Inibaru.id - Tradisi bukan sekadar ritual yang rutin dilakukan, melainkan juga cara masyarakat menjaga harmoni dengan alam dan sesama. Itulah yang tercermin dalam tradisi Wiwit Ageng di Desa Prawatan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Tradisi yang kali terakhir digelar pada Rabu (6/8/2025) ini bukan hanya menjadi penanda dimulainya musim panen jagung, melainkan juga menjadi momen guyub yang mempererat tali kebersamaan antarwarga.
Berlokasi di ruas jalan desa yang berbatasan langsung dengan hamparan sawah, para petani berkumpul, duduk bersama, dan menyantap nasi terancam dengan lauk sederhana namun menggugah selera seperti ayam kampung, ikan teri, dan peyek. Suasana santai dan hangat tercipta, diiringi tawa serta obrolan ringan khas warga desa.
Menurut Kepala Desa Prawatan Sabiq Muhammad, tradisi Wiwit Ageng adalah bentuk rasa syukur atas jerih payah petani yang sebentar lagi akan menuai hasil. “Ini budaya dari para leluhur kami. Sebelum panen, kami bersyukur dulu. Harapannya, hasil panen membawa berkah,” ungkapnya sebagaimana dinukil dari Espos, Jumat (8/8).
Tahun ini, Wiwit Ageng terasa lebih istimewa karena menjadi panen perdana jagung hasil kerja sama antara pemerintah desa dengan perusahaan perbenihan PT Agri Makmur Pertiwi. Lahan seluas 2 hektare di Prawatan ditanami jagung dengan pendekatan berbeda dari sebelumnya. Jika dulu jenis jagung tersebut sering dianggap “tanaman apes” karena sering gagal panen, kali ini hasilnya menjanjikan.
Dengan bantuan metode tanam baru, jadwal pemupukan yang teratur, serta penggunaan pupuk buatan tim anggota DPRD Jateng P. Bayu Kusuma, petani tinggal mengikuti petunjuk teknis yang sudah disiapkan. Hasilnya? Lebih maksimal dan bernilai jual tinggi. “Kami bahkan dapat jaminan harga jual Rp6.000 per kilogram,” terang Sabiq.
Wiwit Ageng ini juga mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk perwakilan DPRD provinsi dan kabupaten, penyuluh pertanian, serta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP). Mereka hadir tak hanya untuk menyaksikan, tapi juga mendengarkan aspirasi warga, salah satunya tentang kebutuhan perbaikan saluran irigasi.
Menurut Lilik Nugraharja, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan DKPP Klaten, produksi jagung di Klaten memang tergolong tinggi. Dengan total lebih dari 11.000 hektare lahan jagung, daerah ini menjadi salah satu sentra penghasil jagung terbesar di Jawa Tengah.
“Produktivitasnya bisa sampai 9 ton per hektare, karena petani di Klaten memilih benih unggul yang tahan hama dan hasilnya melimpah,” ujarnya.
Tradisi Wiwit Ageng di Prawatan bukan hanya seremoni, tapi simbol kekuatan lokal yang berpadu dengan inovasi pertanian. Dari nasi terancam dan ayam kampung yang dinikmati bersama, hingga ladang jagung yang mulai menguning dan siap panen, semua adalah cerminan bahwa ketika tradisi dan teknologi bersatu, hasilnya bisa luar biasa, Gez! (Arie Widodo/E07)
