BerandaHits
Kamis, 8 Jun 2022 17:51

Asal Mula Slawi-Tegal Jadi Pusat Produsen Jenama Teh Legendaris di Indonesia

Ilustrasi: Sejumlah jenama teh dari Slawi, Tegal. (Muda.kompas.id)

Sejumlah jenama teh besar di Indonesia seperti Teh Tong Dji, Teh Sosro, Teh Poci, dan sebagainya ada di Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Bagaimana bisa produksi teh dimulai di wilayah ini, ya?

Inibaru.id – Tegal lebih dari sekadar Warteg. Di wilayah yang ada di Pantai Utara (Pantura) Jawa ini, kamu juga bisa menemukan sejumlah produsen teh populer di Indonesia. Lantas, seperti apa awal dari produksi teh di wilayah ini, ya?

Setidaknya, ada enam jemana teh besar yang diproduksi di sini. Yang paling populer adalah Teh Tongtji yang sudah eksis sejak 1938, Teh Gopek yang berdiri pada 1942, Teh Dua Tang yang ada sejak 1942, Pabrik Teh Gunung Slamat yang memproduksi Teh Sosro dan Teh Poci sejak 1940, serta Teh Tatah.

Bermula Sejak Tanam Paksa

Sejarah teh di Tegal terkait dengan masa tanam paksa atau cultuurstelsel yang jadi kebijakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Graf Johannes van den Bosch sejak 1830. Kala itu, di sejumlah wilayah di Nusantara, petani dipaksa untuk menanam tanaman yang dianggap bisa dijual mahal dan menguntungkan di Eropa seperti kopi, tebu, gula, nila, dan teh.

J.I.L.L Jacobson yang tahu betapa berharganya teh pada masa itu sampai menyelundupkan bibit pohon ini dari Taiwan pada 1832. Kisah ini sampai tertulis dalam buku Gedenkboek der Nederlandsch Indische Theecultuur 1824-1924. Sayangnya, uji coba penanaman pohon ini di Karawang, Jawa Barat, gagal.

Nggak patah arang, Jacobson menyelundupkan lagi bibit teh. Kali ini dari Tiongkok. Akhirnya, dia berhasil menanamnya di Bandung. Meski awalnya dari hal yang ilegal, pada akhirnya Jacobson justru dianggap sebagai inspektur Hindia Belanda dalam membudidayakan teh.

Pabrik teh di Tegal. (yru.or.id)

Sejak saat itulah, dia aktif menanam teh di sejumlah wilayah seperti Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Surabaya, Banyumas, Kedu, Bagelen, Besuki, dan juga di Banten. Khusus untuk penanaman teh di Tegal, dilakukan di Kaki Gunung Slamet sejak 1846. Menariknya, area kebun teh yang dikenal dengan nama Bumijawa ini masih eksis sampai sekarang lo.

Di sana, jenis teh yang ditanam adalah Camelia Sinensis yang dikenal sebagai bahan pembuatan teh wangi. Setidaknya, Teh 2 Tang, Teh Gopek, serta Teh Tongtji mendapatkan bahan utamanya dari perkebunan ini, Millens.

Pabrik Teh Pertama Berdiri di Tegal pada 1928

Menariknya, pabrik teh yang kali pertama berdiri di Slawi, Tegal justru adalah produsen Teh Tatah pada 1928. Yang mendirikan adalah Lie Seng Hok. Lie Cisien atau Laurensius Agung Sugiharto selaku cucu dari pendiri teh ini pun menceritakan sejarahnya.

“Pertama-tamanya di Kota Slawi ini munculnya teh wangi itu dari eyange aku. Engkong namane Lie Seng Hok,” jelas Ci Sien, Juli 2021.

Maria Sinta Handayani atau Sim Lian Sin, istri dari Ci Sien membenarkan kalau pabrik Teh Tatah dibuka pada 1928.

Sayangnya, sejak 1956, pamor Teh Tatah menurun akibat persaingan bisnis. Padahal, dulu teh ini bisa mendapatkan konsumen sampai Jakarta. Setelah itu, jenama ini pun hanya menjual teh untuk pasar lokal saja hingga pabriknya tutup pada 1975.

“Pada tahun 1940-an, mulai ditembak sama generasi-generasi baru pabrik teh yang sekarang besar-besar. Ya pada belajar bikin teh. Ada yang belajar ke sini juga,” cerita Ci Sien dengan santai.

Ci Sien bahkan sampai nggak ragu membeberkan resep mengolah teh hijau dan melati sehingga menjadi teh wangi yang jadi ciri khas pabrik-pabrik teh besar dari Slawi.

“Daun teh hijau dimasak dulu, digoreng, disangrai. Teh langsung goreng manual, pakai kaya paso, diungkep sama melati," ceritanya.

Selain itu, biasanya petani melati memberikan melati kuncup pada sore hari karena melati-melati ini akan ‘bermalam’ bersama dengan teh sehingga wangi melati bakal meresap pada teh.

Menarik juga ya sejarah teh di Tegal sampai jadi pusat jenama teh besar di Indonesia. (Kom/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Jokowi dalam Jajaran Tokoh Terkorup di Dunia

1 Jan 2025

Menko Pangan Zulhas: 2025, Bulog akan Serap Hasil Pertanian Indonesia

1 Jan 2025

Untuk Perikanan Jateng, Menteri KKP Revitalisasi Tambak di Pantura Jawa

1 Jan 2025

Tahun Baru 2025, Begini Tantangan Berat Pers di Masa Depan Menurut Dewan Pers

1 Jan 2025

Tentang Dua Film 'Last Letter' yang Digarap Seorang Sutradara

1 Jan 2025

Libur Sekolah Selama Ramadan 2025; Mendikdasmen: Belum Jadi Keputusan

1 Jan 2025

AQ, Faktor Penting Penentu Kesuksesan Selain IQ

1 Jan 2025

Pemerintah Revisi Aturan PPN 12 Persen, Apa yang Terjadi?

1 Jan 2025

Kata Guru dan Orang Tua Siswa tentang Rencana UN yang Akan Diadakan Kembali

2 Jan 2025

Ttangkkeut, Tempat Warga Korea Melihat Matahari Terbit Pertama di Awal Tahun

2 Jan 2025

YOLO; Filosofi Hidup Sekali yang Memacu Kebahagiaan Plus Risiko

2 Jan 2025

Ada Sampah di Planet Mars, Arkeolog: Jangan Dibuang tapi Dilestarikan!

2 Jan 2025

Hari Pertama 2025: KAI Daop 4 Semarang Berangkatkan 25 Ribu Penumpang, Paling Banyak di Stasiun Tawang

2 Jan 2025

Memagari Kicau Merdu Burung Pleci di Pegunungan Muria

2 Jan 2025

Waktu Terbaik Mengunjungi Kebun Buah Mangunan Yogyakarta

2 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025