BerandaKulinary
Minggu, 22 Jun 2025 15:01

Legondo, Kue Tradisional Sarat Makna dari Dukuh Sepi, Klaten

Penulis:

Legondo, Kue Tradisional Sarat Makna dari Dukuh Sepi, KlatenArie Widodo
Legondo, Kue Tradisional Sarat Makna dari Dukuh Sepi, Klaten

Legondo, kuliner legendaris dari Klaten. (Espos/Taufiq Sidik Prakoso)

Setiap malam 1 Sura di Dukuh Sepi, Desa Barepan, Kecamatan Cawas, Klaten, kue legondo selalu disediakan warganya. Apa ya makna dari kuliner yang satu ini?

Inibaru.id - Malam 1 Sura di Dukuh Sepi, Desa Barepan, Cawas, Klaten, selalu punya suasana yang berbeda. Di saat sebagian besar warga Jawa tengah merenungi tahun baru Jawa, warga Dukuh Sepi punya satu tradisi yang tak pernah absen: membuat dan menyajikan legondo, kue khas penuh makna yang lekat dengan Petilasan Sunan Kalijaga.

Kue legondo bukan sekadar camilan. Ini adalah simbol, pesan, bahkan doa yang dibungkus rapi dalam selembar janur muda. Terbuat dari ketan, santan, dan parutan kelapa, legondo menyuguhkan cita rasa gurih yang sederhana, tapi kaya akan filosofi.

Menurut salah seorang warga Dukuh Sepi bernama Warno, legondo menyimpan makna mendalam. “Legondo itu dari kata ‘lega ing dodo’, artinya lega di dalam dada,” jelasnya sebagaimana dinukil dari Espos, Sabtu (30/7/2022). Filosofi ini seolah mengajak siapa saja yang menyantapnya untuk melepaskan beban hati dan memulai tahun baru dengan jiwa yang lapang.

Bahan utama ketan yang lengket juga mengandung pesan: “barang rumaket kudu dieling-eling” – hal yang melekat harus selalu diingat. Bukan sekadar ingatan biasa, tapi pengingat akan perintah dan nilai-nilai Tuhan.

Tak kalah menarik, pembungkusnya pun mengandung makna. Janur diartikan sebagai gabungan dari kata “jan” (sejati) dan “nur” (cahaya). Jadi, legondo adalah simbol dari perjalanan manusia mengejar cahaya sejatinya.

Legondo biasanya hadir pada malam 1 Sura. (Kompasiana/Mealin Septiani)
Legondo biasanya hadir pada malam 1 Sura. (Kompasiana/Mealin Septiani)

Setiap malam 1 Sura, hampir semua rumah di Dukuh Sepi menyajikan legondo di ruang tamu. Kue ini menjadi sajian utama saat keluarga berkumpul, atau ketika ada tamu berkunjung. Bahkan, para peziarah petilasan Sunan Kalijaga yang datang di waktu di luar pergantian Tahun Baru Islam pun kerap mencari legondo. “Kalau ada yang mencari, biasanya kami pesan ke warga yang bisa bikin,” ungkap Warno.

Tradisi ini semakin kuat dengan adanya kirab legondo, yang biasanya digelar warga dan pemerintah desa setiap menyambut 1 Muharram.

Menurut Irmawan Andriyanto, Kepala Desa Barepan, malam 1 Sura bisa disebut sebagai “lebaran ketiga” bagi warga Dukuh Sepi, selain Idulfitri dan Iduladha. Banyak perantau yang pulang kampung hanya demi ikut membuat dan menyantap legondo bersama keluarga.

Siapa sangka ya, Millens, di balik rasa legondo yang gurih, ada warisan nilai-nilai hidup yang tak ternilai. Sudah pernah mencicipinya belum, nih? (Arie Widodo/E05)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved