Inibaru.id - Tahukah kamu tanggal 7 November diperingati sebagai Hari Wayang Nasional? Pada 7 November 2003, UNESCO menetapkan wayang sebagai "Mahakarya Warisan Kemanusiaan Lisan Tak Benda". Untuk meningkatkan apresiasi tersebut, Presiden Joko Widodo kemudian menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional.
Hari Wayang Nasional kali pertama ditetapkan pada tahun 2018. Hari Wayang Nasional itu kemudian menjadi peringatan tahunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan kebanggaan masyarakat Indonesia terhadap wayang. Nah, pada peringatan Hari Wayang Nasional tahun ini, yuk kita menyimak sejarah lahirnya wayang.
Berdasarkan sebuah Naskah Jawa Kuno – yang kemudian diterbitkan Pradnya Paramita pada 1981 – mengatakan wayang bermula dari khayalan ataupun gagasan tentang bayangan manusia yang dapat ditonton. Wayang berasal dari kata “wayangan” yang artinya bayangan yang memiliki maksud mempertontonkan sebuah lakon lewat bayangan.
Pada mulanya, wayang hanya merupakan hasil khayalan ataupun gagasan yang dilukiskan dalam sebuah daun Tal (ron Tal) yang kemudian mempertontonkan hasil lukisan tersebut lewat bayangan. Mempertontonkan lewat bayangan dilakukan dengan memantulkan lukisan di atas kain putih dan hanya diterangi lampu.
Hal ini membuat orang lain dapat melihat lukisan dalam bentuk bayangan. Lukisan yang dibuat dalam daun Tal memang kecil, karena menyesuaikan bentuk daun Tal yang hanya berukuran 2,5 centimeter. Hal inilah yang membuat lukisan ini hanya dapat dipertontonkan untuk keluarga.
Wayang dari Kulit Sapi
Bertambahnya kreativitas, manusia kala itu ternyata mampu membuat lukisan kecil menjadi lukisan dengan skala ukuran lebih besar. Mereka nggak lagi menggunakan daun Tal, namun menggunakan kulit sapi yang dibentuk sedemikian rupa dan kini disebut dengan lakon-lakon.
Dalam membuat lakon, kulit sapi pertama-tama dibersihkan dari bulunya kemudian dijemur dan dikeringkan untuk menghilangkan bau. Setelah kering dan hilang baunya, kulit tersebut dipotong-potong berukuran 40×30 cm. Saat itu, bentuk-bentuk lakon nggak begitu jelas karena hanya berupa khayalan manusia.
Lima atau enam lukisan itu kemudian diberi nama satu lakon. Semakin bertambahnya pengetahuan, lakon-lakon yang mulanya tidak memiliki bentuk kini dibentuk menyerupai manusia ataupun hewan. Lakon-lakon kini terdiri dari lakon hewan, lakon laki-laki maupun perempuan.
Lakon-lakon tersebut disoroti sinar lampu, meninggalkan bayangan hitam pada sehelai kain putih yang dibentangkan dan dipertontonkan ketika malam hari. Wayang ditancapkan pada potongan pohon pisang dengan berjajar-jajar.
Wayang kemudian digerakkan oleh dalang dengan suara yang mungkin saja berbeda di antara satu lakon dan lakon lainnya. Dalang menggerakkan lakon dalam sebuah cerita, misalnya Mahabarata atau Ramayana yang tentu saja dapat menghibur orang lain yang menonton. Bagus nggaknya cerita wayang bergantung pada dalang yang membawakannya.
Permulaan munculnya wayang yang seperti ini kira-kira pada 799 Masehi dengan menggunakan bahasa Jawa sederhana dan belum dipengaruhi bahasa Sansekerta. Dari sekian banyak wayang di Indonesia, ada salah satu wayang tertua yang diberi nama wayang Purwa.
Nah, begitulah sejarah singkat adanya wayang. Meski wayang lahir jauh sebelum kita ada, ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kisahnya masih relate dengan zaman sekarang, kan? (Siti Khatijah/E05)
Artikel ini sudah pernah dimuat di Medcom dengan judul Hari Wayang Nasional, Simak Sejarahnya: Bermula dari Khayalan.