Inibaru.id – Bedono nggak hanya populer berkat Syekh Puji. Di desa yang masuk wilayah Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang ini, berdiri sebuah stasiun kecil yang kaya akan nilai sejarah. Stasiun tersebut adalah Stasiun Bedono.
Bagi yang pernah mengikuti Ambarawa Mountain Railway Tour dari Museum Kereta Api Ambarawa, pasti nggak asing dengan stasiun ini. Soalnya, salah satu layanan kereta api wisata yang disediakan adalah Ambarawa-Bedono PP yang ditarik dengan lokomotif uap, Millens.
Menurut keterangan Heritage KAI, pendirian Stasiun Bedono dipengaruhi oleh pembangunan jalur kereta api dengan rute Semarang-Kedungjati-Solo-Yogyakarta oleh Nederlandsh-Indische Spoorwegmaatschappij (NIS). Jalur tersebut memiliki cabang untuk kebutuhan militer, yaitu Kedungjati-Ambarawa-Secang-Magelang. Nah, Stasiun Bedono masuk dalam bagian proyek pembangunan tersebut.
Pembangunan jalur Kedungjati-Ambarawa dengan lebar rel 1.435 milimeter selesai pada 1873. Setelah itu, jalur Ambarawa-Secang-Magelang dibangun dengan ukuran rel yang lebih kecil, yaitu 1.067 milimeter. Terdapat rel gerigi pada sebagian jalur tersebut. Alasannya adalah agar kereta mampu melewati area perbukitan.
“Dengan lokomotif beroda gerigi, meski tingkat kecuraman rel 65 persen, bisa dilalui dengan kecepatannya terbatas 10 kilometer per jam,” ungkap Manajer Museum, Unite Preservation dan Museum PT Kereta Api Indonesia (KAI) Eko Sri Mulyanto sebagaimana dilansir dari GNFI, (12/4/2023).
Meski sudah disebutkan sebelumnya jika jalur kereta Kedungjati-Ambarawa-Secang-Magelang dibangun untuk kebutuhan militer, ada alasan lain mengapa jalur yang secara resmi beroperasi pada 1 Februari 1905 ini dibangun, yaitu sebagai transportasi pengangkutan hasil perkebunan. Khusus untuk Stasiun Bedono, dipakai sebagai lokasi pengangkutan hasil kopi berkualitas tinggi dari perkebunan yang ada di dekatnya.
Baca Juga:
Seiryu Miharashi, Pemberhentian Entah-berentah di Jepang, Stasiun Tanpa Pintu Masuk dan KeluarOleh karena itu, jika kamu mampir ke stasiun yang ada di ketinggian 711 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, pasti bakal merasa heran karena lokasinya ada di pedesaan yang nggak ramai. Ternyata, fungsi utamanya dulu memang bukan untuk mengangkut orang, melainkan hasil bumi.
Kabar Penumpang (21/2/2018) menulis, kondisi Stasiun Bedono yang mungil dan sederhana masih baik dan terawat. Di sana, kamu bisa melihat sebuah ruangan yang dipakai oleh kepala stasiun, tempat penjualan tiket, serta ruang tunggu penumpang.
Kalau kamu cermat, ubin tegel kotak di stasiun tersebut memiliki penampilan yang klasik. Soalnya, ubin tersebut masih asli dan dulu diimpor langsung dari Belanda. Alasan penggunaan ubin tersebut adalah agar penumpang nggak mudah terpeleset meski lantai basah terkena hujan.
Di dekat Stasiun Bedono, kamu juga bisa menemukan alat pengatur sinyal manual serta meja putar lokomotif. Ada juga corong air yang dipakai untuk mengisi ulang lokomotif uap yang akan kembali ke Ambarawa.
Itu dia keunikan dari Stasiun Bedono. Kamu sudah pernah naik kereta api wisata dari Ambarawa belum nih, Millens? Kalau belum, coba traveling ke sana, deh! (Arie Widodo/E10)