inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Penyembelihan Pengantin Bekakak dalam Pawai Saparan
Sabtu, 4 Nov 2017 13:13
Penulis:
Bagikan:
Sejumlah peserta mengikuti kirab budaya Saparan Bekakak yang menampilkan puluhan kelompok seni dan budaya di Ambarketawang, Gamping, Sleman, Jumat (3/11/2017). (Tribunnews/Bramasto Adhy)

Sejumlah peserta mengikuti kirab budaya Saparan Bekakak yang menampilkan puluhan kelompok seni dan budaya di Ambarketawang, Gamping, Sleman, Jumat (3/11/2017). (Tribunnews/Bramasto Adhy)

Untuk menghormati Ki Wirosuto dan istri, pengantin Bekakak disembelih pada Jumat kedua bulan Sapar.

Inibaru.id – Desa Ambarketawang, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, kembali menyelenggarakan Kirab Bekakak pada Jumat (3/11/2017). Ribuan pasang mata turut serta dalam prosesi kirab yang selalu diselenggarakan tiap Jumat kedua Bulan Sapar ini.

Warga setempat biasa menyebutnya Pawai Saparan Bekakak. Dilansir dari Tribunnews, Jumat (3/11), tradisi ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengenang utusan Sultan Hamengku Buwono I (HB I), Ki Wirosuto dan istrinya, Nyi Wirosuto.

Kepala Desa (Kades) Ambarketawang Sumariyanto menuturkan, Kirab Bekakak merupakan simbol dari pengorbanan Sultan HB I dan istrinya di Gunung Gamping.

Baca juga: Maudy Koenaedi "Kesulitan" Jadi Ratu Kalinyamat

Kala itu, tutur Sumariyanto, Sultan HB I dan istrinya memiliki pesanggrahan di Gunung Gamping. Namun, makhluk halus penunggu gunung tersebut tidak menyukai keberadaan manusia di situ. Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuto akhirnya bertarung dengan makhluk tersebut.

Nahas, keduanya kalah. Mereka tertimpa reruntuhan Gua Gunung Gamping dan masyarakat tak berhasil menemukan jasad pasangan tersebut. Nah, sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Wirosuto dan Nyu Wirosuto, dibuatlah kirab ini.

“Diselenggarakan tiap Jumat kedua Sapar atas titah Ki Wirosuto,” Sumariyanto.

Puncak dari Kirab Bekakak adalah penyembelihan bekakak atau sepasang pengantin sebagai wujud penghormatan kepada Ki Wirosuto atas pengorbanannya. Tiap penyelenggaraan, masyarakat selalu menyambutnya dengan antusias.

Enni Triyanti, warga setempat, mengaku senang bisa datang menyaksikan pawai dari awal. Ia merasa beruntung lantaran tahun ini dirinya bisa puas menyaksikan pawai tanpa diguyur hujan.

“Tahun lalu hujannya deras,” ungkapnya.

Baca juga: Tiga Adat Klasik Jawa dalam Pernikahan Kahiyang

Selain cuaca yang lebih mendukung, Enni mengatakan bahwa tahun ini ogoh-ogohnya juga lebih banyak daripada sebelumnya.

"Semoga tahun depan semakin tambah ramai," tuturnya semringah. (GIL/SA)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved