BerandaTradisinesia
Jumat, 4 Jan 2024 10:38

Seperti Apa Sejarah Kalurahan Patangpuluhan di Jogja?

Kalurahan Patangpuluhan di Yogyakarta, punya nama yang cukup unik. (Patangpuluhankel.Jogjakota)

Dalam Bahasa Jawa, Kalurahan Patangpuluhan berarti 'Kelurahan 40-an'. Penasaran nggak kok bisa ada nama kalurahan di Yogyakarta yang unik seperti ini?

Inibaru.id – Sekitar 2,5 kilometer barat daya dari Titik 0 Kilometer Yogyakarta, ada sebuah kalurahan dengan nama yang cukup menarik, yaitu patangpuluhan. Kalau diartikan dari Bahasa Jawa, arti dari nama kalurahan ini adalah 40-an. Penasaran nggak kok bisa namanya begitu?

Kalau kamu pikir nama kalurahan ini berarti warganya kebanyakan berusia 40-an, itu nggak tepat, Millens. Soalnya, nama dari kalurahan yang masuk Kapanewon Wirobrajan ini sebenarnya berasal dari salah satu laskar prajurit Keraton Yogyakarta. Nama laskar tersebut adalah Prajurit Patangpuluh.

Mengapa namanya patangpuluh yang berarti 40? Kalau menurut Harianjogja, Jumat (20/10/2023), ternyata kisah dari laskar ini terkait dengan Kesultanan Demak Bintoro. Saat kesultanan tersebut masih eksis, ada pasukan elit yang jumlahnya hanya 40 orang. Karena elit, tugasnya juga nggak main-main, yaitu mengawal Sultan Demak.

Pemimpin dari pasukan ini adalah seorang Manggolo Yudho namun disebut dengan Lurah Tamtomo. Dia didampingi oleh dua orang Pengapit atau ajudan, seorang Wiro Tamtomo, serta tiga Bintoro dalam melaksanakan tugasnya.

Kasultanan Demak runtuh pada 1554. Tapi, kasultanan ini kemudian melahirkan Kesultanan Pajang yang kemudian dilanjutkan dengan berdirinya Kesultanan Mataram Islam pada 1586. Meski laman resmi dari Keraton Yogyakarta nggak mengungkap secara pasti adanya sejarah ini, tapi sejumlah pihak menduga bahwa Laskar Prajurit Patangpuluh ini tetap digunakan sebagai pasukan elit kesultanan.

Laskar Prajurit Patangpuluh yang jadi inspirasi nama Kalurahan Patangpuluhan. (Keraton Yogyakarta)

Selain itu, keberadaan Kalurahan Patangpuluhan juga dulu difungsikan sebagai tempat bagi para prajurit tersebut bermukim. Apalagi, lokasinya cukup dekat dengan bangunan keraton sehingga jika sewaktu-waktu mereka dibutuhkan, bisa segera datang.

Di tempat asalnya, yaitu Demak, sampai sekarang nama Prajurit Patangpuluhan masih cukup populer, lo. Alasannya, setiap kali Grebeg Besar diadakan pada 10 Dzulhijjah, laskar ini pasti dilibatkan dalam gelaran tersebut. Mereka ditugaskan mengawal minyak jamas pemberian dari Bupati Demak ke sesepuh Kadilangu atau ahli waris Sunan Kalijaga. Minyak jamas inilah yang dipakai untuk menjamas pusaka Sunan Kalijaga.

Balik lagi ke pembahasan nama kampungnya, Millens. Meskipun secara administratif Kalurahan Patangpuluhan masuk dalam wilayah Kapanewon Wirobrajan, kalurahan inilah yang jadi “ibu kota” kecamatan tersebut. Oleh karena itulah, jangan heran kalau di kalurahan ini kamu bisa menemukan kantor kecamatan, puskesmas, hingga pasar.

Yap, terkuak sudah mengapa sampai ada nama Kalurahan Patangpuluhan di Yogyakarta. Ternyata, sejarahnya cukup menarik, ya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024