BerandaHits
Senin, 7 Mei 2023 18:00

Cerita Kakek di Jepang yang Berhasil Cegah Ratusan Orang Bunuh Diri

Yukio Shige sudah menyelamatkan hampir 800 orang yang pengin bunuh diri di Tojinbo, Jepang. (Liputan6)

Yukio Shige nggak pengin hanya bersantai di usianya yang sudah mencapai 79 tahun. Dia rutin berpatroli di Tebing Tojinbo demi mencegah orang-orang melakukan bunuh diri di sana. Apa yang membuatnya melakukan aksi mulia tersebut, ya?

Inibaru.id – Yukio Shige bukanlah kakek-kakek biasa, di usianya yang sudah mencapai 79 tahun. Dia nggak hanya duduk santai di rumahnya menikmati masa tua. Justru, dia sering berpatroli di sebuah tebing pinggir laut yang ada di Tojinbo, Sakai, Prefektur Fukui, Jepang.

Shige nggak berada di sana untuk menikmati pemandangan, melainkan mencegah orang-orang yang pengin bunuh diri. Tebing tersebut memang cukup populer dijadikan tempat mengakhiri hidup bagi orang-orang sekitar.

Laki-laki yang sudah pensiun dari kepolisian sejak 19 tahun silam tersebut selalu berusaha mengajak ngobrol orang-orang yang pengin bunuh diri agar mengurungkan niatnya.

Shige terpikir untuk melakukan aksi ini gara-gara sebuah kejadian pada 2003, tepatnya sebelum pensiun. Tatkala mendatangi Tojinbo, dia terkejut dengan banyaknya mayat orang yang bunuh diri di lokasi tersebut.

Selain itu, dia sempat menemui pasangan lanjut usia dari Tokyo yang terjerat utang dan pengin bunuh diri di tempat yang sama.

Shige berhasil meyakinkan mereka untuk membatalkan niatnya. Dia lalu memanggil rekan polisi lain untuk mengantarkan pasangan tersebut ke Biro Kesejahteraan agar bisa mendapatkan solusi.

Sayangnya, mereka hanya diberi uang untuk pulang. Shige kemudian dikirimi sebuah surat dari pasangan tersebut yang ternyata bunuh diri di tempat lain, yaitu Nagaoka di Prefektur Niigata.

Kejadian tersebut membekas di ingatan Shige hingga membuatnya bertekad untuk terus mencegah orang bunuh diri dengan rutin berpatroli di Tebing Tojinbo.

Karena lokasi tebing cukup luas, Shige juga memakai teropong untuk melihat sisi tebing yang lain. Terkadang, dia harus memanjat tebing hanya untuk menemui orang yang sudah putus asa dan meminta mereka nggak melakukannya.

Yukio Shige saat berpatroli di Tebing Tojinbo. (LA Times/Jonathan Kaiman)

“Saya hanya menyapa mereka dan menanyakan kabarnya. Mereka sebenarnya hanya menunggu orang yang mau diajak bicara dan berkeluh kesah,” ucapnya sebagaimana dikutip dari Daaitv, Jumat (14/4/2023).

Lebih dari itu, dia mengajak orang-orang tersebut untuk minum teh, memberikan tempat untuk menginap, dan terus diajak berbicara agar orang tersebut kembali melihat titik cerah dari berbagai permasalahan hidupnya.

Aksi Shige nggak sia-sia. Hampir 800 orang mampu dia selamatkan hingga sekarang. Dia pun populer di kalangan warga setempat sebagai laki-laki “chotto matte” yang berarti “tunggu sebentar” dalam Bahasa Jepang. Kata tersebut memang sering diucapkan Shige saat melihat orang yang ingin bunuh diri.

Jepang adalah salah satu negara dengan angka bunuh diri yang cukup tinggi. Per 2016 lalu saja, setidaknya ada lebih dari 17 kasus bunuh diri per 100 ribu warganya. Bahkan di kelompok usia 15 sampai 39 tahun, bunuh diri adalah penyebab kematian tertinggi jika dibandingkan dengan kecelakaan, penyakit, dan lain-lain.

Angka bunuh diri yang tinggi di sana dipicu oleh adanya kepercayaan bahwa mengeluh adalah hal yang tabu untuk dibicarakan. Mereka pun memilih diam dan akhirnya menjadi depresi saat terjerat masalah besar.

Ditambah dengan kebutuhan ekonomi yang semakin sulit dipenuhi, banyak warga yang akhirnya memilih untuk menyerah menjalani kehidupan yang dianggap hanya memberikan penderitaan hingga putus asa.

Putus asa inilah kerap menjadi motif seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Kalau kamu ada teman atau keluarga yang bermasalah, jangan ragu untuk mengajak bicara atau membantunya ya seperti yang dilakukan Yukio Shige. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024