Inibaru.id – Setelah tiga tahun nggak diadakan karena pandemi Covid-19, tradisi Lampah Budaya Tapa Bisu Mubeng Beteng yang diadakan pada malam 1 Suro kembali digelar di Yogyakarta. Ribuan warga Yogyakarta ikut memeriahkan tradisi yang digelar pada Kamis (20/7/2023) mulai pukul 00.00 WIB tersebut.
Saat pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, tradisi ini diganti dengan pembacaan doa dan mocopatan yang digelar di Keraton Yogyakarta. Nah, karena status Covid-19 kini sudah berubah menjadi endemi, tradisi yang pasti dijejali ribuan warga yang berjalan kaki mengitari beteng (benteng) keraton ini pun kembali diadakan.
“Sebenarnya, inti utama dari tradisi Mubeng Beteng ini bukan perjalanan mubeng (mengitari), melainkan pada maknanya, yaitu merenung atau kontemplasi atas kehidupan manusia dalam setahun belakangan. Setelah itu berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa agar mendapatkan perlindungan untuk setahun ke depan,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Laksmi Pratiwi di acara tersebut sebagaimana dilansir dari Kompas, Rabu (19/7).
Omong-omong ya, dalam tradisi yang dimulai persis tengah malam ini, semua peserta nggak diperkenankan untuk berbicara. Bahkan, para abdi dalem akan berjalan kaki tanpa alas dan melepas kerisnya.
“Maksudnya melepas keris dan sandal agar saat berjalan bisa merasakan alam dan Tuhan. Perjalanan ini jadi simbol ritual tersebut,” lanjut Dian.
Perjalanan mengitari benteng keraton ini cukup jauh lo. Dengan arah berlawanan dengan jarum jam, peserta tradisi ini harus berjalan kaki sekitar 5 kilometer. Rute jalan kakinya dimulai dari Kompleks Kamandungan Lor dan dilanjutkan ke Pojok Beteng Kulon, Plengkung Gading, Pojok Beteng Wetan, Jalan Ibu Ruswo, Alun-Alun Utara, dan kembali ke Kamandungan Lor.
Meski jauh, karena sudah jadi tradisi dan selalu dihadiri oleh banyak orang, banyak orang yang merasa senang melakukannya dan nggak merasa capek.
“Hari ini saya datang dengan keluarga. Soalnya kan sudah tiga tahun nggak diadakan, jadi pengin mengikutinya lagi pada tahun ini,” ungkap salah seorang warga Kota Yogyakarta, Ardi.
Tradisi ini juga menarik perhatian banyak orang yang sebelumnya nggak pernah mengikutinya, termasuk para wisatawan atau mahasiswa dari luar Yogyakarta. Di media sosial, banyak yang mengungkapkan serunya mengikuti tradisi ini. Salah satunya diungkap akun @maujadiroti.
“Seru banget ternyata ikut mubeng beteng. Asli aku kira nggak sejauh itu. Tapi berasa nggak jauh, sepanjang jalan ga berhenti dzikir sama shalawat ga kerasa capeknya. Mungkin kalau ngobrol baru capek, karena ini benar-benar hening,” tulis akun tersebut pada Kamis (20/7) dini hari.
Seru banget ya tradisi mubeng beteng di Yogyakarta. Semoga saja kita bisa ikutan pada tahun depan, Millens. (Arie Widodo/E10)