Inibaru.id – Total investasi produksi yang dikeluarkan Opshid Media untuk film Wage (2017) mencapai Rp 16 miliar. Selain untuk proses produksi, nilai itu juga digunakan sebagai biaya riset dan pemasaran yang menelan biaya cukup besar.
Inilah yang membuat Direktur PT Opshid Media untuk Indonesia Raya, Ivan Nugroho, memasang target yang cukup tinggi saat ditayangkan kelak. Ia mematok sekurangnya akan ada sejuta penonton yang akan menyaksikan film biopic pencipta lagu kebangsaan Tanah Air, “Indonesia Raya”, WR Supratman.
Bukan! Ini bukan tentang keuntungan. Angka tersebut, ungkap Ivan, adalah target Opshid Media, karena mereka memiliki visi misi yang harus disampaikan kepada publik. Jadi, lanjutnya, semakin banyak yang menonton tentu semakin baik pula.
Baca juga: Silariang; Drama Cinta Tanpa Restu Bercitarasa Budaya Bugis dan Wisata Sulsel
Edukasi dan pesan yang ingin disampaikan harus jelas dan tepat ke sasaran," jelas Ivan dalam siaran pers yang digelar Sabtu (30/9/2017).
Dilansir dari Antara, Ivan memaparkan, peluncuran Wage berangkat dari pemikiran untuk menumbuhkan rasa cinta akan Tanah Air, khususnya bagi generasi muda, untuk kembali ke jati diri bangsa demi kebangkitan Indonesia.
Selain itu, film ini juga sekaligus menjadi media audiovisual untuk mengenang jasa WR Supratman sebagai pahlawan. Ia berharap film yang rencana akan rilis pada 28 Oktober mendatang tersebut akan memberikan teladan bagi generasi millenials atas aksi-aksi kepahlawanan sang komponis.
"Film tentang Wage Supratman dibuat sebagai sepantas-pantasnya penghargaan untuk beliau, yang juga ditujukan sebagai pelurus sejarah mengenai kisah hidupnya," terang Ivan.
Baca juga: Melalui Film Ini, Wajah Indonesia Diperkenalkan di Jepang
Ia menilai, ada banyak nilai luhur jati diri bangsa yang terkandung dalam lagu “Indonesia Raya”, termasuk proses WR Supratman untuk mewujudkannya.
“Dengan mengemas nilai-nilai luhur tersebut dalam film, diharapkan dapat menjadi pemicu untuk membangkitkan rasa cinta Tanah Air serta moral luhur bangsa Indonesia, mengeksplorasi rasa kebangsaan dan keindonesiaan dalam konteks anak muda," jelasnya.
Pembuatan film ini, kata Ivan, telah melalui proses seleksi ketat untuk aktor dan peran lainnya. Prosesnya melibatkan riset serta pembedahan menyeluruh. Hal ini untuk memastikan karakter tidak jatuh pada pemeran yang kurang tepat, mengingat minimnya data mengenai tokoh-tokoh seperti Wage.
“Satu hal yang perlu digarisbawahi dalam film ini adalah, Wage akan mengajari kita, tak semua perjuangan harus melalui pertumpahan darah, tapi juga dapat melalui seni dan karya,” pungkasnya. (GIL/SA)