Inibaru.id – Tahukah kamu jika wayang beber adalah jenis wayang tertua di Indonesia? Saking tuanya kesenian tradisional ini, wayang kulit yang sekarang lebih populer ternyata adalah modifikasi dari wayang tersebut.
Mengapa disebut dengan nama beber? Ternyata, wayang ini dimainkan dengan cara ‘mbeber’, kata dari Bahasa Jawa untuk membentangkan layar atau kertas yang berisi gambar. Nah, dalangnya tinggal menceritakan lakon pada gambar yang ada pada layar tersebut, Millens.
Seperti dikutip dari Indonesia.go.id, Senin (8/4/2019), wayang beber sudah eksis pada 1223 atau saat Kerajaan Jenggala masih eksis. Saat itu, gambarnya masih memakai daun lontar. Dalam Serat Centhini, wayang beber sudah digelar pada masa pemerintahan Raja Surya Hamiluhur pada 1129 Saka atau 1208 M.
Gulungan layar wayang beber paling tua masih bisa kamu temui di Karang Talun, Kelurahan Kedompol, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Setelah itu, wayang beber tertua lainnya bisa ditemui di Gelaran, Kelurahan Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta. Khusus untuk gulungan layar wayang beber yang masih ada di Gelaran, dibuat dari daluang atau kertas yang dibuat dari pohon mulberry.
Karena ‘hanya’ menceritakan gambar yang ada pada layar, penutur wayang beber harus benar-benar tahu seperti apa cerita yang akan dia sampaikan ke penonton dengan baik. Prosesnya mirip seperti menjelaskan cerita pada relief candi.
Biar nggak terjadi misleading saat menyampaikan cerita, penutur cerita wayang beber pun harus mematuhi sejumlah pakem alias aturan baku, khususnya berupa sulukan, kandha, serta janturan. Oleh karena itulah, pertunjukan wayang ini dianggap sebagai sesuatu yang sakral di Gelaran.
Saking sakralnya wayang beber di Gelaran, saat latihan, dalang dan penabuh gamelan bahkan nggak berani memakai gulungan layar asli. Mereka memilih untuk memakai gulungan duplikat. Hal ini dibenarkan oleh dalang pewaris Wayang Beber Gelaran Karmanto Hadikusumo.
“Gulungan kuno juga hanya dibuka pada waktu tertentu saja. Itu pun ada syaratnya. Selain itu, pada 1 Sura, ada acara kenduri yang diadakan masyarakat khusus untuk gulungan layar wayang beber tersebut. Gulungan itu disimpan di dalam sebuah peti dan di dekatnya diberi sesaji seperti nasi tumpeng, jajan pasar, sampai ingkung ayam,” cerita Karmanto sebagaimana dikutip dari Mediaindonesia, Minggu (5/3/2022).
Hal-hal lain yang masih dipatuhi warga gelaran terkait dengan wayang beber ini adalah yang bisa memainkannya hanyalah keturunan dari keluarga pewaris. Selain anggota keluarga tersebut, hanya bisa jadi pemain iringan atau wirasuara. Nggak hanya itu, peti gulungan layar wayang beber nggak boleh dilangkahi. Jika dilanggar, orang yang melakukannya bisa kena penyakit dan warga sekampung bisa terkena tulah atau sial.
Nggak nyangka ya, Millens, wayang beber di gelaran diperlakukan sebagai sesuatu yang sakral dan sangat dihormati. Semoga saja wayang ini tetap lestari, ya? (Arie Widodo/E05)