BerandaFoto Esai
Senin, 31 Mei 2020 11:07

New Normal di Kota Lunpia, Siapkah Tempat Wisata Semarang Menuju Tatanan Normal Baru?

Melihat Kota Lama Semarang dari ketinggian di tengah pandemi corona.

Tantangan terbesar new normal pada sektor pariwisata bukanlah pada pemberi kebijakan, tapi para calon wisatawan. Maka, siapkah tempat wisata Semarang menjawab tatanan normal baru tersebut?

Inibaru.id - Semenjak pandemi corona mendera Indonesia, sektor pariwisata benar-benar terguling. Tanpa pemasukan yang signifikan, sektor yang semula menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia itu nggak berkutik. Sekarat, merugi, dan banyak yang memutuskan gulung tikar.

Namun, new normal sepertinya menjadi asa baru di dunia pariwisata. Kendati belum digodok betul, ada harapan yang bisa ditambatkan, nggak terkecuali tempat-tempat wisata di Kota Semarang. Pertanyaannya, seberapa siap sektor tersebut?

Masih lekang dalam ingatan gimana geliat wisata di Kota Lunpia. Sejumlah lokawisata dipermak, fasilitas umum dipoles, jargon didengungkan, dan kebijakan diperbaiki. Ratusan juta rupiah dikeluarkan untuk semua itu. Hasilnya? Kota Lama, Lawangsewu, Goa Kreo, hingga taman kota tampak kinclong dan laik dikunjungi.

Yap, tahun lalu, sepertinya semua proyeksi keuntungan sudah di depan mata. Namun, Covid-19 membuyarkan semuanya. Roda ekonomi industri pariwisata di Kota ATLAS nggak cuma mandek, bahkan gembos.

Lawangsewu sudah resmi tutup begitu instruksi physical distancing diembuskan pemerintah. Tugu Muda yang semula ramai muda-mudi pun kini nggak lagi dikunjungi. Setali tiga uang, Goa Kreo yang digadang sebagai lanskap Kota Semarang menutup pintu rapat-rapat dari kunjungan wisatawan.

Tiga bulan berlalu, geliat itu bukannya nggak pernah ada. Ibarat air, industri pariwisata di Semarang terlihat terus mencari jalan terbaik untuk mengisi kanal-kanal keuntungan. Semuanya tampak sedang digodok dan semoga segera ada kabar baik.

Yap, boleh saja kembali mempertimbangkan industri ini, tapi tentu saja harus mempertimbangkan waktu yang tepat dan protokol yang ketat. Saat ini, masyarakat sudah jengah di rumah. Jika kanal wisata dibuka, sudah siapkah?

Kota Lama yang dua bulan lalu seperti "kota mati", belakangan mulai ramai. Pun demikian dengan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Kendati selama Ramadan hingga kini mereka nggak menggelar salat berjemaah, sejumlah pelancong mulai tampak berwisata di beberapa sudut masjid.

Industri pariwisata tentu menjadi PR kita bersama. Ya, usaha mencapai new normal memang menjadi tanggung jawab kita bersama, bukan pemerintah, tenaga medis, atau pihak berwajib.

Maka, menakar kesiapan tempat wisata Semarang menuju tatanan normal tentu pada akhirnya bakal kembali pada diri kita sendiri. Siapkah kita? (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Satpam memeriksa keadaan di Lawang Sewu yang ditutup karena wabah virus corona.<br>
Suasana sunyi dan sepi di kawasan Tugu Muda. Sebelumnya, tempat ini selalu menjadi tempat wisata Semarang favorit, khususnya bagi kaum milenial.<br>
Warga setempat memberi makan kera di Goa Kreo. Penutupan lanskap unggulan Kota Semarang ini berimbas pada tutupnya warung-warung yang biasa melayani para wisatawan.<br>
Suasana Kota Lama pada 20 April 2020. Saat itu nggak ada satu pun wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini. Kota Lama ibarat kota mati. <br>
Pada 28 Mei 2020 Kota Lama mulai dikunjungi sejumlah wisatawan. Mereka mengenakan masker ke mana-mana.
Muda-mudi yang menggunakan masker berswafoto di kawasan Kota Lama pada 28 Mei 2020.
Foto udara Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) pada 14 April 2020. Nggak ada wisatawan berkunjung di lokasi ini.
Sejumlah pelancong mulai berdatangan ke MAJT pada 28 Mei 2020.
Kampung Pelangi juga nyaris nihil wisatawan pada 15 April 2020.
Terjadi peningkatan aktivitas di kawasan Kampung Pelangi yang mulai dikunjungi orang pada 28 Mei 2020.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024