BerandaHits
Selasa, 27 Jan 2025 12:35

Kuburan yang Kian Penuh dan Ide Makam Tumpuk di Yogyakarta

Makam di Kota Yogyakarta. (Googlestreetview)

Dengan kepadatan penduduk 13 ribu orang per kilometer persegi, empat TPU di Kota Yogyakarta yang hanya sekitar 32,5 kilometer persegi mulai penuh. Solusinya, Pemkot Yogyakarta ngide untuk bikin makam tumpuk.

Inibaru.id – Ibunya masih sehat dan beraktivitas secara normal, tapi Wahyu telah berulang kali diwanti-wanti untuk mengebumikan orang tuanya kelak di tempat asalnya, yakni di Pajangan, Bantul, DI Yogyakarta. Alasannya, selain dekat dengan leluhur, ibunya merasa permakaman di Yogyakarta sudah terlalu sesak.

Meski merasa aneh dengan pesan yang terkesan masih "jauh-jauh hari" tersebut, lelaki yang kini mukim di Kusumanegaran, Kota Yogyakarta ini segera mengamini permintaan tersebut. Toh jarak tempuh dari kediamannya ke Kapanewon Pajangan nggak begitu jauh.

Menurutnya, yang membuat aneh justru alasan ibunya memutuskan untuk dimakamkan di luar Kota Yogyakarta. Memang benar, beberapa kali dirinya mendapati orang tuanya tersebut mengeluhkan kondisi permakaman di sekitar rumahnya yang kepenuhan.

“Tahun ini ibu menyentuh usia 70 tahun. Beberapa kali kami menghadiri pemakaman tetangga yang meninggal di sejumlah sarean dan merasa kalau lahannya sudah sangat penuh,” terangnya via pesan WhatsApp pada Senin (27/1/2025). "Mungkin karena alasan ini ibu pengin dimakamkan di Bantul saja."

Apa dirasakan orang tua Wahyu sebetulnya cukup beralasan. Meski ada beberapa permakaman lain di Kota Gudeg, Dinas PUPKP Kota Yogyakarta rupanya hanya mengelola empat kompleks permakaman dengan luas total 44.194 meter persegi.

Keempat makam tersebut adalah TPU Sasanalaya (Keparakan, Mergangsan), TPU Sarilaya (Gedongkiwo, Mantrijeron), TPU Pracimalaya (Pakuncen, Wirobrajan), dan TPU Utaralaya (Tegalrejo, Tegalrejo). Keempat kompleks yang jika ditotal hanya seluas 32,5 kilometer persegi ini jelas nggak ideal.

Solusi Pemkot Yogyakarta

TPU Sasanalaya, salah satu makam yang dikelola Pemkot Yogyakarta. (Google Street View)

Kepadatan penduduk Yogyakarta mencapai 13 ribu jiwa per kilometer persegi jelas nggak ideal untuk TPU yang hanya 32,5 kilometer. Maka, pemikiran orang tua Wahyu yang enggan "berebut" rumah masa depan ini sangatlah wajar; munkin karena dia nggak pengin diusik setelah jiwanya mangkat kelak.

“Sejujurnya, makam yang dikelola Pemkot Yogyakarta memang sudah penuh,” terang Kepala Bidang Permahan dan Kawasan Permukiman Dinas PUPKP Kota Yogyakarta Sigit Setiawan, Senin (27/1), seakan kian menegaskan bahwa niat orang tua Wahyu sungguh beralasan.

Masalahnya, nggak semua orang punya opsi seperti keluarga Wahyu yang berkampung di wilayah lain, bukan? Bagaimana jika sejak dulu leluhur mereka memang ada Yogyakarta?

Namun begitu, bukan berarti Pemkot Yogyakarta tinggal diam, kok. Mereka mengaku sudah menyiapkan dua solusi. Yang pertama adalah memakai lahan permakaman swasta, sementara yang kedua adalah membuat makam tumpuk.

Opsi terakhir dianggap sebagai pilihan paling masuk akal untuk diwujudkan dalam waktu dekat, apalagi jika sudah ada keluarga yang dimakamkan di salah satu TPU sebelumnya. Teknisnya, jenazah dikebumikan di tempat yang sama dengan keluarganya.

“Semoga saja perda terkait dengan aturan ini bisa rampung pada tahun ini, meski tentu saja kami juga masih mempertimbangkan banyak hal, karena belum tentu semua orang menyetujuinya,” jelas Sigit.

Terkait hal ini, Pemkot mengaku masih melakukan pendataan jumlah keseluruhan kuburan yang terdaftar di kompleks makam di bawah pengelolaan mereka. Kalau ada makam yang sudah nggak diurus, tempat tersebut juga bisa menjadi lokasi untuk menyemayamkan jenazah baru.

Nggak hanya di Yogyakarta, keterbatasan lahan permakaman sejatinya juga menjadi ancaman di pelbagai kota lain. Yap, karena saat mati pun sejatinya kita acap masih harus "bersaing" memperebutkan tempat tinggal dengan yang masih hidup. Menurutmu, apakah ide makam tumpuk berterima? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: