BerandaTradisinesia
Rabu, 19 Jul 2022 17:05

Siapa Loekmono Hadi yang Jadi Nama Rumah Sakit dan Jalan di Kudus?

Kini, nama dr. Loekmono Hadi dikukuhkan sebagai nama rumah sakit umum Kudus. (Buser Online News)

Warga Kudus pasti akrab dengan nama Loekmono Hadi. Soalnya, nama ini jadi nama rumah sakit sekaligus jalan di Kota Kretek. Penasaran nggak dengan sepak terjangnya sehingga membuat namanya sampai diabadikan di sana? Yuk simak!

Inibaru.id – Warga Kudus pasti nggak asing dengan nama dr Loekmono Hadi. Soalnya, nama ini tersemat sebagai nama resmi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kudus sekaligus nama jalan di depan bangunan tersebut. Hm, jadi penasaran nih dengan sepak terjang sang dokter sampai namanya diabadikan di sana.

Loekmono Hadi bukanlah warga asli Kudus. Dia lahir di Temanggung, Jawa Tengah pada 1906. Berbeda dengan sebagian besar masyarakat Nusantara yang sulit mengenyam pendidikan tinggi tatkala masih di masa penjajahan Belanda, Loekmono mampu bersekolah di perguruan tinggi STOVIA, sekolah yang jadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Saat kuliah, Loekmono bertemu dengan seorang perawat bernama Sadji'ah. Perempuan ini pulalah yang kemudian jadi istrinya. Dari pernikahannya tersebut, Loekmono Hadi dan Sadji’ah dikaruniai tujuh orang anak.

Dokter yang Low Profile

Setelah menyelesaikan sekolahnya di STOVIA, Loekmono langsung menjalankan profesinya sebagai dokter dengan penuh ketulusan. Dia pun dikenal sebagai dokter yang nggak membedakan kasta dan mau membantu siapa saja, termasuk masyarakat miskin dan kurang mampu.

Sikapnya yang terus mengedepankan kesehatan masyarakat kecil membuat namanya masyhur di Kudus. Dia pun kemudian ditunjuk jadi Kepala Rumah Sakit Umum Kudus pada 1946 dan membuatnya jadi pribumi pertama yang menduduki jabatan prestisius tersebut. Maklum, sejak dibangun pada 1928, kepala rumah sakit ini adalah orang Belanda dan Jepang.

Plang nama Jalan dr. Loekmono Hadi yang ada di Kudus. (Google Maps)

Masa jabatannya memang singkat, tepatnya hanya sampai 1948, saja. Tapi, selama dua tahun jadi kepala rumah sakit, kiprahnya di dunia kesehatan Kudus terbilang luar biasa. Nggak heran kalau dia akhirnya juga mendapatkan penghargaan kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial dari Presiden Soekarno.

Salah satu aksinya yang paling populer adalah saat Kudus porak poranda pada 21 Juli 1947 akibat Agresi Militer Belanda pertama. Kota Kretek saat itu dibombardir bom dan peluru dari pesawat tempur. Bukannya mengungsi ke tempat aman, Loekmono Hadi dan istrinya justru tetap berada di Kudus untuk membantu korban secara langsung.

"Pada saat Belanda melakukan Agresi Militer I pada 21 Juli 1947, kota Kudus dibombardir dengan pesawat tempur. Banyak orang terluka karena sasaran Belanda adalah tempat-tempat umum. Loekmono Hadi dan istrinya sibuk membantu korban-korban perang. Loekmono Hadi yang mengobati di rumah sakit, Sadji'ah, istrinya yang membawa dari tempat-tempat sasaran tembakan ke rumah sakit," ujar sejarawan Kudus, Edy Supratno, Selasa (11/8/2020).

Sayangnya, saat pemberontakan PKI berlangsung di Madiun pada 1948, Loekmono Hadi ikut jadi korban penculikan. Banyak kawannya yang berasal dari elite-elite Kudus ikut diangkut bersama dengannya seperti ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Kudus Raden Solecha dan Ketua Landraad (Tituler) Soedono.

Meski sudah tiada, warga Kudus nggak pernah lupa dengan jasa-jasa Loekmono Hadi. Karena alasan itulah, namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit tempat dulu dia mengabdi. Pemerintah Kabupaten Kudus juga menjadikannya nama jalan di depan rumah sakit tersebut.

Luar biasa ya ternyata kiprah dari dr Loekmono Hadi di Kudus, Millens? (Det, Rsu, Tri/IB31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: