BerandaTradisinesia
Senin, 10 Apr 2022 13:35

Ritual Tiwah, Tradisi Adat Khas Suku Dayak Kalimantan

Ritual Tiwah Suku Dayak, Kalimantan Tengah diadakan untuk mengantar roh ke surga. (Kumparan)

Apa pun jenis ritual kematiannya, semua bertujuan sama yaitu mengantar roh menuju surga. Salah satunya, Tiwah yang diadakan masyarakat Suku Dayak ini. Tulang belulang keluarga disucikan agar roh bisa mencapai surga.

Inibaru.id - Bagi sebagian besar suku di Indonesia, urusan kematian nggak sesederhana memakamkan jenazah. Ada begitu banyak ritual yang dianggap perlu diadakan usai seseorang meninggal. Hal ini merupakan wujud kasih sayang serta rasa hormat mereka yang masih hidup kepada orang-orang yang telah pergi mendahului.

Salah satu ritual unik yang ada di Indonesia, tepatnya Kalimantan Tengah adalah Tiwah. Ritual ini dilakukan dengan memindahkan tulang belulang manusia dari liang kubur ke tempat bernama Sandung. Mereka percaya roh suku Dayak bisa diantar ke surga dengan cara menyucikan jiwa dan sisa jasadnya.

Upacara sakral ini merupakan ritual keagaaman kaharingan, yaitu agama leluhur suku Dayak. Sebagai pelengkap acara, diadakan pula tari-tarian, suara gong, dan hiburan lainnya.

Nggak cuma itu, masyarakat Dayak juga menyiapkan ratusan ekor hewan ternak seperti sapi, kerbau, babi, dan ayam. Semua hewan itu, kecuali ayam ditombak secara bergantian. Kepala hewan-hewan itu kemudian dikumpulkan sebagai makanan para roh sementara daging-dagingnya bakal dibagikan ke tetangga dan tamu-tamu yang hadir ke lokasi Tiwah.

Sebagai informasi, upacara tiwah biasanya diadakan untuk orang yang sudah lama dimakamkan, sampai yang tersisa tulangnya saja. Tulang belulang ini disucikan dengan ritual khusus kemudian diantar ke Sandung. Sandung merupakan rumah kecil yang dibuat khusus untuk jenazah.

Bagi orang Dayak, selain untuk mengantarkan roh yang sudah meninggal menuju surga, Tiwah juga bertujuan untuk membuang kesialan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Tahapan Tiwah

Kerbau dan hewan ternak lain nggak disembelih melainkan ditombak. (Handout/Kurnia Tarigan via Kompas)

Nggak tanggung-tanggung, perayaan ini bisa berlangsung 7-40 hari. Maklum, tahapan dalam upacara ini sangat banyak. Apa saja tahapannya?

Pertama, keluarga mendirikan balai nyahu, yaitu sebuah tempat untuk menyimpan tulang-tulang yang sudah dibersihkan. Kedua, keluarganya membuat bendera kain yang jumlahnya sama dengan jasad yang akan ditiwah. Ketiga, keluarga memasukkan tulang ke balai nyahu. Pada tahap ini terdiri dari Tabuh I, Tabuh II, dan Tabuh III yang bakal dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Tahap ini cukup penting karena di sinilah roh mulai diantar ke lewu tatau (surga). Berikutnya, keluarga melakukan tarian bernama Manganjan sambil mengelilingi persembahan untuk Ranying Hatalla (Sang Pencipta) dan patung berbentuk manusia.

Dalam acara ini, nggak ada rasa sedih yang ditunjukkan keluarga. Mereka justru senang karena roh orang terkasih naik ke surga.

Saking meriahnya, upacara ini banyak dihadiri wisatawan lokal hingga mancanegara. Wah, sepertinya seru banget ya, Millens? (Kum,Phi,Sah/MG41/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024