BerandaTradisinesia
Minggu, 4 Nov 2017 18:02

Tiga Adat Klasik Jawa dalam Pernikahan Kahiyang

Kahiyang Ayu dan Bobby mengenakan busana ciri khas Tanah Toraja dalam foto preweddingnya. (Instagram/ayanggkahiyang)

Pernikahan Kahiyang-Bobby berkonsep pernikahan adat Jawa. Gending-gendingnya terbilang jarang dimainkan.

Inibaru.id – Pernikahan putri Presiden Joko Widodo dengan Muhammad Bobby Afif Nasution tinggal menunggu hari. Pernikahan yang digelar pada 8 November 2017 itu akan mengusung adat klasik Jawa.

Dilansir Liputan6.com (4/11/2017), putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming yang menjadi juru bicara keluarga, mengatakan pernikahan ini akan mengusung tema Jawa klasik. Ada tiga ritus dalam pernikahan adat klasik Jawa yang akan ditampilkan dalam pernikahan Kahiyang-Bobby.

1. Busana Basahan

Mereka akan menggunakan konsep busana pernikahan Solo dan ala keraton. Konsep busana pernikahan diungkapkan oleh penata rias kedua mempelai Endang Soendari Soemaryono.

"Bu Iriana (Ibunda Kahiyang-Red) ngersakaken (menginginkan) adat pernikahan Solo klasik. Jadi riasan yang tidak mencolok tapi terlihat halus," jelas perias yang akrab disapa Ibu Maryono itu.

Baca juga:
Arti Hari Pernikahan Kahiyang dalam Almanak Jawa
Ngunduh Mantu, Tujuh Kereta Kencana Plus Kusirnya Diboyong Jokowi ke Medan

"Nanti pas siraman dan malam midodareni menggunakan paes dan busana seperti adat biasanya. Kemudian saat ijab panggih menggunakan adat pernikahan Solo Putri. Sedangkan saat resepsi pada malam harinya pakai adat kebesaran Solo. Jadi mantennya pakai dodot basahan," papar dia.

Busana pernikahan ini berbeda dengan saat dua tahun lalu, ketika Gibran Rakabuming dan Selvi Ananda bersanding di pelaminan. Kahiyang Ayu bakal menjadi pengantin layaknya putri keraton Solo. Adat pernikahan kebesaran ini memang berasal dari keraton Solo.

2. Gending Langka

Sesuai dengan pesanan Gibran Rakabuming, karawitan yang digunakan untuk mengiringi pernikahan sang adik adalah musik Jawa klasik. Musik klasik ini akan digunakan pada setiap prosesi pernikahan.

 "Jadi kita menyiapkan gending untuk tiap tahap prosesi pernikahan. Saat prosesi temu panggih ada gending Kodokngorek dan Larasmoyo. Saat prosesi Sungkeman, gendingnya Ladrang Mugirahayu. Saat prosesi kerobongan tembangnya Sriwidodo," ucap Koordinator Peduli Seni, Guntur Sulistiyono.

Guntur bersama timnya akan memperdengarkan aransemen gamelan yang sudah jarang diperdengarkan. Komposisi gamelan ini rencananya dihadirkan saat resepsi malam hari.

"Nanti saat acara hiburan, kita menampilkan komposisi kerawitan punya Ki Narto Sabdo. Kan, banyak karya Ki Narto Sabdo yang sekarang jarang didengar. Ada Gending Ayak-Ayak Songo Rangkep, Raket, Ladrang Pramudyo, Ketawang Pramudyo, tembang dolanan Lepetan," ujar Guntur.

Ada 35 pengrawit Peduli Seni yang ambil bagian mengiringi pernikahan Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution.

Baca juga:
Penyembelihan Pengantin Bekakak dalam Pawai Saparan
36 Desainer Akan Ramaikan Solo Batik Fashion Tahun Ini

3. Jualan Dawet

Pada acara siraman, Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi akan berjualan dawet. Sementara para hadirin membelinya dengan kreweng wingko (pecahan genting) yang telah disediakan.

"Prosesi pernikahan putri Presiden Jokowi, Kahiyang Ayu–Bobby Afif Nasution ini bersumber tradisi Kraton Kasunanan Surakarta," ujar salah satu pambiwara dalam pernikahan Kahiyang, Widarsi Suranto yang mendapat gelar dari Kraton Kasunanan Surakarta dengan sebutan Kanjeng Mas Ayu (KMA) Widaningrum.

Menurut dia, prosesi ini melambangkan kehidupan manusia yang berasal dari bumi atau tanah. Orang tua pengantin yang berjualan dawet adalah perlambang kebulatan kehendak mereka untuk menjodohkan anaknya.

"Yang melayani pembeli dawet adalah Ibu Iriana, yang menerima pembayaran kreweng wingko adalah Bapak Jokowi. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami–istri, harus saling membantu, saling melengkapi," kata Widarsi. (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024