BerandaAdventurial
Sabtu, 19 Apr 2019 10:00

Jalan Kaki Sekaligus Mengeja Peradaban Kota Semarang bersama Bersukaria Walk

Pemandu Bersukaria Walk rute Radja Goela Dwi Meinati sedang memberi penjelasan kepada peserta. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Berjalana-jalan di sebuah kota adalah hal yang biasa. Namun, Bersukaria Walk menyuguhkan pengalaman berbeda saat kamu mengikuti kegiatan ini.

Inibaru.id – Ada yang berbeda dengan Minggu (17/3/2019) pagi kala itu. Saya yang biasanya masih gelesotan di atas kasur, pukul 8 pagi sudah harus berjibaku dengan macetnya jalanan sekitar Taman Indonesia Kaya (TIK). Terlebih saat itu sedang ada acara berskala provinsi, tambah tumpah ruah kendaraan dan manusia di jalanan.

Namun, saya tetap bersemangat karena pagi itu saya sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti walking tour yang diadakan salah satu agensi wisata di Semarang,  Bersukaria Tour. Dengan program Bersukaria Walk yang digagas sejak 2016 itu, agensi ini memfasilitasi mereka yang pengin berjalan-jalan di Kota Semarang sambil kilas balik sejarah dari setiap bangunan yang dilewati.

Tepat pukul 08.20 WIB saya menemui rombongan walking tour di tempat yang sudah dijanjikan. Saat itu, sang pemandu, Dwi Meinati sedang mengarahkan peserta mengenai peraturan selama mengikuti trip ini.

Setelah cukup jelas, saya bersama rombongan pun mulai menapaki satu per satu rute hari itu yakni Radja Goela. Paling tidak ada sejumlah 20 orang masuk dalam rombongan saya. Di antara orang-orang itu ada mahasiswa yang pengin lebih tahu Semarang, ibu-ibu muda yang mengisi akhir pekan, dan beberapa orang dari luar kota yang menyempatkan diri mengikuti tur ini.

Menyusuri tur Radja Goela, kami terlebih dulu diajak berputar melewati monumen yang ada di persimpangan antara Jalan Menteri Supeno dan Jalan Pahlawan. Pemandu kemudian menjelaskan, monumen yang selama ini hanya saya lewati dan abaikan itu bila dilihat mirip dengan rebung. Hal itu masing berkaitan dengan makanan khas Semarang yakni lunpia yang terbuat dari rebung. Penjelasan ini cukup membuat saya tertegun. “Oh, begitu, ya!”

Monumen rebung yang sering diabaikan para pengguna jalan yang lalu lalang. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Usai membelah lautan manusia yang berjubel di Jalan Pahlawan, pemandu menghentikan kami di depan salah satu kantor yang didominasi warna merah. Di situ, pemandu yang akrab disapa Mei itu mulai memberikan bocoran siapa itu Radja Goela yang dimaksud.

Kami kemudian melanjutkan perjalanan sembari berhenti beberapa kali seperti di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, di depan Polda Jawa Tengah, beberapa kali di jalur pedestrian Jalan Veteran, kantor OJK yang dulunya rumah depan Oei Tiong Ham, rumah peninggalan Abraham Fletterman, bong massal di kawasan Gergaji, dan berlabuh di Makam Ki Ageng Pandanaran di daerah Mugas.

Sepanjang jalan itu, sang pemandu Mei menceritakan Oei Tiong Ham yakni pengusaha di Semarang yang dinobatkan sebagai orang terkaya se-Asia pada abad ke-19. Rute ini dinamakan Radja Goela karena memang peserta diajak menekuri peninggalan si Oei Tiong Ham yang nggak lain terkenal karena usaha gulanya.

Jangan bayangkan pemandu bercerita seperti membaca buku sejarah berjilid-jilid yang sering kamu temui di perpustakaan sekolah, ya! Dalam walking tour ini, pemandu membawakan sejarah dengan kalimat-kalimat yang ringan. Sesekali, saya juga diberi tahu isu-isu seputar bangunan atau tokoh yang diceritakan.

Pemandu tur Dwi Meinati menunjukkan foto zaman dahulu Hotel Siranda kepada peserta tur. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Pemandu juga menyiapkan foto-foto zaman dulu bangunan yang saya singgahi seperti jalan yang kini membentang antara Polda Jateng hingga Simpang Lima, Hotel Siranda yang kini terbengkalai, si Raja Gula, dan Istana Balekambang milik Raja Gula. Yap, istana karena luasnya mulai dari bangunan yang kini menjadi Kantor OJK hingga dua gedung pemerintahan yakni Kantor Gubernur dan Polda Jateng.

Rumah bagian depan milik Oei Tiong Ham saat ini disewa menjadi kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Setelah berjalan lebih kurang selama tiga jam, saya cukup lelah tapi masih antusias dengan penjelasan pemandu hingga di titik terakhir yakni Makam Ki Ageng Semarang. Tenaga juga cukup terkuras karena berjalan berkilo-kilo meter dengan medan yang naik turun khas perbukitan. Namun, kalau ditawari lagi untuk ikut tur semacam ini lagi sih saya pasti siap. Ha-ha.

Salah seorang peserta yang ikut di kelompok saya Anindya Pithaloka juga terlihat sangat antusias. Hari itu adalah kali kedua dia mengikuti walking tour ini.

“Pas tahu di Semarang ada aku Alhamdulillah banget. Ternyata nggak cuma di Jakarta tapi di kota lain, di kotaku sendiri malah. Wah, bersyukur banget sih!” ujar perempuan asli Semarang yang kini berdomisili di Jakarta itu.

Kamu tertarik pengin ikutan juga nggak, Millens? (Ida Fitriyah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: