BerandaAdventurial
Kamis, 14 Jun 2023 11:19

Mengenal Keunikan Stasiun Bedono yang Berdiri di Daerah Sepi

Stasiun Bedono di Kabupaten Semarang. (Pinterest/Listijanto)

Beda dengan kebanyakan stasiun yang berlokasi di dekat keramaian, Stasiun Bedono terletak di desa yang sepi dan dikelilingi perbukitan. Lantas, untuk apa stasiun ini didirikan?

Inibaru.id – Bedono nggak hanya populer berkat Syekh Puji. Di desa yang masuk wilayah Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang ini, berdiri sebuah stasiun kecil yang kaya akan nilai sejarah. Stasiun tersebut adalah Stasiun Bedono.

Bagi yang pernah mengikuti Ambarawa Mountain Railway Tour dari Museum Kereta Api Ambarawa, pasti nggak asing dengan stasiun ini. Soalnya, salah satu layanan kereta api wisata yang disediakan adalah Ambarawa-Bedono PP yang ditarik dengan lokomotif uap, Millens.

Menurut keterangan Heritage KAI, pendirian Stasiun Bedono dipengaruhi oleh pembangunan jalur kereta api dengan rute Semarang-Kedungjati-Solo-Yogyakarta oleh Nederlandsh-Indische Spoorwegmaatschappij (NIS). Jalur tersebut memiliki cabang untuk kebutuhan militer, yaitu Kedungjati-Ambarawa-Secang-Magelang. Nah, Stasiun Bedono masuk dalam bagian proyek pembangunan tersebut.

Pembangunan jalur Kedungjati-Ambarawa dengan lebar rel 1.435 milimeter selesai pada 1873. Setelah itu, jalur Ambarawa-Secang-Magelang dibangun dengan ukuran rel yang lebih kecil, yaitu 1.067 milimeter. Terdapat rel gerigi pada sebagian jalur tersebut. Alasannya adalah agar kereta mampu melewati area perbukitan.

“Dengan lokomotif beroda gerigi, meski tingkat kecuraman rel 65 persen, bisa dilalui dengan kecepatannya terbatas 10 kilometer per jam,” ungkap Manajer Museum, Unite Preservation dan Museum PT Kereta Api Indonesia (KAI) Eko Sri Mulyanto sebagaimana dilansir dari GNFI, (12/4/2023).

Rel gerigi pada jalur Ambarawa-Bedono agar kereta bisa menaiki perbukitan. (NatGeo/Tri Wahyu Prasetyo)

Meski sudah disebutkan sebelumnya jika jalur kereta Kedungjati-Ambarawa-Secang-Magelang dibangun untuk kebutuhan militer, ada alasan lain mengapa jalur yang secara resmi beroperasi pada 1 Februari 1905 ini dibangun, yaitu sebagai transportasi pengangkutan hasil perkebunan. Khusus untuk Stasiun Bedono, dipakai sebagai lokasi pengangkutan hasil kopi berkualitas tinggi dari perkebunan yang ada di dekatnya.

Oleh karena itu, jika kamu mampir ke stasiun yang ada di ketinggian 711 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, pasti bakal merasa heran karena lokasinya ada di pedesaan yang nggak ramai. Ternyata, fungsi utamanya dulu memang bukan untuk mengangkut orang, melainkan hasil bumi.

Kabar Penumpang (21/2/2018) menulis, kondisi Stasiun Bedono yang mungil dan sederhana masih baik dan terawat. Di sana, kamu bisa melihat sebuah ruangan yang dipakai oleh kepala stasiun, tempat penjualan tiket, serta ruang tunggu penumpang.

Kalau kamu cermat, ubin tegel kotak di stasiun tersebut memiliki penampilan yang klasik. Soalnya, ubin tersebut masih asli dan dulu diimpor langsung dari Belanda. Alasan penggunaan ubin tersebut adalah agar penumpang nggak mudah terpeleset meski lantai basah terkena hujan.

Di dekat Stasiun Bedono, kamu juga bisa menemukan alat pengatur sinyal manual serta meja putar lokomotif. Ada juga corong air yang dipakai untuk mengisi ulang lokomotif uap yang akan kembali ke Ambarawa.

Itu dia keunikan dari Stasiun Bedono. Kamu sudah pernah naik kereta api wisata dari Ambarawa belum nih, Millens? Kalau belum, coba traveling ke sana, deh! (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024