BerandaTradisinesia
Sabtu, 20 Mei 2022 17:05

Wdihan dan Ken, Busana Mewah Para Bangsawan Jawa Kuno

Ilustrasi pakaian bangsawan Jawa Kuno. (Twitter @HistoriDunia2)

Dahulu, orang Jawa kuno nggak bisa sembarangan memakai busana dengan asal-asalan. Ada aturan yang mesti dipatuhi sesuai kasta mereka. Seperti apa sih busana dan kain yang dipergunakan?

Inibaru.id – Sebagai orang di zaman modern, mudah saja bagi kita untuk berganti busana dengan model dan warna yang kita mau. Hal ini sangat berbeda dengan orang Jawa Kuno yang mesti menggunakan busana sesuai status sosial mereka. Jika mereka adalah kaum terpandang, busana yang “mewah” akan melilit badan setiap saat.

Di zaman Jawa Kuno, busana lebih dari sekadar penutup tubuh. Hal ini digambarkan di relief yang bisa kita temukan di Candi Prambanan dan Borobudur. Laki-laki membiarkan dadanya terbuka. Sementara kaum hawa menggunakan kain menutupi dada dengan rambut disanggul rapi.

Pada masa itu, penggunaan busana dan kain menunjukkan strata sosial dan ekonomi pemakainya. Dalam guratan ukir relief Karmawibhangga di dinding Candi Borobudur, dijabarkan tentang penggunaan kain di masa itu, termasuk wdihan dan ken, busana yang diperkirakan merefleksikan status sosial para bangsawan Jawa.

Kain, Busana, dan Status Sosial

Di Jawa, kain dan busana memang digunakan untuk menutup tubuh, menjaga kesopanan, hingga menyembunyikan kekurangan fisik. Namun, khusus untuk kaum bangsawan atau priyayi, mereka sering kali terlihat memakai busana indah dengan pernak-pernik hingga jahitan berlapis emas.

Ilustrasi penggunaan wdihan dan ken pada pasangan bangsawan Jawa Kuno. (Kekunoan)

Wdihan dan ken merupakan busana yang dibuat secara khusus. Wdihan untuk kaum pria, sedangkan ken merupakan busana bagi kaum wanita. Dahulu, kain-busana berharga ini sering kali diberikan sebagai hadiah atas ditetapkannya tanah perdikan pada suatu wilayah.

Pembuatan wdihan dan ken juga nggak bisa sembarangan. Umumnya, kain tersebut terbuat dari bahan-bahan berkualitas dengan aneka corak dan warna yang khas. Bahan-bahannya juga pilihan seperti katun maupun sutera.

Ada beberapa nama kain dalam prasasti yang masih bisa diperkirakan wujudnya. Misalnya, kain warna dasar putih (wdihan putih), kain warna dasar merah (wdihan sulasih), kain motif bunga (wdihan ambay-ambay), kain motif bunga dan sulur di bagian tepi (wdihan ganjar patra sisi), kain hiasan dedaunan (wdihan ronparibu), dan kain hiasan bunga kapuk dan kerang (wdihan syami himi-himi).

Namun, persebaran jenis-jenis kain ini nyatanya nggak merata. Bisa jadi wdihan golongan rendah ada di satu wilayah tapi nggak ada di wilayah lain. Persebaran ini juga berkaitan erat dengan kemampuan daya beli kaum bangsawan atau priyayi di wilayah tersebut.

Beberapa jenis wdihan dan ken juga hanya boleh dipakai secara terbatas oleh kalangan bangsawan tertentu. Sehingga dari jenis dan motifnya, sudah bisa terbaca status sosial bangsawan mana yang lebih tinggi ketika mereka berkumpul.

Menarik juga ya Millens pembahasan soal busana yang dipakai orang-orang Jawa kuno. (Goo,His/IB31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: