BerandaTradisinesia
Jumat, 27 Okt 2022 21:54

Siapakah 'Sedulur Papat' yang Diyakini Sebagian Orang Jawa?

Mengenal sedulur papat yang diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai bagian dari diri manusia. (Pixabay/Activedia)

Diketahui sebagai bentuk lain dari diri manusia, sedulur papat adalah kepercayaan masyarakat Jawa yang diyakini bisa ditemui secara langsung.

Inibaru.id – Seberapa kenal kamu dengan dirimu sendiri? Jika ada pertanyaan yang muncul demikian, kita sebagai orang yang ditanya pasti akan kebingungan untuk menjawabnya.

Tapi bagaimanapun, untuk mengenali dan memahami diri sendiri nggak semudah memahami keluarga, teman, bahkan pasangan hidup kita.

Kita sebagai manusia acap kali kalah oleh diri sendiri. Kita semua kalah oleh nafsu dan keinginan kita untuk berfikir, berkata, sampai melakukan hal-hal yang akan merugikan diri sendiri. Orang Jawa memetakan ini sebagai sedulur papat.

Dikutip dari Suara Merdeka (24/8/22), istilah sedulur papat pertama kali diketahui dari Suluk Kidung Kawedar dan Kidung Sarira Ayu pada bait ke 41-42. Suluk ini diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai karya Sunan Kalijaga sekitar abad ke-15 sampai 16.

Mengenal Sedulur Papat

Dilansir dari Jawa Sastra (2020), empat komponen sedulur papat terdiri dari amarah, supiyah, aluamah, dan mutmainah. Kita sebagai manusia mendudukkan diri sebagai pusat untuk mengalahkan empat komponen tadi, yang diberi nama pancer.

Pancer dan sedulur papat dirumuskan dalam konsep masyarakat Jawa bernama sedulur papat lima pancer, keblat papat lima pancer, atau kadang pat lima pancer. Tiga penamaan ini memiliki arti yang sama.

Dulur amarah dianggap sebagai komponen yang menyimbolkan nafsu mudah marah, impulsif, kurang berfikir panjang, dan tempramental. Sehingga sering kali mengeluarkan kata-kata atau tindakan yang kurang baik. Komponen ini disimbolkan dengan warna merah.

Empat macam komponen dalam sedulur papat, bisa ditemui dangan ritus tertentu. (Pixabay/geralt)

Selanjutnya adalah dulur supiyah yang disimbolkan dengan warna kuning. Komponen ini menyimbolkan hasrat untuk cepat berpuas diri dan sombong. Hasrat merasa selalu lebih baik daripada orang lain.

Dulur aluamah merupakan komponen yang ingin selalu memuaskan manusia dari kebutuhan primer berupa kebutuhan perut ke bawah. Hal ini menandakan manusia yang selalu menuntut dalam hal makanan dan kebutuhan akan biologis yang berlebihan. Komponen ini disimbolkan dengan warna hitam.

Terakhir adalah dulur mutmainah yang disimbolkan dengan warna putih. Mutmainah merupakan komponen untuk menjaga diri tetap mawas diri dan waspada. Banyak yang menganggap bahwa komponen ini adalah komponen nafsu kebaikan, namun kebaikan juga dapat menjebak manusia jika tidak diperhitungkan dengan baik.

Menemui Sedulur Papat

Bagi keyakinan masyarakat Jawa, sedulur papat ini bisa ditemui secara langsung. Karena komponen ini dianggap sebagai bentuk entitas yang benar adanya. Caranya adalah dengan membaca mantra dan syarat berpuasa pada jumlah hari tertentu. Ubo rampe juga diperlukan dalam pelaksanaan ritus bertemu sedulur papat.

Ada yang mengatakan jika salah satu ritusnya adalah kita harus bertelanjang bulat selama satu hingga dua jam. Kabarnya, perawakan dari sedulur papat sama persis seperti kita. Tapi hal ini masih misteri karena nggak semua orang pernah melakukan seremonial bertemu sedulur papat.

Jika takut melakukan ritus untuk bisa bertemu secara langsung, sebenarnya kita sudah bertemu sedulur papat sejak berada di kandungan ibu kita, lo.

Karena pada kepercayaan Jawa, bayi yang lahir akan disertai dengan sedulurnya, yakni kakang kawah (kakak air ketuban), adhi ari-ari (adik plasenta), getih (adik darah), dan puser (adik tali pusar). (Kharisma Ghana Tawakal/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024