BerandaFoto Esai
Senin, 24 Jan 2021 12:08

Umbul Senjoyo, Dibangun Semasa Dinasti Syailendra, Jadi Tempat Joko Tingkir Bertapa

Konon, Umbul Senjoyo menjadi tempat Joko Tingkir bertapa sebelum memperoleh kekuatan untuk menjadi modal penting membangun dinasti politik dan kekuasaan. Kini, mata air itu menjadi lokawisata yang cukup menarik di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.<br>

Inibaru.id - “Dulu, Joko Tingkir tinggal di dekat sini," ungkap Mbah Gondrong, pemilik sebuah kedai sepelemparan batu dari lokawisata Umbul Senjoyo, Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. "Umbul ini tercipta karena dia menyumbat sumur menggunakan rambutnya supaya air nggak meluap ke Desa Tingkir."

Saya yang tengah asyik menikmati gorengan di kedai itu pun langsung mengernyitkan dahi. Antara percaya dan nggak percaya, tapi saya memilih tersenyum. lalu mengangguk mengiyakan ceritanya yang mungkin sudah diturunkan dari generasi ke generasi.

Oya, perlu kamu tahu, Umbul Senjoyo adalah salah satu tempat wisata air yang cukup banyak dikunjungi wisatawan saat bertandang ke Kota Salatiga. Kendati secara administrasi masuk Kabupaten Semarang, salah satu gerbang masuk paling mudah menuju tempat ini memang dari Tingkir, Salatiga.

Umbul Senjoyo merupakan salah satu dari tujuh mata air di Sendang Senjoyo. Ke-6 mata air lainnya yakni Sendang Slamet, Sendang Bandung, Sendang Teguh, Sendang Lanang, Sendang Putri, dan Tuk Sewu. Mata air tersebut menjadi tempat paling banyak dikunjungi orang karena tempatnya nan sejuk, juga cerita petilasan Jaka Tingkir yang melegenda.

Kenapa bernama "Senjoyo"? Berdasarkan penuturan warga setempat, nama itu berasal dari kata "senjaya", yang merupakan gelar Joko Tingkir, yakni Panembahan Senopati Senjaya atau Sobrah Jaya. Klaim ini tentu saja sepihak, karena hanya berdasarkan getok tular atau cerita lisan.

Ya, penamaan Umbul Senjoyo memang memiliki sejumlah versi. Selain Joko Tingkir, ada pula yang mengaitkan umbul ini dengan wangsa atau dinasti Syailendra yang berkuasa pada abad ke-8. Konon, umbul ini merupakan kolam permandian keluarga kerajaan yang terbuat dari batuan andesit berhiaskan relief. Penemuan Arca Ganesha dan antefiks kian menegaskan kemungkinan ini.

“Umbul Senjoyo sebenernya tempat sakral. Bukan tempat wisata,” tutur Mbah Gondrong sembari melihat orang-orang yang bermain air di sekitar umbul.

Menurut lelaki yang sudah berjualan di sekitar Umbul Senjoyo sejak 1999 itu, orang-orang nggak cuma datang ke sendang untuk traveling atau main air. Namun, ada juga yang melakukan persemedian atau bertapa. Mereka umumnya datang menjelang tengah malam.

“Kalau bertapa mulai pukul 23.00 sampai pukul 03.00. Lalu, mereka berendam di kolam selama satu jam. Ada yang pakai ritual Islam, ada yang Kejawen. Tujuan mereka macam-macam," ungkapnya.

Penasaran, saya pun mencoba berkeliling. Di tengah pandemi Covid-19, tempat ini nggak terlalu ramai pengunjung. Sesekali saya menyapa pengunjung yang tengah bermain air di sana. Saya juga sempat memberi makan ikan yang berenang bebas di sendang tersebut.

Tertarik menyambangi Umbul Senjoyo? Datanglah ke Salatiga. Dari kota tersebut, kamu nggak bakal kesulitan menuju lokawisata ini, kok. Selamat menikmati tempat Joko Tingkir bertapa, ya! (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Pemandangan ekstotis Umbul Senjoyo di antara pepohonan rindang.<br>
Petilasan Joko Tingkir, lokasinya bersebelahan dengan Sendang Senjoyo.<br>
Sebelum masuk ke Umbul Senjoyo, kamu harus melewati jembatan ini dulu.<br>
Kamu bisa nongkrong di tengah sungai ini sambil menikmati teh hangat dan gorengan.<br>
Beragam ikan di Umbul Senjoyo juga akan menemanimu berenang.<br>
Air di sini sangat jernih, membuat banyak orang betah bermain.<br>
Di kolam inilah biasanya orang melakukan ritual kungkum<br>
kolam tempat ritual atau bertapa ini berada cukup pelosok di bawah pohon rindang.<br>
Kamu juga bisa naik perahu bebek untuk berkeliling kolam<br>
Ada juga air terjun mini dengan air jernih yang nggak terlalu dalam.<br>

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024