BerandaTradisinesia
Minggu, 18 Jun 2022 16:14

Sarana Cinta Kasih Beda Alam Ibu ke Anak di Klaten Bernama Trek Lisang

Sebuah trek lisang yang berada di samping rumah orang tua. (Yoursay)

Bagi orang tua, anak adalah segalanya. Mereka rela melakukan apapun demi merawat dan menjaga sang anak. Hal ini bahkan bisa dilakukan meski orang tua dan anak sudah berbeda alam. Caranya adalah dengan melakukan tradisi trek lisang.

Inibaru.id ­– Di Jawa, ada sebuah stereotip bahwa orang yang baru meninggal dianggap belum sepenuhnya meninggalkan dunia. Mereka meyakini bahwa anak yang baru meninggal masih bisa memeluk keluarganya yang ada di dunia nyata. Pun dengan manusia yang masih hidup, mereka percaya bahwa arwah anak yang meninggal akan tetap tumbuh layaknya manusia biasa.

Dari keyakinan tersebut, di Klaten, Jawa Tengah, ada sebuah kepercayaan mengenai hubungan orang tua dengan anaknya yang sudah meninggal. Namun anak yang dimaksud di sini adalah yang meninggal karena keguguran. Jadi ya, di Klaten, orang tua masih merawat jenazah bayinya dengan membuatkan kuburan atau trek.

Letak kuburan trek itu biasanya berdekatan dengan rumah orang tua bayi tersebut. O ya, bayi yang meninggal karena keguguran ini dinamakan lisang. Maka, tradisi ini dikenal dengan istilah trek lisang.

Sebagai bentuk cinta kasih, lokasi trek lisang dibuat sedekat mungkin dengan rumah orang tuanya. Tujuannya? agar semakin mudah orang tua mengawasi dan merawat trek lisang. Bagi masyarakat Jawa, hal ini menjadi salah satu wujud tradisi berbuat baik kepada semua anggota keluarga.

Mitos dan Merelakan Trek Lisang

Proses merawat trek lisang. (etnis.id)

Masyarakat Klaten percaya jika sang lisang nggak dirawat dengan benar, dia akan mengganggu orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebaliknya, jika dirawat, lisang tersebut akan memberikan jalan yang baik bagi orang tua untuk meniti kehidupan di masa mendatang. Hal ini didasari pada kepercayaan bahwa bayi yang meninggal masih dalam keadaan suci.

Umumnya, trek lisang berukuran panjang sekitar 1 sampai 1,5 dan lebar 80 hingga 1 meter, dengan tinggi 1 meter. Biasanya, trek lisang ini hanya didirikan sekitar 1.000 hari usai pemakaman dilakukan. Jadi, nggak selamanya ada di dekat rumah, ya, Millens.

Usai seribu hari, trek tidak digunakan lagi dan lisang akan dipindahkan ke permakaman umum. Hal ini menandakan bahwa setelah seribu hari lisang akan mampu merawat dirinya sendiri dan sudah saatnya berkumpul dengan para leluhurnya.

Nggak hanya di Klaten, warga di beberapa daerah lain di Jawa juga masih menerapkan tradisi trek lisang ini. Meski begitu, kebanyakan orang kini langsung memilih menguburkan jenazah bayi keguguran di permakaman umum.

Kalau di tempatmu, apakah masih ada orang yang menjaga tradisi trek lisang, Millens?. (Etn, You/IB31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: