BerandaAdventurial
Kamis, 3 Mar 2021 20:00

Rel KA Sulawesi Beroperasi April 2021, Mengapa Sebelumnya Kereta Hanya Ada di Jawa-Sumatera?

Sebelum ada jalur kereta di Sulawesi yang bakal beroperasi, selama ini jalur kereta hanya di Jawa dan Sumatera. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Rel KA Sulawesi bakal resmi beroperasi pada April 2021. Ini tentu menjadi angin segar bagi masyarakat Sulawesi yang baru kali ini 'dijamah' jalur KAI. Sejak merdeka, kereta hanya ada di Jawa-Sumatera. Kenapa demikian?

Inibaru.id – Sejarah baru di dunia perkeretaapian Tanah Air bakal tercipta pada April 2021 mendatang. Untuk kali pertama, kereta api akan beroperasi di Sulawesi dengan rute Makassar–Parepare. Ini tentu menjadi kabar yang menyenangkan, meski tentu saja akan ada pertanyaan yang mungkin mengusik masyarakat: kenapa baru sekarang?

Perlu kamu tahu, kendati sudah puluhan tahun merdeka, hanya Jawa dan Sumatera yang tampaknya mendapat perhatian PT KAI, perusahaan yang bertanggung jawab atas pengoperasian sebagian besar KA di Indonesia.

Pihak swasta, yang sejak 2007 boleh andil di kancah perkeretaapian, juga terlihat belum melirik pulau seluas 174.600 kilometer persegi itu. Padahal, moda darat berbasis rel di Sulawesi sempat menjadi prioritas Jepang pada 1943, dibangun oleh perusahaan swasta Keisei Railway.

Perlu kamu tahu, semasa masih Hindia-Belanda, pembangunan rel di Sulawesi pernah dilakukan pada 1922, membentang sepanjang 47 kilometer dari Takalar ke Makassar. Dioperatori Staatstramwegen op Celebes (STC), divisi di bawah Staatsspoorwegen (SS), jalur ini resmi beroperasi pada 1 Juli 1923.

Namun, jalur kereta itu nggak bertahan lama karena krisis ekonomi melanda dunia nggak lama kemudian. Pada 1 Agustus 1930, jalur Takalar-Makassar resmi ditutup. Jepang kembali membuka jalur Trans-Sulawesi pada 1944, tapi kembali mandek saat Indonesia merdeka.

Kondisi Geografi yang Berbeda

Faktor geologi yang lebih stabil membuat pembangunan jalur kereta di Jawa mudah dilakukan. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Ketika perusahaan Hindia-Belanda melalui STC membangun jalur kereta Trans-Sulawesi, selain Takalar-Makassar, mereka sempat mempertimbangkan jalur kereta hingga ke Pare-pare, seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia saat ini, bahkan sampai Singkang.

Namun, kala itu jalur kereta yang melintas di pesisir barat Sulawesi Selatan tersebut dianggap kurang menguntungkan karena bakal kalah bersaing dengan moda laut. Sementara, Jepang merevitalisasi jalur kereta di sana cuma untuk kondisi darurat, yakni mengangkut gamping. Gimana dengan Indonesia?

Tentu saja bukan alasan ekonomi yang membuat negeri ini belum membangun jalur kereta di Sulawesi, karena sejatinya transportasi massal ini sangat diminati di Jawa.

Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Wahyu Widodo Pandoe pernah mengatakan, penelitian terkait kemungkinan pembangunan kereta di luar Jawa telah dilakukan, antara lain di Sumatera, Sulawesi, dan Papua.

Hasilnya, kondisi geografi di Jawa dengan luar Jawa memang berbeda. Secara geologi, kondisi Pulau Jawa dianggap lebih stabil untuk jalur kereta api. Andai terjadi penurunan tanah, menurutnya, masih bisa diatasi dengan cepat.

Hal ini berbeda dengan, misalnya Sulawesi, yang harus melalui sesar aktif Koro yang sering bergeser. Jadi, harus ada pengecekan kekuatan strukturnya, pergerakan lempeng, hingga deformasi tanah. Menurut Wahyu, butuh perhitungan lebih baik sehingga bisa menentukan teknologi yang tepat.

Revitalisasi dari Jalur Lama

Stasiun kereta di Sawahlunto Sumatera Barat. Kereta api di Indonesia sebagian besar dibangun dengan merevitalisasi jalur lama. (KAI)

Perlu kamu tahu, jalur kereta api yang ada di Indonesia saat ini sebagian di antaranya merupakan revitalisasi dari jalur lama yang pernah dibangun di negeri ini. Jalur kereta api dibangun kali pertama oleh perusahaan Hindia-Belanda Staatsspoorwegen.

Jalur pertama di negeri ini diresmikan pada 17 Juni 1864. Jalur itu dimulai dari Desa Kemijen, kini masuk wilayah Semarang Timur, Kota Semarang. Direncanakan sampai ke Yogyakarta, jalur tersebut menjadi moda untuk mengangkut hasil bumi seperti tebu, kopi, nila, dan tembakau.

Setelah sebagian Jawa terhubung, pembangunan jalur kereta mulai beralih ke Sumatera. Dimulai dari jalur Aceh pada 1876, Staatsspoorwegen membangun jalur di Sumut pada 1889, lalu Sumbar pada 1891, dan Sumsel pada 1914. Tujuannya sama, yakni mengangkut hasil bumi, kecuali Padangpanjang-Sawahlunto yang khusus untuk batu bara ombilin.

Nggak hanya Jawa dan Sumatera, jalur KA sempat sampai ke Sulawesi. Studi perencanaan jalur KA Kalimantan, Bali, dan Lombok, juga telah dilakukan, tapi nggak pernah terealisasi waktu yang sangat lama.

Dengan pengoperasian rel KA Sulawesi pada April mendatang, tentu saja ini menjadi langkah positif untuk perbaikan fasilitas publik yang sekian lama selalu dianggap terlalu Jawa-sentris. Semoga nggak bernasib seperti Jepang dan Hindia-Belanda ya, Millens! (Tir/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ganti Karangan Bunga dengan Tanaman Hidup, Imbauan Bupati Temanggung Terpilih

19 Feb 2025

Perjalanan Kasus Korupsi Wali Kota Semarang sebelum Resmi Jadi Tersangka KPK

20 Feb 2025

Tiongkok Buka Lowongan 'Pasukan Pertahanan Planet': Cegah Asteroid Hantam Bumi

20 Feb 2025

Mudik Gasik, Kebiasaan Unik Warga Kampung Satai di Boyolali Sambut Sadranan

20 Feb 2025

Operasi Pasar GPM Digelar Pemerintah Jelang dan Selama Ramadan 2025

20 Feb 2025

'Kabur Aja Dulu' adalah Autokritik untuk Kebijakan yang Lebih Baik

20 Feb 2025

Profil Sukatani, Band Purbalingga yang Tarik Lagu karena Dianggap Singgung Polisi

21 Feb 2025

Tidak Ada Lagi Subsidi BBM pada 2027, Klaim Luhut Binsar Pandjaitan

21 Feb 2025

Mengapa Huruf N pada Tulisan Nutella Berwarna Hitam?

21 Feb 2025

Polda Jateng Gelar Ramp Check di Mangkang: Uji Emisi dan Cek Fasilitas Keselamatan

21 Feb 2025

Di Masjid Sheikh Zayed Solo Kamu juga Bisa Cari Jodoh!

21 Feb 2025

Serunya Menonton Pesawat Lepas Landas dan Mendarat di Gardu Pandang YIA Kulon Progo

21 Feb 2025

UMKM Perlu Prioritaskan Pajak dan Legalitas untuk Hindari Risiko Kerugian

21 Feb 2025

Faceless Content: Solusi bagi Introvert yang Ingin Menjadi Kreator

21 Feb 2025

Sejarah Kode ACAB yang Kembali Populer setelah Klarifikasi Sukatani

22 Feb 2025

Viral Band Sukatani Minta Maaf dan Tarik Lagu, Polda Jateng Klaim Menghargai Kebebasan Berekspresi

22 Feb 2025

Warteg Warmo, Lokasi yang Jadi Inspirasi Lagu 'Begadang' Rhoma Irama

22 Feb 2025

Memahami Rasa Trauma dan Duka Mendalam lewat Film 'The Graduates'

22 Feb 2025

Sejarah Nama Kawasan Kalibanteng di Kota Semarang

22 Feb 2025

Janji Bupati; Rembang Fokus Tingkatkan Layanan Kesehatan, Kendal Lanjutkan Pembangunan

22 Feb 2025