Inibaru.id – Salah satu kegiatan yang identik dengan puasa adalah sahur. Umat Islam diminta bangun sebelum fajar buta untuk makan sebagai bekal puasa seharian. Waktu sahur yang dini hari itu nggak jarang membuat sejumlah orang malas gerak alias mager karena masih ngantuk.
Alhasil, orang-orang yang masih mengantuk saat bangun sahur akan melanjutkan tidurnya usai menyantap makanan. Pola ini nggak bermasalah, kok. Kendati begitu, menurut dokter spesialis gizi klinik Inge Permadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Orang yang hendak tidur usai sahur diminta memberi jarak waktu yang cukup antara selesai makan dan waktu tidur.
“Ketika makanan masuk ke dalam tubuh kita, berarti tubuh kita sedang aktif. Bukan masalah metabolisme tubuh, tapi makanan adalah sumber energi. Ketika sumber energi tidak dipergunakan oleh tubuh kita, yang akan terjadi akan ditumpuk,” ujarnya seperti ditulis laman Kompas (22/5/2018).
Menurut Inge, makanan yang ditumpuk ini akan dipergunakan saat seseorang beraktivitas. Karena itu, sangat penting untuk menjaga jarak antara selesai makan dengan waktu tidur. Paling tidak sekitar setengah jam atau sehabis subuh kamu baru bisa tidur kembali.
Berbeda dengan Inger, ahli gastroenterologi dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam nggak menganjurkan hal ini. Pola ini bahkan sangat nggak dianjurkan bagi penderita maag atau penyakit asam lambung (GERD).
Nah, untuk menyiasatinya, Ari menyarankan untuk beristirahat dengan posisi setengah duduk dengan bantal yang ditinggikan. Posisi kanan atau pun ke kiri nggak terlalu berpengaruh dalam mencegah GERD. Inti meninggikan bantal itu adalah untuk menjaga posisi badan supaya asam lambung nggak berbalik arah mengikuti gaya gravitasi ke dada dan kerongkongan.
Dia juga menjelaskan, sebaiknya seseorang memberikan jarak waktu antara makan dan tidur sekitar dua jam.
Tuh, nggak boleh sembarangan tidur setelah sahur ya, Millens. Kalau nggak pengin ngantuk pas sahur, harus tidur malam lebih awal nih! (IB07/E04)