Inibaru.id - Sebagian orang Jawa masih mempertahankan tradisi melakukan pethung alias perhitungan hari baik dan buruk untuk melakukan aktivitas tertentu. Penanggalan Jawa atau pawukon masih menjadi pertimbangan dalam menentukan tanggal atau hari pelaksanaan hajat penting seperti pertunangan, pernikahan, khitan, membuka usaha baru, dan lain-lain.
Perlu diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana telah menetapkan hari pernikahan putrinya, Kahiyang Ayu dan Muhammad Bobby Afief Nasution pada 8 November mendatang. Pemilihan hari yang diyakini baik tersebut diakuinya telah melalui pertimbangan matang, seperti dikatakan kedua calon pengantin itu saat konferensi pers, Minggu (17/9/2017) lalu.
Pemilihan tanggal baik ini berdasarkan tanggal kelahiran dan weton. Dalam Jawa, weton adalah hitungan neptu hari dan pasaran ketika seseorang dilahirkan.
Baca juga:
Tiga Adat Klasik Jawa dalam Pernikahan Kahiyang
Ngunduh Mantu, Tujuh Kereta Kencana Plus Kusirnya Diboyong Jokowi ke Medan
Pengasuh pawukon Museum Radya Pustaka Solo, Totok Yasmiran menyebut tanggal pernikahan Kahiyang dan Bobby jatuh pada hari Rabu Pahing dalam penanggalan Jawa. Penentuan tanggal itu berdasarkan hari lahir kedua calon mempelai.
“Mbak Kahiyang lahir Sabtu Pon, 20 April 1991, dan Mas Bobby lahir Jumat Wage, 5 Juli 1991,” kata dia ketika ditemui di Museum Radya Pustaka, seperti dikutip dari Liputan6 (18/10/2017).
Berdasarkan tanggal kelahiran, Kahiyang Ayu memiliki sifat lakuning bayu (murah hati dan teduh) dan rezeki melimpah. Sementara, calon pengantin laki-laki memiliki sifat rahayu, yakni seandainya ada orang bermaksud jahat bakal diurungkan.
“Lalu dalam perhitungan perjodohan Sabtu Pon (memiliki neptu 16) ditambah Jumat Wage (neptu 10), maka jumlahnya 26. Kemudian angka 26 dibagi 5, sisanya angka 1. Dan dalam semesta Jawa, angka 1, artinya Sri yang menandakan kesejahteraan,” urainya.
Selain itu, Rabu Pahing memiliki sifat wasesa segara yang berarti tidak mudah sakit hati saat dicaci dan tidak sombong saat dipuji. Hari tersebut dalam perhitungan Jawa juga memiliki sifat sanggar waringin yang berarti “bisa saling mengayomi”.
Baca juga:
Dua Jokowi KW Ikut Hadiri Resepsi Kahiyang
36 Desainer Akan Ramaikan Solo Batik Fashion Tahun Ini
“Maka yang menikah pada hari itu diharapkan bisa mewujudkan keluarga sakinah,” ujar dia.
Totok menjelaskan bahwa penghitungan tersebut bersumber pada sejumlah kitab kuno. Salah satu yang digunakan adalah Serat Pawukon karya Ki Padmosusastro. Penghitungan penanggalan Jawa juga menggunakan acuan dari kitab primbon yang ditulis oleh R Tanoyo.
"Primbon ini merupakan sari dari sejumlah kitab kuno lain," katanya.
Meski demikian, Totok menyebut bahwa pawukon merupakan produk budaya dan merupakan sebuah ikhtiar. "Sedangkan yang menentukan semuanya adalah Gusti Allah," tutur dia. (EBC/SA)