BerandaAdventurial
Minggu, 1 Feb 2025 14:15

Pesona Lampion Imlek Pasar Gede Solo, Magnet Wisata dan Simbol Keberagaman

Meriahnya Imlek 2025 di Pasar Gede Solo dengan ribuan lampion warna-warni dan keramaian pengunjung. Beragam UMKM turut memeriahkan suasana dengan suvenir khas Imlek dan kuliner lezat. (Inibaru.id/ Ike Purwaningsih)

Perayaan Imlek 2025 di Solo dipenuhi antusiasme pengunjung dengan ribuan lampion warna-warni yang memperkuat daya tarik wisata kota. Selain memperindah suasana, festival ini juga memberi dampak positif bagi UMKM dan toleransi budaya.

Inibaru.id - Setiap tahun, menjelang perayaan Imlek, Kota Solo berubah menjadi lautan cahaya yang memancarkan kehangatan dan semangat kebersamaan.

Ribuan lampion menghiasi Jalan Jenderal Sudirman hingga kawasan Pasar Gede, menghadirkan pemandangan yang bukan hanya memanjakan mata, tetapi juga menguatkan identitas Kota Bengawan sebagai wilayah yang sarat dengan keberagaman budaya.

Pada malam Imlek, tepatnya 28 Januari, saya berkesempatan untuk berkunjung langsung dan melihat sendiri keindahan lampion serta antusiasme luar biasa dari para pengunjung yang memadati area Pasar Gede.

Keramaian yang luar biasa menjadi bukti bahwa perayaan ini telah menjadi daya tarik wisata yang kuat bagi Solo.

Tahun ini, inovasi baru terlihat dalam pemasangan lampion. Jika sebelumnya dominan merah, kini lampion-lampion tersebut hadir dalam berbagai warna seperti hijau, kuning, dan biru, menciptakan atmosfer yang lebih dinamis.

Lampion shio pun diperbarui, lengkap dengan tambahan lampion dewa-dewi di sekitar Plaza Balai Kota.

Setiap tahunnya, perayaan Imlek di Solo menjadi magnet bagi wisatawan dari berbagai daerah yang ingin menikmati atmosfer unik kota ini. Tak ayal, hal tersebut memberikan dampak positif bagi UMKM lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota.

Barongsai mini jadi suvenir khas Imlek yang paling diminati di Pasar Gede, Solo. Di bawah gemerlap lampion, pengunjung antusias berburu oleh-oleh sambil menikmati meriahnya perayaan. (Inibaru.id/ Ike Purwaningsih)

Banyak pedagang kaki lima yang meramaikan area Pasar Gede selama perayaan Imlek. Andre, salah seorang pedagang mainan khas Imlek, mengaku penjualannya meningkat berkat ramainya pengunjung.

"Setiap tahun, kalau Imlek pasti ramai. Banyak yang datang dari luar kota dan beli oleh-oleh khas Imlek," ungkapnya dengan wajah semringah.

Sepelemparan batu dari Andre, ada Dwi Putro, seorang wisatawan asal Purwokerto yang mengungkapkan kekagumannya terhadap perayaan Imlek di Solo. Hari itu, dia sengaja meluangkan waktu khusus ke Solo untuk menikmati keindahan lampion Imlek.

"Solo bisa menghadirkan perayaan Imlek yang meriah, padahal mayoritas penduduknya beragama Islam dan etnis Jawa. Ini memberi ruang bagi keberagaman yang sangat baik," tuturnya.

Setali tiga uang, Kiki Hendrati, warga Solo, mengaku tidak pernah bosan menikmati pemandangan lampion di Pasar Gede. Baginya, setiap tahun selalu ada desain yang berbeda, yang membuat dirinya selalu tertarik untuk kembali datang.

"Saya suka suasananya. Setiap tahun pasti ada yang baru. Rasanya seperti berada di negara lain saat menikmati lampion-lampion yang berwarna-warni di Pasar Gede," katanya.

Gemerlap lampion merah dan lampu warna-warni menyulap Pasar Gede, Solo, menjadi lautan cahaya di malam Imlek 2025. Ribuan pengunjung memadati area, menikmati suasana meriah serta beragam hiburan. (Inibaru.id/ Ike Purwaningsih)

Sejarah Lampion di Pasar Gede

Sebagai informasi, pemasangan lampion di area Pasar Gede dimulai pada 2007, dipelopori oleh Klenteng Tion Kok Sie, salah satu klenteng tertua di Solo yang berdiri sejak 1752.

Awalnya, lampion hanya dipasang di depan klenteng, tetapi seiring waktu, tradisi ini berkembang dan menjadikan Pasar Gede sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang menarik perhatian nasional karena kerlap-kerlip lampionnya ini.

Hari ini, lampion-lampion itu bukan sekadar ornamen estetis, tetapi menjadi simbol akulturasi budaya, gotong-royong, dan kebersamaan antarwarga.

Masyarakat Solo tanpa memandang latar belakang etnis dan agama, bersatu di bawah cahaya lampion untuk menjaga tradisi yang telah menjadi ikon kebanggaan kota mereka. (Ike Purwaningsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Indahnya Sungai Biru di Wisata Alam Bunton, Pekuncen, Banyumas

26 Jan 2025

Bersantai Sembari Menikmati Pemandangan Alam di Alun-Alun Sumowono

26 Jan 2025

Mengapa Warga Tionghoa Nggak Mau Membersihkan Rumah saat Imlek?

26 Jan 2025

Segini Biaya Sewa Baju Adat di Kota Lama Semarang

26 Jan 2025

Port USB Warna Biru di Laptop, Apa Gunanya?

26 Jan 2025

Bangun Tidur Sering Alami Ini? Waspada Kanker

26 Jan 2025

Indonesia Uji Coba Sistem 4 Hari Kerja, Adakah Negara yang Telah Menerapkannya?

27 Jan 2025

Menjelang Perayaan Imlek 2025, Perajin Barongsai Semarang Untung Besar

27 Jan 2025

Kuburan yang Kian Penuh dan Ide Makam Tumpuk di Yogyakarta

27 Jan 2025

Lomba Lari Mengejar Keju di Inggris, Seru tapi Berbahaya!

27 Jan 2025

Berburu Kuliner Tradisional di Pasar Sore Karangrandu, Jepara

27 Jan 2025

Sejarah Lalapan; Hidangan Segar Khas Nusantara yang Kaya Manfaat

27 Jan 2025

Minum Air Langsung dari Keran Bukan Angan-Angan Lagi di Salatiga

27 Jan 2025

Siswa di Jawa Tengah akan Belajar Mandiri selama Ramadan 2025; Bukan Libur, lo!

28 Jan 2025

Berkaca dari Hup Teck, Pabrik Kecap Legendaris yang Memilih 'Tutup Usia'

28 Jan 2025

Musim Telur Menetas, Waspada Ular Masuk Rumah!

28 Jan 2025

Jadi Umpatan Populer di Drakor, Seberapa Kasar Kata 'Shibal' bagi Orang Korea?

28 Jan 2025

Berkaca dari Insiden di Pantai Drini, Begini Tips Selamat saat Terseret Ombak

28 Jan 2025

Sejarah Tradisi Petik Angpao di Pohon saat Imlek, Sesi Seru yang Ditunggu

28 Jan 2025

Gapeka 2025 Berlaku, Perjalanan Kereta di Daop 4 Semarang Lebih Cepat 466 Menit

28 Jan 2025