Inibaru.id – Ada satu alasan khusus kenapa orang memilih membeli kopi di coffee shop ketimbang meracik minuman mereka sendiri, yakni karena kopi racikan barista pasti lebih enak. Namun, hal itu nggak berlaku di Lost in Coffee. Di sini, siapapun bisa menjadi barista. Kamu diperbolehkan meracik sendiri kopimu. Seru? Tentu saja.
Pemilik Lost in Coffee Agung Kurniawan mengatakan, kedai yang beralamat di Jalan Dewi Sartika Raya No 5, Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah, ini adalah sebuah laboratorium kopi. Kedai tersebut juga sekaligus menjadi etalase bagi toko kopi KnK Koffee Resources miliknya yang didirikan tepat di sebelah kedai tersebut.
Keinginan Agung untuk menjadikan Lost in Coffee sebagai laboratorium kopi, kesampaian juga. Nggak hanya menjual kopi laiknya kebanyakan coffee shop, dia juga menjadikan kedai itu untuk menguji kopi plus tempat belajar meracik kopi bagi siapa pun.
Baca juga:
Kopi Jagung dan Masyarakat Melarat Zaman Kolonial
Mengintip Dapur Kopi Tekodeko Koffiehuis
Di Semarang, Lost in Coffee termasuk kedai yang cukup banyak dikunjungi para pencinta kopi. Entah magnet apa yang membuat orang, terutama anak muda, datang ke tempat ini. Mereka begitu betah berlama-lama di kedai yang sehari-harinya buka hingga pukul 23.00 WIB tersebut.
Nggak cuma kedai kopi, Agung juga menyediakan biji kopi, pelengkap sajian kopi, dan berbagai hal terkait kopi. Agung bukanlah “pemain” baru di bidang kopi. Dia telah memulai bisnis kedai kopi sejak 2003 lalu. Kedai perdananya bernama Buket Coffe and Cheese di Jalan Ngesrep, Tembalang, Semarang.
Bisnisnya berkembang pesat. Belum genap tiga tahun, Agung sudah mempunyai enam kedai kopi di Semarang. Melihat peluang bisnis yang begitu besar, dia pun mencoba menjual biji kopi. Sekitar 2006, lelaki berkacamata tersebut mulai menjual biji kopi ke beberapa pebisnis kedai kopi di Yogyakarta.
Bisnis “sampingan” itu juga berkembang luas. Pada 2008, Agung akhirnya memutuskan merintis toko kopi KnK Koffee Resources. Nggak hanya menjual biji kopi, dia juga menjual sirup, susu, bahkan beberapa alat peracik kopi. Agar fokus, Agung juga memilih melepas lima kedai kopi kepunyaannya.
KnK Koffee Resources terbilang lengkap. Para pencinta dan pelaku usaha kopi kerap hilir mudik ke tempat ini.
Untuk menjaga kualitas biji kopi dan bahan baku lainnya, Agung mengaku sempat memiliki tim yang bertugas melakukan riset dan uji coba. Namun, lantaran nggak berjalan lancar, Agung pun kemudian memilih mendirikan sebuah kedai kopi di samping tokonya. Inilah cikal bakal Lost in Coffee.
“Lost in Coffee adalah etalase dari KnK, semacam studio flavor-nya KnK,” ungkap ayah dua anak tersebut, ”Kalau ada barang baru kami bakal tes di sini.”
Jasa Konsultasi
Di Lost in Coffee, Agung juga membuka kelas meracik kopi. Lebih lanjut, dia pun menawarkan jasa konsultasi persiapan membuka kedai kopi bagi para pemula di kedai ini.
“Paketnya macam-macam, tergantung permintaan pelanggan, bisa hanya jasa perlengkapan saja, cara membuat kopi saja, atau bahkan jasa konsultasi dari awal sampai kedai tersebut berdiri,” kata dia.
Adapun untuk biaya jasa tersebut, Agung mnuturkan, nggak bisa dikatakan murah, tapi juga nggak mahal. Biayanya cukup variatif, mulai dari Rp 700 ribu sampai Rp 5 Juta. Namun, dia menjamin uang yang dikeluarkan nggak akan kemahalan.
“Ya, sepadanlah dengan hasil yang didapat,” ungkap Agung, promosi.
Baca juga:
Bar(s)ista Gisza: Lakoni Profesi Sepenuh Hati!
Maksimalkan Rasa Kopi dengan Menjaga Kualitas Biji Kopi
Akhir tahun ini, Agung berencana membangun sebuah kelas di lantai atas Lost in Coffee. Nantinya, kelas itulah yang akan berfungsi sebagai tempat untuk menjalankan kelas kopi bernama KnK School.
“Kami juga akan bekerja sama dengan beberapa lembaga dan mengatur agar kelas tersebut bisa mengeluarkan sertifikasi barista yang resmi,” pungkas lelaki murah senyum tersebut.
Hm, rencana menarik. Paket lengkap ini ya, Millens! Selain ngopi, kita bisa belajar meracik sendiri, dan membeli biji kopi serta alat-alatnya di sini. Siapa berminat? (Verawati Meidiana/E03)