BerandaTradisinesia
Sabtu, 27 Jan 2023 15:00

Tradisi Tunggon di Wonogiri; Praktik yang Seharusnya Dihilangkan

Praktik Tunggon menjadi sebab pernikahan dini. (Unicef via Kompas)

Nggak semua tradisi di Indonesia harus dilestarikan. Salah satu tradisi yang sebaiknya dihilangkan adalah Tunggon. Praktik ini dinilai menjadi pendorong pernikahan anak.

Inibaru.id – Indonesia memang kaya akan tradisi. Namun, harus diakui jika ada sebagian tradisi yang sudah nggak sesuai dengan zaman sehingga perlu ditinggalkan. Tradisi tunggon di Wonogiri, Jawa Tengah misalnya.

Hingga sekarang, masih ada warga yang melakukan tradisi ini. Yang perlu kamu tahu, tradisi tunggon ini dianggap sebagai kambing hitam maraknya pernikahan anak di sana.

Tradisi ini memungkinkan seorang laki-laki untuk menunggui perempuan yang diinginkan untuk dinikahi. Di rumah orang tua calon istri, lelaki tersebut membantu melakukan berbagai aktivitas.

"Setiap hari si laki-laki membantu seluruh pekerjaan atau aktivitas dari orang tua si perempuan itu tadi. Ya biasanya mencari rumput, mencangkul dan lain-lain, sesuai pekerjaan orang tuanya," kata Pj Kepala Desa Karangtengah, Wiyono, melansir Detik (28/8/2022).

Masalahnya, rata-rata perempuan yang dipilih masih di bawah umur. Sementara sang lelaki sudah dewasa.

Masa tunggu si lelaki ini nggak tentu. Kadang hanya bulanan, tapi bisa juga sampai tahunan. Ketika masa tunggu dirasa cukup, orang tua bakal menikahkan keduanya.

Terpisah, Camat Karangtengah, Tri Wiyatmoko, mengatakan pemerintah berusaha agar tradisi itu nggak berlanjut.

"Nah tradisi itu akan kami larang bersama pemerintah desa. Ini upaya untuk mencegah perkawinan anak dan mengurangi angka stunting di Karangtengah," ungkap Wiyatmoko.

Nah untuk mewujudkannya, pihaknya terus melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat supaya tradisi ini nggak lagi dilakukan.

"Sekarang satu dua orang masih ada yang menerapkan itu (tunggon). Kami berkomitmen melarang itu. Saat ini sudah ada satu dusun yang warganya mempunyai kesepakatan meninggalkan tunggon. Nanti bisa dicontoh daerah lain," jelasnya.

Sejarah dan Tahapan Tunggon

Setelah diizinkan melakukan Tunggon, si lelaki membantu melakukan aktivitas keluarga seperti bertani. (Ist via Suara)

Awal mula tradisi Tunggon diungkap Supriyanto, tokoh masyarakat Karangtengah sebagaimana dikutip dari Timlo (26/8/2022).

Kata dia Tunggon muncul karena kekhawatiran para orang tua jika nanti anak perempuannya menikah dengan warga di luar Karangtengah.

“Filosofinya masyarakat Karangtengah sejak jaman dulu sampai sekarang itu masih bertahan sampai saat ini. Jadi, wong Karangtengah itu tidak suka kalau anaknya itu nikah sama orang luar Karangtengah. Makanya, ketika orang tua yang mempunyai anak perempuan masih kecil-kecil sudah ditunggu sama lelaki dewasa,” ungkapnya.

Dia juga menambahkan bahwa lelaki yang sedang menunggu itu tengah dites oleh calon keluarganya. Mereka juga pengin mengetahui seperti apa sifat lelaki tersebut. Setelah memastikan semuanya baik, barulah dinikahkan.

Tapi, tradisi ini memang nggak bisa sembarang dilakukan. Seperti yang dilansir dari Radar Solo (25/9/2022), ada tahapan yang harus dilalui untuk melakukan Tunggon.

Ketika seseorang berniat melakukan tunggon, nggak cuma harus disetujui keluarga perempuan, warga sekitar, perangkat desa, dan tokoh setempat wajib diberitahu. Kemudian, si lelaki dilarang berada di rumah calon istri hingga tengah malam.

“Dilarang keras sampai malam di rumah calon istri. Apalagi sampai melakukan hubungan badan. Itu yang selalu ditekankan orang tua saya dan calon istri. Jadi kalau sudah jam 16.00, harus pulang,” ujar Wakiman, warga Karangtengah pelaku tunggon 40 tahun silam ini.

Wakiman berusia 29 tahun ketika melakukan tunggon, sementara istrinya baru 14 tahun. Dia mengaku melakukan tunggon hingga dua tahun lamanya. Tradisi ini dia lakoni untuk menunjukkan keseriusan menuju jenjang pernikahan.

Meskipun begitu, Wakiman setuju jika praktik ini dihilangkan karena sudah nggak sesuai dengan zaman.

O ya, menurut Wakiman, salah satu faktor pendorong masih terpeliharanya tradisi ini adalah sekolah lanjutan atas yang nggak terakses. Maklum, untuk melanjutkan sekolah, paling nggak warga harus menuju Kecamatan Baturetno yang berjarak 20 km dari Karangtengah.

Memang, kabanyakan perempuan yang ditunggoni adalah lulusan SMP. Duh, miris banget ya jika akses pendidikan sulit seperti ini. Jika angka pernikahan anak masih tinggi, stunting juga berpotensi tinggi. Maklum, para ibu belia itu banyak yang belum paham mengenai gizi untuk balita.

Semoga pemerintah setempat dan pusat serius menyelesaikan persoalan ini ya, Millens? (Siti Zumrokhatun/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024