inibaru indonesia logo
Beranda
Pasar Kreatif
Menjelang Perayaan Imlek 2025, Perajin Barongsai Semarang Untung Besar
Senin, 27 Jan 2025 09:56
Bagikan:
Huang Wie Hong, perajin barongsai asal Semarang tengah memoles hasil karyanya dengan cat agar tampak molek. (Inibaru.id/ Danny Adriadhi Utama)

Huang Wie Hong, perajin barongsai asal Semarang tengah memoles hasil karyanya dengan cat agar tampak molek. (Inibaru.id/ Danny Adriadhi Utama)

Jelang Imlek, perajin barongsai kebanjiran orderan. Sekurangnya 250 unit barongsai dibuat untuk perayaan imlek 2025.

Inibaru.id - Huang Wie Hong tampak terpatri di tempat duduknya. Pandangannya fokus pada barongsai buah karyanya yang sudah setengah jadi. Dengan telaten, tangannya mengulas cat, memberi warna pada salah satu barongsai pesanan yang sudah ditunggu pelanggannya.

Tahun ini, lelaki yang juga dikenal sebagai Candra Wiro Utomo itu mengaktu telah menyelesaikan nggak kurang dari 250 barongsai; hasil yang menurutnya cukup layak disyukuri menjelang perayaan Tahun Baru Kongzili (Imlek) yang bakal tiba sebentar lagi.

Perajin barongsai generasi keempat di keluarganya ini mengungkapkan, membuat barongsai bukanlah pekerjaan sulit bagi yang sudah ahli. Menurutnya, pengerjaanya memang membutuhkan ketelatenan dan ketelitian sejak awal membuat kerangka, menempel kertas, hingga mewarnai.

"Untuk langkah awal, buat kerangka dari bilah bambu yang sudah disayat tipis. Setelah jadi, kerangka ditempeli kertas karton, lalu didempul hingga rata. Habis itu baru dicat," terang Candra di ruang kerjanya di Semarang, belum lama ini.

Hingga kini, Candra mengaku terus menerapkan cara tradisional untuk membuat barongsai. Kendati punya pekerja, dia juga masih mengerjakan banyak hal dalam proses pembuatan, seperti mengecat dan "mendandani" barongsai buatannya.

"Proses pengecatan ini memakan waktu cukup lama, sebab harus menunggu cat dasar kering dulu sebelum melapisinya dengan cat warna-warni," kata Candra. "Setelah selesai dicat, barongsai dijemur agar cat mengering."

Warna Cat Nggak Boleh Sembarangan

Salah seorang perajin di rumah produksi milik Huang Wie Hong tengah merakit barongsai dengan penuh ketelitian. (Inibaru.id/ Danny Adriadhi Utama)
Salah seorang perajin di rumah produksi milik Huang Wie Hong tengah merakit barongsai dengan penuh ketelitian. (Inibaru.id/ Danny Adriadhi Utama)

Dia menuturkan, dalam pengecatan, warna yang dipilih nggak boleh sembarangan. Perpaduan warnanya harus pas dan menarik, karena bagian inilah yang menurutnya paling membuat buah karyanya laku di pasaran.

"Pelanggan kami menyukai lukisan dan warna-warna yang kami gunakan. Setiap warna memiliki artinya sendiri, seperti kuning untuk kemakmuran, putih untuk kesucian, dan merah untuk keberanian," jelasnya.

Candra meyakini, warna dan bentuk pola pada kepala serta badan barongsai akan sangat memengaruhi penampilan para penampilnya. Secara psikologis, warna yang sesuai akan menghasilkan energi atau semangat bagi si pemain,

"Perajin barongsai harus bisa menyalurkan energi ke barongsai supaya saat dipakai bisa membakar semangat. Barongsai akan menjadi lebih hidup bila yang memainkan bersemangat," ujarnya.

Candra tahu betul hal ini, karena selain sebagai perajin, dia juga pemain barongsai. Lelaki yang tinggal di kawasan Pecinan Semarang itu merupakan generasi keempat yang menekuni pembuatan barongsai sejak 2015.

"Generasi pertama engkong saya, mulai 1960-an. Saya dapat keterampilan membuat barongsai dari ayah; mengamati. Sebelumnya pemain," akunya.

Kebanjiran Order

Proses pembuatan barongsai mendekati finishing, siap untuk dipakai saat Perayaan Imlek. (Inibaru.id/ Danny Adriadhi Utama)
Proses pembuatan barongsai mendekati finishing, siap untuk dipakai saat Perayaan Imlek. (Inibaru.id/ Danny Adriadhi Utama)

Candra mengatakan, selain ketelitian, pembuatan barongsai memerlukan waktu yang cukup panjang. Untuk satu rangkaian pembuatan barongsai dari rangka, menempel kertas, hingga mengecat dan mengeringkan, dia membutuhkan waktu sekitar lima hari.

"Satu barongsai bisa dibanderol jutaan rupiah. Kami jual mulai dari Rp4,5 juta hingga Rp11,5 juta," terang Candra di rumah produksinya yang beralamat di Jalan Hiri III Nomer 6, Kelurahan Karang Tempel, Kecamatan Semarang Timur.

Produksi barongsai biasanya meningkat saat-saat sekarang ini, yakni menjelang perayaan Imlek. Menurutnya, tahun ini paling gila-gilaan, peningkatan penjualan mencapai 200 persen dibanding tahun sebelumnya.

"Sejak April tahun lalu kami telah kebanjiran order dari berbagai kota di Jateng dan beberapa kota lain di Indonesia. Ini melonjak 200 persen dari tahun sebelumnya," kata Candra, lalu tersenyum. "Pada Imlek 2022, kami dapat order 50 item. Tahun lalu 100 unit, sekarang 250."

Wah, menyenangkan sekali! Semoga Imlek 2025 menjadi awal dari tahun yang menarik ya, Millens! (Danny Adriadhi Utama/E10)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved