tips mudah membaca lukisan dari Kokoh Nugroho itu sungguh membantu. Bagaimana dengan kamu, Millens? (Siti Khatijah/E03)