Inibaru.id – "Di Bumi Ini Kami Bermula". Begitu bunyi papan petunjuk berukuran sekitar 50cm yang tertancap di kompleks Stasiun Tanggung, Grobogan. Kalimat itu menjadi pengingat kalau stasiun yang kini sepi itu merupakan stasiun tertua di Indonesia. Stasiun ini berada pada urutan keempat setelah Stasiun Semarang NIS, Alastua, dan Brumbung.
Dibangun pada masa penjajahan Belanda, tepatnya 10 Agustus 1867 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Ludolph Anne Jan Wilt Baron Sloet van de Beele, stasiun yang bergaya Swiss Chalet ini dulu melayani jalur kereta Tanggung (Grobogan) – Kemijen (Semarang) sejauh 25 km. Sempat dirombak pada 1910, bangunan ini nggak meninggalkan ciri khas Eropanya. Setidaknya, begitulah yang ditulis Halosemarang (22/8/2022).
Stasiun yang diberi kode perusahaan PT Kereta Api (KAI) dengan TGG tersebut terletak di Desa Tanggungharjo, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Dalam pelayanannya, Stasiun Tanggung masuk wilayah Daerah Operasi IV (Daop IV) Semarang. Meski begitu, kamu nggak akan menemukan penumpang naik dan turun di stasiun ini. Stasiun yang berada pada ketinggian 20 meter dari permukaan laut ini hanya dijadikan stasiun pengatur lalu lintas kereta dari arah Solo maupun Jawa Timur.
"Dulu tahun 80-an sampai 90-an, semua jika ke Solo atau ke Semarang, ya naik kereta. Tapi sejak tidak ada kereta yang berhenti sampai sekarang, warga naik motor sendiri atau ngojek," ucap Anastasia, pensiunan guru yang sering memanfaatkan jasa angkutan umum, di Grobogan, seperti yang dilansir dari Liputan6, Minggu (25/12/2016).
Sehari-hari, Stasiun Tanggung hanya dimanfaatkan beberapa warga untuk bercengkerama sembari momong anak atau menikmati langit senja.
"Paling kereta hanya lewat. Itu pun hanya beberapa kereta yang dilewatkan jalur yang memang lebih banyak melayani desa-desa yang ada di dekat hutan dan pegunungan di antara Semarang-Solo," ujar dia.
Kini, nggak ada lagi antrean pedagang pasar yang pengin menjajakan arang kayu ke Semarang atau Solo. Nggak ada lagi kereta yang sekadar mampir untuk menghormati stasiun tertua di Indonesia tersebut. Nggak diketahui jelas apa alasan stasiun ini nggak lagi menjadi pemberhentian.
"Karena tidak ada kereta yang berhenti, jadi tidak ada penumpang yang naik atau turun. Jika belanja, ya akhirnya naik angkutan umum," tutur Ningrum, pedagang di pasar tradisional Ngembel atau juga disebut Pasar Tanggungharjo.
Berharap Dihidupkan Kembali
Gaya arsitektur yang unik serta nilai bersejarah pada Stasiun Tanggung rupanya ditangkap sebagai peluang oleh Camat Tanggungharjo. Dia berharap stasiun ini dapat dihidupkan kembali.
"Jika dihidupkan kembali. Senja dan fajar di Stasiun Tanggungharjo mungkin akan diwarnai ramainya penumpang yang naik atau turun. Siapa tahu karena bangunan bersejarah dijadikan destinasi wisata biar bisa menambah pendapatan warga," katanya.
Meski hingga kini Stasiun Tanggung belum kembali dijadikan stasiun penumpang, namun usaha untuk tetap membuat masyarakat mengingat nilai sejarahnya masih dilakukan. Seperti yang baru-baru ini diadakan di stasiun ini yaitu Napak Tilas Kereta Api guna memperingati 155 tahun perjalanan kereta api pertama di Indonesia.
Dalam acara tersebut para pegawai PT KAI Daop IV Semarang mengenakan baju Eropa zaman dulu dan berlenggak-lenggok layaknya model. Ya, mirip-mirip acara fashion week yang beberapa waktu lalu booming itu lo. Ikut dipamerkan pula foto-foto pembangunan kereta api pertama di Indonesia.
Kepala PT KAI Daop 4 Semarang Wisnu Pramudyo mengungkapkan akan terus merawat Stasiun Tanggung yang kini memang sudah masuk cagar budaya tersebut. ”Kami akan terus merawat stasiun ini, karena menjadi saksi sejarah perjalanan penting perkeretaapian di Indonesia,” tutur Wisnu.
Hm, kalau menurutmu, sebaiknya stasiun ini difungsikan kembali sebagai stasiun penumpang atau menjadi destinasi wisata sejarah saja, Millens? (Siti Zumrokhatun/E07)