BerandaTradisinesia
Sabtu, 14 Okt 2022 22:28

Ritual Meminta Hujan ala Tradisi Banyumasan, Cowongan

Prosesi cowongan sedang berlangsung, cowongan dibawa oleh seorang perempuan. (Telusuri/Uje Hartono)

Musim kemarau berkepanjangan tentu saja menjadi hal yang menyulitkan untuk para petani. Di Banyumas dan Banjarnegara ada ritual yang menjadi pilihan warganya untuk memanggil hujan.

Inibaru.id – Di Indonesia ritual memanggil hujan sepertinya bukan hal yang aneh. Hampir di setiap daerah memiliki tradisi memanggil hujan.

Hal ini bisa dimaklumi karena hujan sangat diperlukan dalam pertanian mengingat Indonesia merupakan negara agraris. Nah, di Banyumas, Jawa Tengah kamu bisa menemukan sebuah ritual memanggil hujan bernama, cowongan.

Cowongan menggunakan siwur (gayung) atau irus (centong sayur) yang dirias menjadi boneka sebagai sarana memanggil hujan, Millens. Sebagaimana tradisi pemanggil hujan lainnya, cowongan dilakukan ketika memasuki musim tanam namun hujan masih belum juga datang.

Tradisi ini digawangi oleh seorang dukun dan juga didampingi oleh para perempuan. Uniknya, para perempuan ini memiliki syarat khusus yaitu harus dalam keadaan suci. Dengan kata lain, mereka sedang nggak haid, nifas, dan nggak melakukan hubungan seksual.

Prosesi Cowongan

Ritual cowongan diiringi oleh tembang-tembang Jawa yang berisi doa. (Suara Banyumas)

Ternyata ritual cowongan nggak cuma dikenal di Banyumas, lo. Di Banjarnegara, ada pula cowongan dengan konsep serupa yaitu menggunakan boneka dari batok kelapa yang dirias.

Dilansir dari Detik (30/10/2019), prosesi cowongan di Banjarnegara juga menggunakan dua cowongan. Satu cowongan diarak keliling desa secara bergantian, sementara cowongan lainnya dipegang perempuan berusia lanjut sebagai representasi status "suci".

“Keliling desa ini maksudnya untuk mencari sumber air. Karena tradisi ini memang untuk memanggil hujan,” kata sesepuh Desa Gentansari Ismoyo, Selasa (29/10/2019 di sela-sela tradisi cowongan, “Jadi nantinya cowongan ini berhenti di tempat khusus yang sudah diberi air.”

O ya, sebelumnya gayung tadi dibalut rapat dengan bunga kamboja. Setelah itu, cowongan dibawa keliling desa diiringi tembang-tembang Jawa. Tembang dan mantra ini ditujukan kepada dewa-dewi.

Yang unik, saat cowongan berkeliling desa untuk mencari sumber air, orang-orang yang menonton justru lari mengindar. Menurut mitos, kalau terkena cowongan tersebut akan kurang baik.

Cowongan sebagai Simbol Doa kepada Dewi Sri

Tradisi cowongan yang dilakukan masyarakat Banyumas maupun Banjarnegara menjadi simbol doa kepada Dewi Sri agar diberikan kesuburan dan diturunkan hujan. Jawasastra menulis, bagi masyarakat Jawa, Dewi Sri merupakan ingkang mbaureksa ladang sawah dan penurun hujan.

Dewi Sri merupakan dewi padi yang merupakan lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Orang Jawa percaya, melalui doa-doa yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui pelangi menuju bumi untuk menurunkan hujan.

Masyarakat Jawa memandang ritual ini sebagai ekspresi penghormatan mereka kepada makhluk lain ciptaan Tuhan. Datangnya hujan disamakan dengan datangnya rahmat dari Tuhan yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk hidup di bumi.

Hm, menarik ya? Kalau di tempatmu, ada ritual memanggil hujan seperti cowongan nggak, Millens? (Fatkha Karinda Putri/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024